Sorry Boy, Hinata is Mine
Disclaimer : Naruto punya Masashi Kishimoto
Fict ini punya Yhatikaze
Pairing : Lagi-lagi SasuHina
Rating : T
Warning : OOC, Typo disana-sini, jelek, aneh, GaJe, pokoknya Fict ini punya banyak kekurangan yang tak terhitung banyaknya(?)
Konoha High School
"Ohayou Hinata-sensei..." sapa seorang siswa berambut cokelat kepada seorang wanita berkacamata, bermata lavender, berambut Indigo panjang yang disanggul sederhana dan membawa setumpuk buku yang cukup berat ditangannya.
"Ohayou, Inuzuka-san.." kata wanita membalas salam muridnya yang terkenal paling sering cari muka didepan guru itu sembari tersenyum lembut. Siswa yang akrab dipanggil Kiba oleh teman-temannya itu hanya nyengir.
"Sensei kelihatannya sedang kerepotan. Mari saya bantu .." kata Kiba ramah.
Guru sastra bernama Hinata itu tersenyum seraya memberikan sebagian buku yang ia bawa kepada Kiba. Kiba pun dengan senang hati membantu sensei-nya yang cantik itu. Mereka akhirnya Kiba mengekori Hinata berjalan menyusuri koridor Konoha Senior High School itu. Sesekali para siswa menyapa mereka. Tepatnya pada Hinata.
Wajar..
Kenapa ? Hinata adalah guru termuda dan tercantik di sekolah. Ditambah lagi sekolah itu adalah sekolah khusus kaum adam, jadi siswa-siswa tersebut jarang melihat makhluk Tuhan yang bernama perempuan apabila berada disekolah. Paling hanya Chiyo-baasan si Nenek Penjaga Kantin, Kurenai-sensei si Ibu guru seni musik yang sudah berkeluarga, Anko-sensei si Ibu guru Fisika yang sangat galak-, dan yang terakhir adalah Hinata-sensei.
Mau cari perhatian dengan Nenek Chiyo ? Siapa yang mau dengan nenek-nenek ?
Siswa : Gak ada yang lebih bagus ?
Zee : Yang lebih mahal banyak -?-
Dengan Kurenai-sensei ? Mau dapat bogem mentah dari suaminya yang terkenal seram ? Lihat saja penampilan suaminya yang brewokan, tubuhnya atletis, dan suaranya yang berat. Wajar saja, Suami Kurenai-sensei yang bernama Sarutobi Asuma adalah kepala kepolisian Konoha.
Asuma : YANG BERANI MENDEKATI ISTRIKU, AKAN KUPASTIKAN IA KOMA SELAMA 5 BULAN..
Siswa : -sweatdrop-
Dengan Anko-sensei ? Walaupun dia sudah punya pacar yang a.k.a Kakashi-sensei –guru Matematika yang cuek abis-, Kakashi-sensei tak se-protektif suami Kurenai-sensei. Nah... yang menjadi masalahnya adalah, sudah siap kah mental para siswa untuk menghadapi guru galak itu ?
Kakashi : Deketin Anko ? Silahkan saja.. Tapi akibatnya tanggung sendiri ya... ^^
Siswa : ...
Jadi satu-satunya yang menjadi sasaran mereka adalah Hinata-sensei. Sensei lembut, baik hati, berwajah cantik, berbadan bohay walaupun tak sebohay Kurenai, tapi Hinata-sensei single (menurut mereka)... Siapa yang mau marah ? Hinata-sensei saja hanya tersenyum kalau para siswa memberikan perhatian lebih padanya. Mereka belum tahu saja kalau hati Hinata sudah ada yang punya.
Siswa : WE LOPH YOU HINATA-SENSEI...
Zee : eww... =.="
Yah.. bektudesetori...
"KRIIIING"
Bel tanda dimulainya jam pelajaran pertama berbunyi. Para siswa berlarian masuk kedalam kelas dan duduk dibangku mereka masing-masing.
Terutama murid kelas 2-4, kelas yang akan diajar Hinata selama 2 jam pelajaran. Para siswa tersebut langsung duduk manis di bangku masing-masing. Ada yang sesekali melirik cermin yang disembunyikan dibawah lacinya, ada yang menyemprotkan minyak wangi berbagai merek ketubuhnya, ada yang merapikan rambutnya yang sudah diberi gel agar terlihat kinclong dan keren, de'el'el de'es'be... Huhh... dasar abg.
Pintu kelas terbuka,
Seorang wanita cantik berambut indigo disanggul rapi, berkemeja putih, dan rok hitam selutut berjalan masuk kedalam dengan langkah yang anggun tapi berwibawa dibelakangnya mengekor(?) seorang siswa berambut cokelat acak-acakan. Tapi yang menarik perhatian para siswa hanyalah sang wanita cantik tersebut.
Mata lavender pucat dibalik kacamata tanpa framenya menatap lembut para penghuni kelas. Senyum manis terpatri di wajah cantiknya. Bila ini adalah sinetron, kemunculan wanita ini pasti disertai dengan cahaya bling-bling dan diiringi dengan lagunya James Blunt yang "You're Beautiful".
"Ohayou..." sapa Hinata dengan hangat disertai senyum lembut selembut terigu(?).
Semua siswa menatap Hinata yang berdiri didepan kelas dengan mata yang berubah menjadi love-love warna pink dan kedua telapak tangan mereka menangkup wajah masing-masing.
"Ohayou sensei..." kata para siswa dengan suara dibuat selembut mungkin.
Hinata menoleh kesampingnya, menatap Kiba yang masih berdiri disamping meja guru dan memegang buku yang sedari tadi ditentengnya.
"Inuzuka-san ?" panggil Hinata pada Kiba yang sedang menatapnya dengan senyum aneh terukir dibibirnya. Hinata mengernyitkan keningnya tanda ia bingung melihat perilaku aneh salah satu siswanya.
"Inuzuka ?" panggil Hinata lagi dengan suara yang lebih keras karena Kiba masih saja berdiri kayak patung Hokage ditengah kota Konoha.
"WOYY... APA YANG KAU LAKUKAN, KIBA...?" teriak seorang siswa berambut hitam klimis model mangkuk.
"Eh ?" akhirnya Kiba kembali kealam sadarnya dan menatap bingung para penghuni kelas yang tengah menatapnya dengan tatapan tajam. Beberapa siswa juga misuh-misuh tidak jelas.
"Ada apa, Inuzuka-san ?" tanya Hinata
"Ng.. Tak ada apa-apa, Sensei.." jawab Kiba sambil nyengir kuda
Hinata menghela nafas pelan, "Ya sudah, silahkan letakkan buku itu diatas meja guru, dan kau boleh duduk dibangkumu.." pinta Hinata dengan suara lembut.
"H..Hai' sensei.." kata Kiba grogi sendiri. Ia pun meletakkan buku-buku itu diatas meja guru, setelah itu ia menuju tempat duduknya.
"Baiklah, kita mulai pelajarang hari ini.." kata Hinata mengambil sebuah buku dan mulai menjelaskan tentang puisi.
.
.
.
PT UCHIHA GROUP
Seorang pria tampan berambut biru tua sedang sibuk menandatangani file-file yang sedang menumpuk dimejanya. Sesekali ia sibuk membalikkan halaman demi halaman file tersebut. Bisa dilihat dari ekspresi wajahnya kalau ia sedang serius.
"tok..tok..tok.."
Pintu ruangan kerja pria itu diketuk oleh seseorang diluar sana. Tanpa menghentikan pekerjaannya, pria itu mengatakan sebuah kata yang berarti orang diluar sana telah diizinkan masuk.
"Sasuke-nii" panggil seorang laki-laki berambut hitam pekat, berkulit pucat, dan mengenakan seragam sekolah salah satu sekolah favorit sambil berjalan menuju meja sang pemilik ruangan.
"Hn" kata pria yang a.k.a Uchiha Sasuke itu tanpa mengalihkan perhatiannya dari file-file penting diatas mejanya. Sasuke sudah tau kalau laki-laki, yang merupakan adiknya itu, pasti sedang ada maunya. Buktinya ia memanggil namanya dengan suffix '-Nii', biasanya kan hanya 'Sasuke' saja.
"Aku minta uang.." kata laki-laki tadi yang sekarang sudah duduk diseberang Sasuke. Sasuke mengalihkan perhatiannya kearah laki-laki pucat bernama Uchiha Sai yang tengah tersenyum palsu dihadapannya.
"Minta sama Itachi" kata Sasuke datar. Sai menghentikan senyum palsunya dan menatap datar kakak nomor duanya itu.
"Itachi tinggal di Suna. Aku butuh uangnya sekarang" kata Sai.
Sasuke menggelengkan kepalanya. Sai kembali tersenyum ketika Sasuke mulai merogoh saku belakang celana hitamnya dan mengluarkan dompet hitam dari sana.
"Berapa ?"
"¥ 3.000.000" jawab Sai santai.
Mata Sasuke sedikit terbelalak. Bukannya ia tak mampu memberikan adiknya uang sebanyak itu, hanya saja, untuk apa Sai minta uang dengan nominal yang tidak sedikit itu. Sai mengerti arti tatapan Sasuke, Ia lalu menjelaskan alasannya meminta uang sebanyak itu.
"Aku menabrak sebuah mobil mewah. Pemiliknya galak. Dia minta ganti rugi. Dan sekarang ia menungguku dibawah" kata Sai –sekali lagi- dengan nada suara yang santai kayak di pantai.
Mendengar penuturan adiknya, Sasuke hanya bisa menghela nafas. Ia menyesali keputusannya mengizinkan Sai tinggal di Konoha bersamanya. Seandainya Sai tinggal di Suna bersama kedua orang tuanya, pasti ia tak akan repot seperti ini. Pikirannya semakin bercabang dengan kedatangan Sai. Sasuke harus memikirkan pekerjaannya sebagai pimpinan perusahaan warisan keluarga Uchiha, dan harus memikirkan Sai yang susah diatur. Ugh...
Sasuke mengangkat gagang telfon diruangannya dan menghubungi asistennya.
"Suigetsu, cairkan uang tunai ¥ 3.000.000. Sekarang.."
"Baik Sasuke-san..." kata asisten Sasuke. Sasuke menaruh kembali gagang telfonnya.
Sasuke kembali sibuk dengan file-nya. Sedangkan Sai, ia mengambil dan mengutak-atik handphone-nya sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Kau bolos ?" tanya Sasuke tanpa mengalihkan pandangannya dari pekerjaannya.
"Aku malas masuk kelas guru ular itu.." kata Sai masih sibuk dengan handphone-nya. Sasuke mendecih mendengar alasan adiknya.
"Kau itu sudah kelas 3" kata Sasuke mencoba mengingatkan Sai. Sai memasukkan handphone-nya kedalam saku seragam sekolahnya, kemudian menatap Sasuke yang sedang sibuk menandatangani file diatas mejanya.
"Aku tahu. Kau pasti mau bilang kalau sebentar lagi aku akan menghadapi ujian, kan ? Tch.. aku bosan mendengarnya dari para guru.."
"Terserah.."
"Tapi kalau kekasihmu yang bilang , aku tak akan pernah bosan..." kata Sai.
Sasuke langsung memberikan deathglare terbaiknya pada Sai. Sai ? Dia hanya tersenyum palsu seperti biasa.
.
.
.
Hinata berjalan dikoridor yang tampak ramai. Wajar saja, sekarang adalah jam istirahat. Terlihat beberapa siswa bergerombolan masuk kedalam kantin sambil tertawa-tawa, ada yang menuju taman sekolah sambil membawa kotak bento, ada pula yang menuju perpustakaan untuk membaca.
"Hinata.." panggil seorang wanita berambut ungu dan dikuncir asal-asalan. Hinata menoleh kearah datangnya suara tadi. Ia tersenyum ramah sejenak pada wanita itu.
"Ya..? Ada apa Anko-san ?"
"Mau ikut kekantin bersamaku ?" ajak wanita itu menunjuk arah kantin dengan ibu jarinya.
Hinata tersenyum, lalu menggeleng pelan. Anko menaikkan salah satu alisnya.
"Aku tak ingin jadi obat nyamuk, Anko-san.. Kakashi-san pasti sudah menunggumu didalam kantin" kata Hinata dengan nada suara menggoda.
"Kau ini.." Anko menanggapi godaan Hinata dengan memutar bola matanya. "...jadi kau makan siang dimana ?"
"Aku membawa bento... Aku makan diruang guru saja.." kata Hinata.
"Yasudah... Aku ke kantin dulu ya..." kata Anko kemudian berjalan menuju kantin sekolah. Sedangkan Hinata melanjutkan langkahnya menuju ruang guru.
Setelah masuk keruang guru, ia langsung menuju mejanya dan duduk dikursinya sambil membuka lacinya. Ia mengambil sebuah kotak hitam dengan motif bunga lavender. Ia tersenyum begitu melihat makanan yang ia masak tadi pagi tampak begitu menggiurkan. Ia mengambil sepasang sumpit dan bersiap untuk menikmati makan siangnya.
"Ittadakimasu.." kata Hinata pelan.
Saat ia hendak mengambil makanannya dengan sumpit, handphone-nya berbunyi. Ia menaruh kembali sumpitnya dan meraih handphone yang ia letakkan di tas hitamnya. Begitu melihat siapa yang menghubunginya, ia langsung tersenyum senang.
"Moshi-moshi, Sasuke-kun.." kata Hinata setelah menekan tombol hijau di handphone-nya
"Hn.. Sedang apa ?" balas orang diseberang sana dengan nada yang datar
"Aku baru saja mau makan siang.." kata Hinata
"Dikantin ?"
"Ah.. tidak. Aku bawa bekal, jadi aku makan siang diruang guru. Sasuke-kun sendiri sedang apa ?" Hinata mengambil sumpitnya dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya menahan handphone yang menempel ditelinganya. Ia mulai menyuapkan makanan kedalam mulutnya.
"Aku sedang menunggu client di restoran untuk makan siang bersama.." Sasuke berhenti sejenak untuk menghela nafas "..aku jadi rindu masakanmu..." lanjut Sasuke dengan suara yang agak lemas. Hinata terkekeh pelan.
"Habisnya, kau sibuk terus sih, dan lebih sering makan diluar bersama client-mu.." kata Hinata setelah menelan makanan yang ada dimulutnya.
"Tuntutan pekerjaan. Akhir-akhir ini sedang banyak proyek dan membuatku bekerja ekstra. Belum lagi masalah Sai yang sulit diatur. Kepalaku terasa pusing memikirkannya.." kata Sasuke mengeluh. Sasuke jarang sekali mengeluh, tapi lain urusannya kalau yang mendengar keluhannya adalah Hinata.
"Sasuke-kun, jaga kesehatan ya.. Makan teratur, jangan terlalu banyak begadang, dan konsumsi lah vitamin. Masalah Sai, nanti aku bantu menasehatinya. Kau juga harus tegas padanya.." kata Hinata menasehati anak kedua keluarga Uchiha itu. Sasuke terkekeh pelan mendengar nasehat Hinata.
"Baiklah. Mm..sore nanti aku jemput ya ?"
"Tumben.. kau sedang tidak sibuk ?" tanya Hinata dengan nada suara meragukan. Sasuke kan sedang banyak pekerjaan, kok masih menyisakan waktu untuk menjemput Hinata ? Apa tidak mengganggu pekerjaan Sasuke nanti ?
"Sibuk sih.. Tapi aku ingin makan masakanmu malam ini..." Hinata merona mendengar penuturan Sasuke.
"Hm.. kau mau makan apa ?"
"Apa saja. Yang jelas ada tomatnya.."
Hinata berfikir sejenak, dan akhirnya menyetujui permintaan Sasuke. "Baiklah.."
"Oke. Sampai jumpa nanti sore. Bye.."
"Bye.."
~TBC
Tralala..Trilili... Zee membuat fict Gaje lagi... Update-an fict Zee yang satunya masih dalam proses.. –gak ada yang nanya-
Ide fict ini Zee dapat waktu lagi ingat masa-masa sekolah yang telah lewat beberapa bulan ini.
Jadi inget salah satu guru Zee... –senyum2gaje-
Otre deh..
mungkin ide fict ini pasaran, tapi ini hasil imajinasi saya ditambah pengalaman pribadi seseorang.. HOHOHO...
Jadi...
Keep or Delete ?
Review ya...
