Terimakasih telah meluangkan waktunya membaca goresan pena saya yang teramat amatir ini.
Cerita sederhana sangat banyak kekurangannya dan saya berharap para pembaca berkenan menyukai cerita ini.
Big Thanks to: flystyle024 (Trims atas semua info dan masukannya), and HwangChoi0701 (atas semangat dan dorongannya. Semoga ff comeback-nya sukses ya).
Selamat menikmati!
Pecah
Jika mereka tahu kalau benci sama kuatnya dengan cinta...
Maka mereka akan membenci satu sama lain...
Gadis itu nampak gelisah, berulang kali dirinya memperhatikan jam, merapikan letak kacamatanya, memperhatikan sekitar, dan mendengus kesal. Separuh hari telah dihabiskannya untuk mencari kesempatan bertemu dengan pria itu. Ayah tirinya.
"Nona Lee, Tuan besar sudah bisa anda temui. Sekarang Tuan Kim Young Woon telah ada di ruang kerjanya," ucap seorang wanita dengan penampilan yang terlihat begitu formal. Kim Heechul namanya, seorang sekertaris muda nan cantik.
Gadis yang diajak bicara itu pun beranjak dari tempatnya dan memandang sebentar ke arah Heechul. "Bisakah kau tidak menyebut pak tua itu dengan sebutan 'Tuan besar'? Itu terdengar amat menggelikan bagiku," ucap gadis itu datar.
Heechul mengangguk patuh dan kemudian memandang pasrah ke punggung putri atasannya sekaligus teman masa kecilnya itu.
Gadis itu memasuki ruang kerja direktur utama perusahaan tersukses di Asia Timur, dengan sikapnya yang sangat dingin dan kurang beradab. Tentu dengan penuh kebencian yang menyeruak dari dada gadis itu. Ningrat yang dingin, Lee Sungmin.
Tak ada satu putri pun yang ingin bersikap baik dengan ayah tirinya, bukan?
"Kim Young Woon!" seru Sungmin seraya membentak meja di hadapannya "Sialan kau! Beraninya kau bertindak tanpa persetujuan ku. Apa kau sekarang mulai lancang, Hah?"
Kangin berdiri. Tak sudi dirinya dibentak begitu saja oleh putri tirinya "Maaf sekali Lee Sungmin, tapi aku sedang tidak ingin bicara dengan gadis liar yang tak punya etika seperti dirimu. Jika kau kemari hanya ingin menunjukan betapa bodohnya kau dengan mencercaku tanpa alasan logis, silahkan kembali lain waktu. Aku sibuk sekarang," ucap Kangin berusaha tenang.
Sungmin semakin marah "Hei pak tua! Asal kau tahu saja ya, yang tidak beretika disini adalah kau! Bukan aku. Kau yang lancang menjual aset perusahaan tanpa persetujuan ku hari ini, kau yang lancang bersikap raja di perusahaan yang dibangun appa-ku dengan keringatnya, dan kau lah yang lancang mengatur hidupku dan hidup keluarga ku."
"Lee Sungmin! Kau tidak pantas marah atas kebijakan ku menjual aset-aset itu. Aku punya pertimbangan yang jauh lebih matang dari mu. Dan ku peringatkan kau! Jangan pernah kau bawa urusan keluarga kita dengan urusan perusahaan," balas Kangin yang masih berusaha bersikap sabar.
"Kebijakan katamu? Itu bukan kebijakan, itu kehendak mu. Dan berapa kali harus ku katakan kau tak berhak mengurus perusahaan ini. Aku pewaris sah perusahaan ini semenjak appa meninggal, kau hanya kecoak kotor yang menikahi eomma-ku dengan tujuan menguras uangnya," sahut Sungmin "Dan karena itu aku tak pernah sudi kau menjadi a..."
"Lee Sungmin!" seru seorang wanita paruh baya yang sudah berdiri di belakang Sungmin, tentunya memotong perkataan Sungmin. "Berapa kali eomma katakan, bersikap baiklah dengan appa-mu."
Tidak! Itu Leeteuk. Bagaimana bisa ibu Sungmin datang di waktu yang sangat tidak tepat seperti sekarang. Ini akan membuat Sungmin terkesan seperti gadis bodoh yang menentang ayahnya yang bijaksana.
"Sungmin! Sekarang juga kau pulang!" perintah Leeteuk pada Sungmin.
"Eomma... Kenapa Eomma jadi mulai berpihak padanya? Sekarang aku sedang mengurus urusanku dengannya dan ku harap Eomma tidak ikut campur."
"Sejak kapan kau menjadi tidak patuh begini? Ternyata semua orang selama ini memiliki pandangan yang benar tentang mu. Kau sudah berubah menjadi gadis tidak berperasaan, liar, tidak mengindahkan yang namanya kesopanan. Ku harap setelah ini kau segera pulang karena aku tidak ingin orang-orang kantor mendengar perseteruan antara kau dan appa-mu," ucap Leeteuk tegas.
"Dia bukan appa-ku!" teriak Sungmin "Dan walau apa yang Eomma katakan itu benar. Itulah kenyataan yang harus Eomma hadapi. Aku berubah karena orang ini. Orang yang datang begitu saja ke hidupku dan bertingkah sangat memuakkan. Aku hanya ingin memperjelas, aku mulai menyesal hidup dengan keluarga ini, dan aku mulai menyesal menjadi anak Eomma!" teriak Sungmin seraya berlari keluar dan membanting pintu.
Leeteuk menghela nafas sangat panjang setelah melihat satu lagi tingkah putri sulungnya. Setiap hari selalu ada alasan bagi Sungmin untuk membuat kepalanya berkedut. Masalah, masalah, dan masalah yang akan terus menghampirinya jika sikap putrinya terus-terusan begini. Entah kapan dirinya dapat mendapatkan kembali solusi seperti dulu.
Ketika keluarganya masih harmonis, bahagia, dan penuh kehangatan.
Tanpa sadar, tangan besar Kangin menyentuh pundaknya. Leeteuk menoleh pada suaminya dan mengulas senyum tipis. "Entah kapan aku dapat membuatnya bisa bersikap layaknya seorang yang berbudaya. Mungkin aku harus berusaha lebih keras lagi untuk membuatnya bisa menerima kehadiran mu," kata Leeteuk pelan.
Kangin mengecup kening Leeteuk lembut, dan kemudian tersenyum padanya. "Dia akan menjadi putri ku, putri kita. Kau tidak usah khawatir."
Sedangkan Sungmin yang masih berdiri di depan ruang kerja Kangin semakin gerah setelah mendengar percakapan singkat eomma-nya dan pria yang dianggapnya paling berengsek di dunia. Kenapa selalu dirinya yang disalahkan? Kenapa bukan Kangin? Bukankah yang membuat dunia disekelilingnya hancur adalah Kangin? Tapi kenapa Kangin selalu punya dukungan sedangkan dirinya tidak?
Sungmin kembali marah. Marah, marah, dan marah. Karena marah yang hanya bisa dilakukannya saat ini. Dirinya frustasi dengan keadaanya sekarang. Ia ingin lari, pergi sejauh mungkin, kemudian mengubur dirinya dalam-dalam agar tak seorang pun dapat menemukannya.
Air matanya hari ini jatuh, tanpa terbendung. Kasih sayang eomma yang dulu hanya untuknya kini kian hari kian sirna karena pria itu datang.
Sungmin berlari keluar, berniat akan pulang secepat ia bisa. Ia terus berlari sambil menyembunyikan air matanya agar tak seorang pun dari bawahannya tahu bahwa ia sedang menangis. Karena jika mereka tahu, itu akan menjadi hal yang memalukan, bukan?
Bruk...
Sungmin terjatuh. Dirinya menabrak sesorang, dan hal itu membuat kacamatanya jatuh.
"Maaf, saya tidak melihat anda tadi," ucap orang yang menabraknya itu.
Sungmin tidak bisa melihat, kacamatanya jatuh dan pandangannya menjadi pecah dan kabur. Nyaris seperti orang buta.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" ucap orang itu lagi. Dari suaranya Sungmin tahu itu suara seorang pria.
Sungmin meraba-raba lantai, mencari kacamatanya. "Kacamata, mana kacamataku!" bentak Sungmin pada orang yang menabraknya itu "Hei orang bodoh! Cepat cari dimana kacamataku! Kau harus bertanggung jawab karena telah menabrak dan membuat kacamataku jatuh. Dimana kau menaruh matamu itu? kau pikir kau berjalan hanya menggunakan kakimu? Pakai juga otak dan matamu!"
"Maaf, sepertinya saya telah membuat kacamata anda pecah. Namun, jangan khawatir. Saya akan menggantinya dan saya akan mengantarkan anda ketempat tujuan anda selama anda tidak bisa menggunakan kacamata anda," jawab pria itu lembut.
"Arghh... sudahlah. Kau hanya membuang waktuku," sahut Sungmin seraya mencoba berdiri dan menyipitkan matanya untuk melihat sekeliling.
Namun, semuanya terlalu kabur untuk dilihat dan mulai membuat kepala Sungmin yang tadinya penuh emosi kini pening.
Belum sempat Sungmin berdiri, dirinya jatuh ke lantai untuk yang kedua kalinya, Heechul berseru memanggilnya "Nona Lee!" Heechul berdiri di sampingnya seraya memapah atasannya itu. "Apa anda baik-baik saja?"
"Tidak bodoh! Kau lihat sendiri aku sedang tidak bisa melihat dengan jelas. Bagaimana aku bisa pulang jika begini keadaannya," sahut Sungmin kasar.
Heechul mengangguk pelan tanpa Sungmin sadari. "Saya akan mengantar anda ke mobil," ucap Heechul pelan.
Heechul pun mengantarkan Sungmin hingga atasannya itu menaiki mobilnya dan pergi. Saat Heechul berbalik untuk memintakan maaf atas sikap Sungmin kepada orang yang menabrak Sungmin tadi. Dirinya terkejut.
"Yeoja yang sombong," ucap pria itu singkat.
Heechul membelalakan matanya, tak disangkanya pria itu sudah berdiri di belakangnya. Tapi sejak kapan?
"Ternyata untuk bekerja di perusahaan ini sulit juga ya. Apalagi jika harus bertemu orang seperti dia sepanjang hari. Hei, ngomong-ngomong anda pasti Heechul bukan? Sekertaris Tuan Kim Young Woon kan?" tanya pria itu lagi.
Heechul mengangguk kemudian membalikan badan seraya berkata "Tak salah lagi. Anda sudah di tunggu Tuan besar di ruangannya. Artis baru yang menghabiskan debutnya di Jepang bukan? Tuan Cho Kyuhyun, harap ikuti saya ke ruangan beliau."
"Tentu," balasnya seraya tersenyum dan berjalan mengekor di belakang Heechul.
Jika mereka tahu cinta bisa muncul hanya dari pertemuan singkat yang kiranya tak berarti...
Maka mereka akan berhenti bedelusi tentang cara mendapatkan cinta...
Karena...
Cinta itu sederhana...
Sesampainya Sungmin di kamarnya. Dirinya langsung membanting tubuhnya di ranjangnya, dan menangis di balik bantalnya.
Apa yang bisa ia lakukan?
Hanya merutuki diri, dan menyerah dengan rasa sepi yang mulai merayapi dirinya saat ini.
Dan memori itu kembali berputar di kepalanya. Terasa jelas, dekat, dan menyakitkan.
Dua tahun yang lalu, ketika hidupnya berjalan seperti apa yang selalu ia dambakan. Tuhan mengguncangkan kehidupannya yang tenang.
Appa-nya —seorang pengusaha sukses dan terkenal di dunia— jatuh sakit kemudian meninggal. Pergi meninggalkan keluarganya dan membuat Sungmin dihantui rasa kehilangan yang begitu dalam. Bahkan rasanya, ia nyaris gila.
Dan saat itu Sungmin masih bersekolah di Inggris. Ia langsung pindah ke Korea Selatan untuk mengambil alih urusan perusahaan yang sedang mencapai masa jayanya itu. Semua beban ditujukan pada Sungmin, dan Sungmin dengan tegar menghadapi itu sebagai putri sulung keluarga ini.
Appa-nya pergi dan masalah berdatangan.
Dan dunia Sungmin semakin hancur ketika eomma-nya, Leeteuk bersikeras untuk menikah lagi. Menikah dengan sahabatnya dan sahabat ayah Sungmin. Kim Young Woon atau sering disebut Kangin.
Kangin datang, mengambil alih semua tugas dan tanggung jawab Sungmin dan menjadi kepala rumah tangga yang baru di keluarga itu. Ia mengatur segalanya agar berjalan dengan baik. Namun Sungmin membenci itu. Sungmin merasa Kangin terlalu otoriter.
Ia membenci hidupnya setelah kepergiaan appa-nya.
Rrttttttttrt...rrrrrtttttt...
Anda memiliki satu pesan
Sungmin dengan cepat membuka handphone miliknya dan membaca pesan singkat itu.
Jangan lupa! Besok kita latihan yang terakhir. Semangat untuk kompetisi itu!
Hwaiting!
Yesung
Senyum terukir di wajah Sungmin.
Huh, setidaknya walau hidup itu penuh kepahitan. Ia akan selalu menemukan sedikit rasa manis dan bahagia itu.
Walau hatinya pecah sekalipun.
Jika mereka tahu hidup berlanjut dengan penuh kejutan...
Maka mereka akan putus asa melanjutkan hidup itu...
Bersambung...
Bagaimana menurut Anda? terlalu kaku? tidak menarik?
Harap tinggalkan komentarnya, agar cerita ini menjadi cerita yang baik.
Terimakasih!
