Matanya bisa berubah- ubah, tapi tidak dengan pangkat yang dimilikinya. Terlahir dari keluarga yang cukup berpengaruh di Dunia, membuatku mendapatkan pengawalan yang begitu ketat, setiap apa yang akan aku lakukan, mereka akan mencobanya terlebih dahulu. Kedua orangtuaku terlalu khawatir pada anak bungsunya ini. Aku tidak menghargai mereka, tidak bahkan aku sangat menghargai dan menyayangi mereka. Tapi, tidak dengan mengirim seorang Kapten dari Tim Khusus Tentara Negara Korea menjagaku 24 jam. Tidak dengan, memasukkanku ke sebuah program sekolah di rumah. Tidak dengan, mengekangku setiap hari di kamarku sendiri.

Matahari terbit begitu terang pagi ini, dengan sedikit melenguh kini kutelah tersadar dari tidurku semalam. Tidak ada yang aneh dalam ruangan ini, ruangan ini masih sama, tidak berbeda sama sekali. Kecuali, seorang lelaki jangkung bertelinga lebar yang kini telah berdiri disebelah ranjangku dengan pakaian formalnya yang menawan.

"Selamat pagi, Tuan Kim," sapa lelaki itu, ia adalah si Kapten dari Tim Khusus milik Korea Selatan, Park Chanyeol. Aku tidak percaya saat ia berkata bahwa ia adalah seorang kapten pasukan khusus, tapi setelah mendengar namanya disebutkan disebuah misi besar negara, aku mempercayainya.

"Selamat pagi, Captain," jawabku lalu tersenyum kecil padanya, seperti biasa, ia hanya membalasnya kembali dengan bungkukkan formal miliknya, tidak ada senyuman ataupun balasan lainnya. Aku sempat berpikir, apakah Kapten satu ini sudah tidak dibutuhkan di Tim-nya, sampai- sampai ia mau menerima pekerjaan sebagai pengawal pribadi dari seorang anak pengusaha di Korea. Jujur, aku ingin bertanya, tapi saat melihat mata bulat dan besarnya yang terlihat selalu menatap sengit, membuatku mengurungkan pertanyaan itu. Bahkan, aku tidak berani hanya untuk bertanya,

"Apa makanan kesukaanmu, Captain?,"

.

.

.

Aku ini berbeda, aku ini bukan seorang manusia sempurna. Pernah mendengar kisah Manusia Serigala? Ya, mereka terdengar bullshit, tapi percayalah mereka sebenarnya ada, dan bahkan mahluk immortal lainnya. Mereka menyusup dan menjadi salah satu dari kebanyakan manusia, termasuk aku yang menyusup menjadi sesosok tentara dan juga pengawal pribadi lelaki manis, bernama Kim Jongdae.

Manusia Serigala, itulah aku, posisiku dalam Pack adalah seorang Alpha, jiwa dominanku begitu kental diantara yang lain. Salah satu hal, yang bisa membuatku menjadi seorang Kapten di sebuah Tim Pasukan Khusus milik Korea Selatan. Diawal kehidupan aku memilih hanya untuk menjadi seorang Manusia Serigala yang hidup di Hutan. Tapi berkat seseorang lelaki manis nan cantik, membuatku ingin melindunginya, lebih dari apapun. Kami sangat dekat, hingga ia memilih untuk menjadi seorang tentara Korea Selatan, ia adalah Byun Baekhyun, si lelaki yang membuat diriku yang sekarang. Kami sempat menjalin hubungan yang cukup serius, tapi itu semua hanya khayalan karena dua tahun setelah menjadi Tentara, ia memilih untuk berkencan dengan seorang anak Jendral. Pasangan itu menjadi buah bibir dimana-mana, bahkan mereka terus membicarakannya, tanpa mengetahui bahwa ada seseorang yang sakit saat mendnegar kisah pasangan itu.

Kejadian itu telah berlalu sekitar 4 tahun yang lalu, kini Baekhyun dan Daehyun, si anak jendral, itu kini telah hidup bahagia di sebuah negara tropis di dunia. Bukan Hawaii, tetapi Indonesia, negara yang menyuguhkan berjuta- juta keindahan hayati dan non-hayati, negara yang menjadi saksi dua anak adam itu membagi kasih dan cinta mereka.

Kembali dengan kehidupanku saat ini, aku memang seorang Kapten, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa aku tidak bisa memilih pekerjaan sesuai keinginanku. Saat mendengar salah seorang pasukan khususku mendapat tugas untuk menjadi pengawal pribadi dari anak pengusaha Korea, membuatku tertarik. Entah mungkin karena insting Alpha-ku, tapi saat mendengar nama anak itu tersebut, aku merasa dadaku berdesir.

"Namanya Kim Jongdae, seorang anak dari pasangan Kim Yesung dan Kim Ryeowook,"

.

.

.

Wajahku terterpa sinar matahari dengan begitu tegas, sinarnya menyelimuti wajahku dengan begitu hangat. Aku menyukainya, sinar matahari pagi. Tak terasa sebuah lengan kecil memeluk pinggangku dari belakang, itu adalah lengan kecil milik seorang, Lee Daeul. Anak yang orangtuaku temukan di depan rumah kami di Busan, tidak ada sepucuk surat atau apapun di dekat tubuhnya saat itu, hanya ada sebuah kalung berbandul namanya yang ditidurkan sebelah badan kecil anak itu. Kami yang memang tidak bisa mengecewakan orang lain, langsung membawa Daeul ke kediaman kami di Ibu Kota, kami merawatnya dengan begitu baik, hingga kini ia tumbuh menjadi balita ceria dan juga menggemaskan.

"Chennie, Ayo main~," serunya lalu memeluk erat pinggangku, akupun hanya terkekeh saat mendengar rengekkannya. Dengan segera, akupun mengangkat tubuhnya dan memulai permainan kami. Gelak tawa Daeul memenuhi kediaman Kim itu, bahkan beberapa pelayan terkekeh saat melihat permainan absurdku dengan daeul. Pagi hari yang sempurna yang telah kubuat hari ini. Suasana hangat semakin bertambah saat seorang lelaki tampan berbadan ideal menghampiriku dan Daeul yang masih sibuk dengan permainan kami. Lelaki itu dengan segera melingkarkan lengan kekarnya pada pinggangku dan langsung menggendongku layaknya sebuah karung beras di pundaknya. Aku hanya bisa berteriak meminta diturunkan, bahkan kepalaku sudah sangat pening, hingga tak kurasa air mata itu telah mengalir menganak sungai dipipiku. Sontak Daeul yang melihat itu meminta lelaki tadi menurunkanku. Lelaki, itu langsung menepuk- nepuk pundakku lalu tersenyum geli memandangku yang masih menangis. Ia adalah lelaki kesukaanku, Kim Minseok.

"Minseok, berhenti membuat adikmu menangis," tegur Chanyeol lalu menghampiri mereka, sedangkan Minseok masih menenagkan Jongdae, bahkan kini Jongdae sudah berada dipangkuan dan dekapan hangat seorang Kim Minseok.

"Kenapa? Ia kan adik manisku, bukan begitu Dae-i?," Tanya Minseok lalu mengecup mata Jongdae yang kini telah menutup sempurna, mungkin ia sedang menghilangkan rasa peningnya. Tak berapa lama mutiara itupun terbuka kembali, matanya begitu sembab menandakan bahwa ia menangis cukup berlebihan. Minseok dan Chanyeol yang melihatpun hanya bisa terkekeh dan kembali canda tawa terdengar dari kediaman Kim.

Tanpa disadari seorangpun, kini Chanyeol hanya memfokuskan pandangan matanya pada Jongdae seorang. Tatapan yang menandakan begitu banyak isyarat. Mata bulat jernihnya terus memandang Jongdae yang kini masih didekapan Minseok. Senyum manis Jongdae, membuat dada Chanyeol berdesir, jika ia seorang wanita ia akan lantang berkata bahwa ada kupu-kupu yang sedang berterbangan diperutnya. Terasa geli, namun menyenangkan. Hampir setiap saat perasaan itu muncul pada Chanyeol, hingga sebuah bunyi Beep beberapa kali membuat kedua lelaki tampan disana berpandangan lalu pamit untuk meninggalkan Jongdae dan Daeul sendirian.

Kaki-kaki Chanyeol dan Minseok berjalan cukup cepat meninggalkan tempat mereka sebelumnya, wajah mereka diselimuti kepanikan yang luar biasa, bahkan wajah Minseok sudah hampir dipenuhi oleh Keringat dingin. Langkah kaki itu membawa mereka menuju sebuah mobil yang entah sejak kapan sudah tersedia didepan rumah Keluarga Kim, mobil yang cukup menarik dengan badan mobil yang dipenuhi oleh gambar baju tentara.

Mereka memasuki mobil itu dan mulai pergi membelah jalanan di kota Seoul, saat di jalan tidak ada yang berbicara, mereka sibuk melepas jas formal mereka, meninggalkan kemeja putih polos dan juga sebuah alat komunikasi berupa earbuds yang tersumpal di salah satu telinga mereka. Kini tidak ada lagi tatapan penuh isyarat milik Chanyeol maupun tatapan jenaka milik Minseok. Kedua tatapan lelaki tampan itu menunjukkan keseriusan yang kentara. Minseok yang memang sedari tadi mengambil kendali mobil terus menatap jalanan Seoul itu dengan serius. Hingga suara dari earbuds yang mereka kenakan, membuat tatapan mereka sedikit melembut bahkan Minseok menghembuskan nafas yang cukup keras menandakan bahwa ia merasa cukup lega.

Mereka berdua saling menatap hingga akhirnya mereka berdua tertawa dan kembali melanjutkan perjalanan mereka.

"Captain park, Sersan Kim. Anakku seorang lelaki tampan!."

.

.

.

Mobil yang dikendarai Minseok kini sudah terparkir disebuah Rumah sakit bersalin yang cukup besar di Seoul. Mereka berdua keluar secara bersamaan. Dan kini kedua lelaki tampan itu sudah berada didepan seorang lelaki tampan lain yang sedang menangis terharu didepan sebuah kaca kamar rawat bayi.

"Sehun-Appa,"

Panggil Chanyeol sambil tersenyum tampan pada Sehun dengan kedua lengan yang ia masukkan pada saku celananya. Lelaki yang sedang menangis didepan kaca itu sontak mengalihkan tatapannya pada Chanyeol dan Minseok. Seperti kilat, Sehun sudah memeluk dua lelaki tadi, bahkan air matanya terus bertambah keluar, tidak menghiraukan banyak tatapan yang ditujukan padanya.

"Aigoo, bagaimana seorang Ayah bisa memangis layaknya seorang anak kecil seperti ini, hm?," Tanya Minseok lalu mengelus kepala Sehun yang masih setia memeluk mereka berdua,

"Yeol, Min. aku sudah menjadi seorang Ayah," jawab Sehun lalu memandang kedua teman seperjuangannya itu.

"Tentu Oh Sehun, kau sudah menajadi Ayah, Selamat. Bagaimana kondisi Jongin?," Tanya Chanyeol lalu membawa Sehun menuju tempat mereka menemukannya menangis tadi, sebuah kaca yang menampilkan bayi tampan sedang tertidur di ranjangnya.

"Iya masih terkena bius sehabis operasi, keadaannya baik. Anakku juga. Min, menurutmu bagaiamana anakku?," Jawab Sehun sambil bertanya pendapat Minseok yang kini tatapannya sudah kembali bersinar dan penuh jenaka.

"Waaah, anakmu manis Sehun, tapi menurutku anak ini mirip sekali Jongin," jawab Minseok sambil merangkul bahu tegap Sehun. "Ya, akupun berpikir seperti itu, orang bilang jika seseorang sedang hamil mereka tidak boleh membenci apapun, takutnya bayi yang mereka kandung akan mirip seperti apa yang mereka benci. Dan kini, itu semua terbukti, saat Jongin mengandung ia tidak suka dengan wajahnya sendiri, bahkan ia tidak mau berfoto ataupun bercermin. Ia bilang ia sangat jelek saat sedang hamil. Sekarang, anak kami mirip sekali dengannya," tutur Sehun panjang lebar sambil tersenyum memandang seorang bayi tampan itu.

"Lalu siapa nama anakmu, Hun?,"

"Namanya? Oh Taeoh, ya Oh Taeoh.

Setelah mengucapkan nama asali bayi itu, sontak sang bayi menangis keras seperti meminta bertemu sang Ibu dan juga sang Ayah. Ketiga manusia yang baru pertama kali menangani bayi itu terlihat kebingungan, bahkan saat sang Suster yang memanggil-manggil Sehun, Sehun hanya menunjukan wajah bingunnya sedangkan beberapa Perawat yang lain hanya bisa terkekeh saat melihat wajah panic ketiganya. Hingga akhirnya setelah Taeoh sudah berada didekapan Sehun, ia mulai tenang, Suster berkata bahwa mungkin saja Taeoh menangis karena ingin menyusu, tapi karena Jongin belum bangun dari biusnya, sang suster menyuruh mereka untuk membeli sebuah botol minum untuk taeoh. Dan seperti tentara yang sedang mengejar musuh, ketiga lelaki itu kini telah berada disebuah mini market 24 jam, ketiga wajah yang begitu terlihat dungu menghilangkan segala charisma saat mereka berlari tadi.

Tapi seketika wajah ketiga pemuda itu berubah berseri, dan mulai berlai kembali menuju rumah sakit. Suster tadi, langsung menagih botol yang ia maksud. Setelah menunjukan botol tersebut, sontak saja suara tawa manis seseorang membuat sang Suster pun ikut mengeluarkan tawanya. Seseorang yang tertawa manis adalah Kim Jongin, pasangan oh Sehun dan juga Ibu bilogis Oh Taeoh. Jongin terus tertawa sambil menghampiri ketiga lelaki tadi yang sudah memasang wajah dungunya, bagaimana tidak tertawa, saat ketiga lelaki itu menunjukan tiga botol besar minuman bersoda dengan rasa yang berbeda- beda.

"kau ingin membunuh anakmu, oh Sehun? Dengan minuman bersoda?,"

Suara lembut Jongin membuat ketiga lelaki itu merasa malu dan mulai menjatuhkan tiga botol minuman bersoda itu. Bahkan kini wajah Sehun sudah sangat memerah, dan tambah memerah saat Jongin mengecup kecil bibirnya dan berjalan pelan menghamprii Suster yang masih menggendong Taeoh.

"Maaf Tuan, tapi sebaiknya, anda harus mengikuti kursus menjaga bayi dengan baik dan benar."

Seru sang Suster lalu pergi meninggalkan mereka semua. Kini keemapt orang dewasa dengan satu bayi itu sudah berkumpul di ruang rawat Jongin, dengan Jongin yang sedang menyusui Taeoh.

"Dimana otak kalian saat membeli minuman bersoda untuk Taoh?," suara lembut Jongin memcah keheningan yang tercipta disana,

"Susternya berkata bahwa ia membutuhkan botol minum, jadi ya kami membeli 3 botol itu," jawab Sehun pelan,

"Siapa bilang kami! Itu kau saja!," seru Chanyeol lalu memandang tajam Sehun dan Minsoek,

"Ya, Kapten! Bahkan kau bingung memilih antara rasa sari jagung atau strawberry!," seru Minseok tak mau kalah.

Sedangkan Jongin hanya bisa tertawa kecil mendapati ketiga orang yang cukup berpengaruh di dunai kemiliteran Korea itu saling mengejek kebodohan mereka. Ah andaikan saja Dunia tidak memiliki orang jahat, mungkin kehidupan keempatnya akan terus seperti ini, dilimpahi kebahagiaan yang begitu banyak bahkan mereka tidak perlu was-was setiap mendengar suara Beep. Suara yang akan selalu menghantui hidup mereka, karena kenyataannya, saat suara itu berbunyi, ada satu misi yang akan membawa mereka pada kematian.

Suasana sengit yang begitu kenatara itu sontak terhenti saat seseorang lain membuka pintu dengan bantingan yang cukup keras, orang itu berpakaian lengkap bak orang yang akan berperang. Dan ya, bertambah satu lagi orang bodoh di ruangan itu.

"Ya, Prajurit Zhang, kau ingin kemana dengan pakaian tentara lengkap seperti itu?," Tanya Chanyeol lalu diiringi gelak tawa dari rekannya yang lain.

Ya, itulah tim pasukan khusus kebanggan Korea Selatan, Pasukan yang akan selalu dinomor satukan saat ada misi besar ataupun perang. Pasukan yang akan selalu terdepan dan memiliki pikiran yang baik dalam rencana perang, tapi tidak dengan kehidupan sehari- hari mereka.

Ya, mereka adalah Tim Alpha, tim pasukan khusus yang di ketuai oleh Park Chanyeol, dengan wakil Kim Minseok, dengan anggota Oh Sehun, Kim Jongin, dan Zhang Yixing, mungkin seorang bayi kecil nan manis bernama Oh Taeoh, sebagai pasukan baru di Tim ini.

.

.

.

TBC/END

[ Totally inspired by Descendants of The Sun, ya walaupun drama ni udah lumayan lama, tapi belum bisa move on. Mungkin karena lingkungan yang terusterusan ngomongin DOTS. Ditambah, mau nemabahin ff Chanchen sama Hunkai. FF ini didedikasikan buat diri sendiri haha. Jika berkenan, Review, please? ]