Angel/Bitch
By: PORORO90
Disclaimers: Allways belong to Masashi Kishimoto
Warning: AU, OOC, Typo, Gaje, dan segala hal yang mungkin anda tidak sukai.
Don't like don't read.
.
.
Chapter 1 [Yellow Sun]
.
.
.
Cahaya matahari sudah menerobos memasuki celah jendela, jatuh tepat pada sesosok rupawan yang tidur dalam kedamaian. Perlahan ia menggeliat, lalu membuka matanya perlahan. Tangannya reflek meraba-raba nakas di samping tempat tidurnya, mengambil sebuah kacamata berbingkai hitam. Setelah memakainya pemuda berambut raven itu turun dari ranjang, sambil bersiul ia merapikan kasurnya yang terlihat kusut. Sebentar ia menoleh, pada sebuah jam weker usang, lalu bergegas menuju kamar mandi.
Jam menunjukkan angka delapan ketika ia selesai mengikat simpul dasi merahnya. Ia ingat kalau ada janji, dengan si 'kuning' yang berisik. Ia bahkan mengabaikan sarapan paginya, seikat koran yang tergeletak tak berdaya di bawah pintu apartementnya.
[Angel/Bitch]
.
.
Namikaze Corp. memiliki gedung pusat yang unik. Berbentuk menyerupai asparagus, dan yang paling unik, ruangan bos justru berada di lantai satu. Salahkan mahluk kuning yang bernama Naruto Namikaze yang memiliki hobi ngintipin rok karyawan berparas cantik. Sasuke tahu apa saja yang berkeliaran di otak mesum sahabatnya. Tapi si 'Kuning' selalu berkilah lantai satu adalah keberuntungan. Ia berkata kalau ingin di sapa oleh siapapun terlebih dahulu. "Tch!" sambil berdecih, si Uchiha memutar mata bosan.
[Angel/Bitch]
.
.
"Lihat dia," suara cempreng Naruto mengalihkan pandangan Sasuke pada layar laptop black pearl kesayangannya.
"Hn." Selalu saja dua konsonan itu yang menjadi andalannya. Ia melihat objek yang di tunjuk oleh kode dagu sahabatnya.
"Yang memakai dress kuning, bagaimana menurutmu?"
.
Kali ini, Sasuke memfokuskan pandangan. Pemuda berambut hitam itu harus sependapat dengan Naruto. Sebenarnya ia benci mengakui kalau selera Naruto kali ini lebih bagus ketimbang sekedar berkutat pada gadis berambut pink yang sukanya berteriak-teriak.
Gadis itu terlihat duduk sambil menyilangkan kaki. Gayanya terlihat elegan, kombinasi sopan dan intelek. Rambut panjangnya tergerai indah dan membingkai pas wajahnya yang ayu. Surainya berkilau di bawah sinar matahari, menimbulkan efek tiga dimensi yang tidak bisa Sasuke deskripsikan. Kadang terlihat seperti ungu, kadang serupa biru. Apa ya namanya? Mungkin indigo..
Selengkung senyuman tak di sadari oleh Sasuke. Mengapa ia merasa bahagia hanya dengan melihatnya. Seolah ia punya memori yang terhapus, seolah mengenal, namun asing. Mungkin gadis itu berasal dari surga.
Sasuke mengamati lebih lama lagi, kalau dilihat wajah gadis itu tidak begitu cantik, namun bukan berarti ia jelek. Entah mengapa wajahnya yang inosent terlihat menggemaskan dan memesona. Terlihat familiar dan misterius di saat yang sama. Jika ia tersenyum seperti yang Sasuke lihat saat ini, tampak sepasang lesung pipit yang menghiasi pipinya yang chubby. Seolah menggoda untuk di cium atau di belai. Yang lebih menawan hati Sasuke adalah, pipi itu akan merona jika di goda atau malu. Dari telinganya yang tajam ia lamat-lamat mendengar suaranya yang merdu.
.
.
"Hinata,"
.
Perlahan raut wajah Sasuke mengeras. Ada kebencian dan rasa sakit di sana. Kenapa ada gadis secantik itu harus memakai nama 'jalang' yang menghancurkan hidupnya.
Seakan tersadar karena melakukan kesalahan Naruto terkesiap, "Gomen. Aku tak bermaksud merusak moodmu.."
Naruto nyengir, berusaha memperbaiki kondisi yang berubah menjadi dingin, namun sia-sia.
.
Kenapa harus Hinata? Kenapa tidak Kimberly, atau Yuki, atau Sharapova sekalian. Lagipula kenapa mata abu-abu itu harus berasal dari Jepang? Bukankah mata keperakan itu justru mirip dengan peranakan Rusia? Kenapa harus wanita jalang yang dikejar Itachi sampai ajalnya menjelang. Kenapa harus Hinata?! Sasuke mengerang dalam hati.
.
"Hei," Naruto mengibaskan tangannya.
Si raven mendapatkan kesadarannya kembali, "Hn,"
"Kau masih ingin di sini?"
"Tidak."
.
Naruto manggut-manggut. " Kau tidak keberatan kan kalau kita segera menuju ruanganku untuk brifing?"
"Hn."
.
Naruto mendesah, kadang dongkol menghadapi sahabat yang bermasalah sengan kosa kata. Meski begitu ia bangkit dari kursinya yang terletak tepat di tengah kafetaria gedung Namikaze. Ia sempat melihat Sasuke yang memasukkan laptop kedalam tas kulitnya dan bangkit juga.
Kedua pria itu harus melanjutkan lagi putaran waktu sang takdir, namun sebelum jauh mata onix Sasuke sempat menagkap seorang pria yang amat di kenalnya. Matanya menyipit, mau apa Sai ada di sini?!
[Angel/Bitch]
.
.
Naruto menatap lembaran kertas yang diberikan oleh Sasuke. Ia selalu terkesima oleh ide-ide brilian dari sahabatnya. Namun begitu ada secuil rasa miris yang tersempil di sudut hatinya. Merasa sedikit bersalah karena membiarkan orang sejenius Sasuke Uchiha justru menjadi bawahannya. Sedangkan seharusnya sahabat ravennya bisa saja mewarisi kerajaan bisnis Uchiha yang mengakar sampai ke luar negri.
"Kenapa Sai ada di sini, Dobe?"
Mata sapphire Naruto melebar, "Apa?"
"Kau tidak menjalin kerja sama dengan keluargaku kan?!"
Selalu, si pria raven menolak interaksi dengan keluarganya sendiri. Naruto mendesah. "Tidak, maksudku hari ini aku tak punya jadwal apapun dengan perwakilan Uchiha. Mengapa kau menanyakan ha ini, Teme?"
"Aku melihatnya.."
Naruto mentap mata onix itu, bingung.
"Aku melihat Sai, menghampiri wanita yang kau incar tadi.."
Naruto tersenyum lembut, ragu antara membuka kartu atau tidak.
"Kau tidak menyembunyikan apapun kan?" tuduh si Raven.
Naruto tertawa, "Hahaha, ya ampun.."
"Katakan apa yang kau tahu,-" mata onix menajam, menghujani Naruto dengan deathglare.
"Well, aku cuma memberi tahu, kalau gadis yang memakai sundress berwarna kuning tadi adalah Hinata,"
"Kau sudah memberitahuku tadi, ini tidak menjelaskan apapun!" geram Sasuke.
Naruto tersenyum sendu ke arah Sasuke, "Lengkapnya Hyuuga Hinata,"
Dan Sasuke tahu, kali ini ia tak bisa melarikan diri lagi. Musuhnya, telah kembali. Amarah dan dendam bersarang di dadanya.
"Sai, mungkin berada di sini untuk menjemputnya langsung. Kau tahu, Madara Uchiha, tidak akan membiarkan tunangannya tergores.."
"Tch!" Sasuke mengumpat. Mengingat kenapa kakaknya terbunuh. Cinta memang bisa menghidupkanmu, juga membunuhmu pula.
.
Kamu tahu,
Rasa ini menghidupkan hari-hariku.
Seperti matahari kuning,
Yang bersinar di angkasa.
Dia, tempat yang terang..
Telah menuntunku pada kehidupan yang kupilih sendiri.
Bernama cinta
Sasuke teringat lagi sajak yang di tulis oleh Itachi, sajak yang akan ia ingat. Karena mengantarkannya pada balas dendam.
*TBC*
A/n:
Huwaaa.. tidak menepati janji untuk melanjutkan HBT (Happy Bunnies Time) malah update fict baru..#jedotin kepala ke tembok.
Saya berencana bikin pair selain Sasuhina, tapi balik lagi- balik lagi. Saya selalu mentok kepada Sasu untuk menjadi lawan main Hinata. Hwaaa, saya merasa gagal #Plak!
Ita-Hina-Sasu. Selalu menjadi sasaran saya untuk di-eksplor.
Kya-kya..
Minta Review boleh? #kedip-kedip.
Onegai..
(*_*) sign PORORO90
