Daiki tidak suka cerita seorang putri, naga dan pangeran kesukaan Satsuki. Tapi, ia menyukai versi lain dari cerita itu. kid!AoMomo. Chap 1. A ficlet collection.
Disclaimer for Tadatoshi Fujimaki
Character: Aomine Daiki & Momoi Satsuki
Timeline: saat usia lima tahun
~oOo~
Because I'm Your Guardian, Princess
Chap 1: Prince and Princess
by Little Hatake
.
.
"...lalu akhirnya, sang putri dan pangeran hidup bahagia selamanya."
Dengusan kecil terdengar setelah halaman terakhir buku cerita berwarna merah muda itu ditutup. "Huh! Aku tidak suka ceritanya!"
"Mengeluhnya nanti saja ya, Daiki-kun. Sudah jam sembilan malam. Satsuki-chan, ibu mengantar Daiki-kun dulu ya..." Ibu Satsuki lalu menggamit lengan kecil Daiki dan menuntunnya keluar dari kamar Satsuki. Anak lelaki itu hanya menurut saja diiringi uapan lebar, tenaganya sudah habis terkuras karena bermain seharian dengan Satsuki. Hari Minggu memang hari yang selalu ditunggu-tunggu oleh Satsuki dan Daiki, mereka dapat bermain hingga puas.
Satsuki mengangguk kecil sebelum punggung ibu dan sahabatnya itu menghilang di belokan menuju tangga.
'Apa sih yang diinginkan oleh Dai-chan dari cerita seorang pangeran yang menyelamatkan seorang putri?! Berharap pangeran terus-terusan melawan naga sampai akhir cerita?' Satsuki menggerutu dalam hati karena perkataan Daiki tadi.
Cerita seorang putri, pangeran dan naga adalah cerita kesukaan Momoi Satsuki. Ia tidak pernah bosan mendengar cerita itu dibacakan oleh ibunya hampir setiap malam sebagai pengantar tidur. Malam ini, ia ingin Daiki juga ikut mendengarnya, berharap anak lelaki bersurai biru itu dapat menjadi sang pangeran yang menyelamatkan dirinya dari naga dan menjaganya agar tetap selamat sampai istana. Tapi, dari awal cerita Daiki sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan dan terus menerus menguap. Salah mereka berdua juga sih, sampai 'kabur' dari waktu tidur siang untuk bermain basket di lapangan—ralat, Daiki yang bermain dan Satsuki yang menyemangatinya.
Anak perempuan bermahkota sakura itu mengeratkan selimutnya. Setelah dirasanya nyaman, tangan kanannya menjulur ke arah meja kecil di samping tempat tidur, mencari-cari sesuatu. Buku cerita. Biasanya, ia akan menyelipkan buku cerita pengantar tidurnya itu ke bawah bantal. Menurut yang ia dengar dari teman-teman di taman kanak-kanak, kita akan bermimpi sesuai kisah di buku jika menaruh buku cerita di bawah bantal. Dan ia percaya itu meskipun terkadang ia melupakan mimpi apa yang ia alami esok paginya.
Dahi Satsuki mengkerut. Ia tidak menemui buku cerita itu di meja belajar.
'Kemana buku ceritaku?'
Ia hendak mencari lebih lanjut tentang buku ceritanya yang hilang tetapi kantuk ini terlalu berat untuk dilawan. Setelah beberapa kali menguap, alam bawah sadar Satsuki langsung membuainya ke alam mimpi yang indah.
.
~oOo~
.
"Hai, Satsuki-chan. Hari ini Daiki-kun berangkat bersama Satsuki-chan, ya. Tante ada urusan dulu sebentar jadi tidak bisa mengantar Daiki-kun ke sekolah."
Aomine Shizuka, ibu Daiki, mengantarkan Daiki ke rumah kediaman keluarga Momoi bertepatan ketika ibu dan anak perempuan keluarga itu keluar dari pintu. "Momoi-san, maaf aku merepotkanmu," ucap ibu Daiki sembari membungkukkan badan.
Ibu Satsuki mengibaskan tangan kanannya. "Ah, tidak apa-apa Aomine-san. Aku juga sering menitipkan Satsuki-chan padamu." Lalu wanita itu menggandeng Satsuki yang tengah bersenandung riang di sebelah kanan dan Daiki yang sedang mengusap-usap matanya, kentara sekali masih mengantuk.
Mereka bertiga akhirnya sampai di sebuah taman kanak-kanak yang tak jauh dari komplek. Setelah, berpamitan pada ibu Satsuki, mereka berdua berjalan menuju sebuah kelas yang sudah ramai oleh anak-anak kecil seumuran mereka. Langkah Satsuki pelan mengikuti langkah Daiki. Sangat kontras keadaan dua sahabat kecil ini; Satsuki sudah siap untuk bermain dan belajar sementara masih ada setitik air mata di ekor mata Daiki karena terus menerus menguap.
Berada di sebelah Daiki membuat Satsuki tidak sadar jika anak lelaki berkulit tan itu memakai tas ransel berwarna biru yang cukup besar, biasanya ia memakai tas kuning yang disampirkan di bahu, seperti yang dipakai Satsuki. Satsuki baru sadar keberadaan tas biru itu ketika Daiki berlari meninggalkannya ke arah seorang guru dengan raut wajah ceria.
"Satsuki, sini!" Gerak tangan Daiki menyuruhnya untuk mendekat. Tak ada sisa kantuk di wajahnya. Satsuki segera berlari.
Iris fuschia itu membulat lebar tatkala melihat sampul buku yang senada dengan rambutnya keluar dari tas biru Daiki.
"Hei, itu 'kan bukuku! Kenap—"
Protes Satsuki terpotong karena sebuah kalimat yang meluncur dari mulut Daiki, "Bu Guru, tolong bacakan cerita ini untuk kami!" disertai cengiran lebar ketika menyerahkan buku cerita kepada sang guru.
Guru itu tersenyum ramah dan mengangguk.
"Ah iya, satu lagi..." sahut Daiki dengan keping deep blue-nya penuh harap, "Ganti nama putri dan pangerannya menjadi Putri Satsuki dan Pangeran Daiki, yah!"
Seketika juga, seragam biru muda Daiki berganti menjadi baju zirah besi mengkilap dengan sehelai kain merah tua berkibar gagah, topi putih berstrip birunya berubah menjadi mahkota keemasan dan terdapat pedang yang menghunus tajam di genggamannya. Tentu saja semua itu hanya terjadi di imajinasi Satsuki.
Satsuki tak berhenti tersenyum sampai cerita itu selesai dibacakan.
.
.
FIN
.
~oOo~
rgrds, LH
