- For the First Fragmen -

|| All Around ||

By: Akira veronica lianis (アキラ)

Rate: M for this fic

Main Genre: Drama

Pair: Sasuke U. & Naruto U. (Yang bisa nebak ini Narusasu atau Sasunaru, entar saya kasih hadiah) :v

Words: 2k

Disclaimer: Naruto © Masashi Kishimoto

Summary: Sasuke bukan tanpa alasan membuat hujan dengan gemuruh petir. Ia bisa saja membuat musim panas di kediamannya. Namun, hal itu akan membuat Naruto gerah dan lebih senang tidur di lantai ketimbang tidur berpelukan dengan Sasuke. Ya, kalian pasti mengerti apa maksut Sasuke bukan?

Warning: Sho-ai, Adegan yang tdk patut dibaca anak dibawah usia 17th, Miss Typo, Alur ribet, Menjijikkan, bikin mual, Abal, Dan fic ini terlalu bagus utk dibaca *bohong*

Dedicated for Shrine#4 and the White day on 14th March...

Sorry i was late, eemm... Last but not Least ;)

I take 2 prompt's for this fic. For the first is black licorice and stormy and the second is Lollipop and Spring.

So... Monggo dibaca... Semoga menghibur...

Don't Like – Don't Read

Ia disana. Duduk di bangkunya dan berkutat dengan berkas-berkas putih yang berserakan. Kertas-kertas yang tak memiliki mulut itu tak bisa dibiarkan saja di atas meja. Karena setiap kali sang Hokage duduk santai dengan 'anbu-nya', maka kertas-kertas itu akan di terbangkan oleh angin dan menimbulkan bunyi 'srak' yang seolah-olah berteriak "Stempel aku Tuan Hokage". Hal itu membuat sang Hokage mau tak mau membunuh waktunya untuk menuruti permintaan benda mati yang menyebalkan itu.

Namun, itu bukanlah masalah besar. Karena... ada masalah yang lebih besar ketimbang mengabaikan kertas-kertas itu. Kalian tentu tahu, apa masalah itu.

'cklek'

Sang Hokage mendongakkan kepalanya saat mendengar pintu ruangannya di buka. Dari balik daun pintu, nampaklah seorang lelaki yang umurnya tak beda jauh darinya. Dengan pakaian khas anbu, lelaki itu mendekat dan menyodorkan gulungan kertas. Sang Hokage menarik sebelah alisnya keatas.

"Laporan." ujar lelaki itu dengan suara beratnya, seolah tahu apa maksud gestur sang Hokage.

Sang Hokage menarik gulungan ker- tidak-tidak, sang Hokage menarik tangan pucat itu dan wajahnya bersentuhan dengan topeng anbu yang dikenakan oleh lelaki itu.

Seringai licik terkembang di bibir sang Hokage. Tangannya yang lain membuka topeng yang dikenakan oleh lelaki di depannya. Namun sebelum itu terjadi, lelaki berambut raven itu mencengkeram tangan sang Hokage yang hendak membuka topengnya. Ia berusaha mencegah niat sang Hokage dan menarik dirinya menjauh. Sang Hokage tertawa. Sepertinya dia mentertawakan wajah di balik topeng lelaki anbu itu.

"Shut up, dobe!" si anbu menggeram dengan dua tangan terkepal.

"Hahaha! Wajahmu konyol sekali teme! Hahaha..." sang Hokage memegangi perutnya, tak mengerti dengan si anbu yang tengah merutuki sang Hokage yang tertawa tidak jelas.

"Cepat lepaskan topengmu itu. Aku ingin mencium wajahmu!" perintah sang Hokage.

"Dalam mimpimu." kata si anbu, gusar.

"Iya-iya. Aku memang bermimpi..." sang Hokage berkedip nakal, "... mimpi basah bersamamu..."

Dan sang Hokage melompat menghindar dari lemparan kunai yang sudah jelas sumbernya dari mana.

Suara tawa menggema dalam ruangan itu. Oh, dan tak lupa suara benda-benda rusak yang terlempar, terbakar, bahkan pecah juga mengiringi suara tawa itu.

Itulah salah satu kepingan aktivitas dari sang Hokage. Uzumaki Naruto.

|| -kira Vero- Lian- ||

Sore menjelang. Naruto mengusap keringatnya yang membanjir akibat pekerjaan besar yang ia lakukan hari ini. Ya, Naruto usai membereskan 'kekacauan' yang dibuat oleh pacarnya. Oh, dan tentu saja 'kekacauan' itu juga dibuat olehnya. Apalagi kalau bukan 'daily routine Hokage dan his anbu'. Dan perlu dicatat bahwa sang pacar hanya duduk diam di kusen jendela seraya menyeduh kopi. Tak lupa dengan ancaman yang ditulis sang pacar di tembok untuk menakuti sang Hokage ke 7 itu.

"Kau menyebalkan!" umpat Naruto saat ia dan sang anbu berjalan menyusuri jalan menuju rumah mereka.

Sang anbu mendengus lalu menatap sang pengumpat.

"Kau penyebabnya." kata sang anbu sarkastik.

Naruto memutar kedua bola matanya. Ya, dia memang penyebabnya. Naruto akui itu. Tapi kalau anbu brengsek ini tidak terlalu agresif melempar barang-barang dalam ruang kerja sensitif Hokage, pasti Naruto tidak akan mengumpatnya.

"Kau ini..." geram Naruto, namun ia menghela nafas panjang agar tidak membiarkan tinjunya lolos melukai wajah lelaki di sampingnya.

Keheningan sempat melanda mereka. Angin musim semi membawa harumnya bunga-bunga yang tumbuh. Membuat Naruto sedikit berelaksasi. Namun...

'Hatchiii!'

... tidak bagi lelaki di sebelahnya.

"Alergi ya..." kata Naruto seperti pada dirinya sendiri.

'Hatchii!'

Yang kedua.

"Sasuke? Kau baik-baik saja kan?" tanya Naruto menepuk pundak Sasuke.

Lelaki bernama Sasuke itu menggosok hidungnya yang terbebas dari topeng anbunya. Hidungnya memerah.

"Harusnya aku tak mengijinkanmu keluar rumah selama musim semi." sesal Naruto.

"Kau pikir aku selemah yang kau pikirkan?!" seru Sasuke, tak terima dengan ucapan Naruto.

"Hey! Aku hanya mengkhawatirkanmu. Dan siapa bilang kau lemah heh?" tukas Naruto.

Sasuke mendengus lalu mempercepat langkahnya sebelum serbuk-serbuk bunga yang berterbangan itu menyentuh tubuhnya.

"Chk, dia itu... benar-benar keras kepala." gerutu Naruto seraya berlari mendekati Sasuke.

Sesampainya mereka di depan rumah yang memiliki 2 simbol di sisi kanan dan kiri gerbang masuk pekarangan rumah mereka. Naruto mendapati wajah Sasuke yang mulai merah. Sepertinya alergi Sasuke semakin mengkhawatirkan saja. Segera Naruto membuka gerbang rumah dan menyeret Sasuke masuk ke dalam setelah menutup gerbangnya. Sasuke hanya pasrah mengikuti langkah Naruto.

Ketika berada dalam rumah, Naruto langsung membawa Sasuke ke dalam kamar dan membungkusnya dengan selimut tebal. Kemudian Naruto melesat menuju dapur untuk menyiapkan ramuan herbal untuk mengobati alergi Sasuke. Namun saat ia mendengar gemuruh petir, ia langsung meninggalkan racikannya dan menghampiri Sasuke yang masih tetap di kamar dengan tubuh terbungkus selimut.

"Apa yang kau lakukan Sasuke?" tanya Naruto saat mencium bau chakra Sasuke di atas atap rumahnya.

"Aku benci musim semi."

Naruto memutar kedua bola matanya.

"Aku terlahir di musim panas. Jadi kau jangan coba-coba menyukai musim ini." ancam Sasuke seraya membuka selimutnya.

Naruto mendecih. Lagipula, Naruto juga tak punya alasan untuk menyukai musim semi saat dirinya lahir di musim gugur. Tapi bukan berarti Sasuke membuat awan hitam di atas atap rumahnya kan? Terlebih hujan yang mulai terdengar di telinga Naruto ini begitu menyeramkan. Coba bayangkan. Di musim semi, seluruh Konoha tersiram dengan cahaya langit musim semi. Tapi di sebuah sudut kecil Konoha, malah ada satu atap yang terhiasi oleh awan mendung lengkap dengan hujan dan petir. Tentu saja langit hitam diatas atap rumah mereka adalah ciptaan Sasuke. Dan satu lagi, apa hubungannya langit hitam yang Sasuke ciptakan dengan musim panas yang merupakan waktu kelahirannya. Kenapa Sasuke tak menciptakan langit musim panas?

"Hujan lebih baik. Karena aku hanya bisa menemukannya di musim gugur." kata Sasuke seraya melewati Naruto.

Dan Naruto hanya melongo di tempat. Mungkin Naruto perlu memberi tahu Sasuke bahwa musim semi juga ada hujan. Ya, hujan bunga maksutnya.

Naruto membalikkan badannya dan melangkah menuju dapur. Matanya sempat melirik Sasuke yang tengah berjalan menuju kamar mandi. Mungkin Sasuke ingin mandi. Dan Naruto juga akan mandi nanti. Nanti setelah ia membuatkan Sasuke sesuatu.

|| -kira Vero- Lian- ||

Sasuke keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk. Ia melangkahkan kakinya menuju kamar, hendak memakai baju yang hangat di tengah hujan yang turun. Sasuke pikir, hujan lebih baik daripada musim semi yang penuh dengan bunga-bunga jelek seperti di toko Yamanaka. Harusnya dewa musim semi di lenyapkan saja dari musim semi. Musimnya sangat buruk.

Saat Sasuke hendak membuka pintu kamarnya, pintu itu terbuka. Menampakkan sosok pria berambut pirang yang tengah membawa handuk di lehernya.

"Akhirnya kau selesai juga. Mandimu itu lama sekali teme. Kau seperti perempuan saja."

Mata Sasuke memicing tak suka dengan ucapan Naruto. Ia melangkah masuk, tak peduli dengan Naruto yang melengos pergi ke kamar mandi. Pintu kamarnya tertutup kembali. Dan Sasuke menyambar pakaian hangat yang ternyata telah di siapkan Naruto di atas ranjang. Dengan segera, Sasuke memakai pakaian itu lalu beranjak menuju dapur. Saat kakinya melintasi ruang makan, matanya memicing. Ada banyak warna di atas meja. Apakah Naruto yang meletakkannya?

Untuk membunuh rasa penasarannya, Sasuke menghampiri meja makan dan mendesis.

Sebuah mangkuk kecil dengan lollipop dan black licorice di dalamnya. Dan... 2 cangkir berisi hot white chocolate dimana salah satu cangkir hanya tinggal setengahnya saja. Sasuke duduk di salah satu kursi dan mulai meraih satu cangkir. Sasuke meneguknya, dan mengangkat alisnya saat ia merasakan getir di lidahnya. Sasuke meletakkan kembali cangkirnya lalu menyeret mangkuk berbahan fiberglass itu mendekatinya. Sasuke meraih sebutir black licorice. Ia membuka bungkusnya dan melahapnya. Mungkin begini lebih baik.

Seraya menunggu Naruto menyelesaikan urusannya. Sasuke melangkah menuju kulkas dan berniat untuk menyiapkan makan malam.

Petir diluar sana saling bersahutan. Mengisi keheningan yang melanda rumahnya. Suara rintik hujan di musim semi terdengar semakin deras. Membuat Sasuke semakin rileks dan alergi yang sempat menimpanya menjadi hilang.

Sasuke bukan tanpa alasan membuat hujan dengan gemuruh petir. Ia bisa saja membuat musim panas di kediamannya. Namun, hal itu akan membuat Naruto gerah dan lebih senang tidur di lantai ketimbang tidur berpelukan dengan Sasuke.

Ya, kalian pasti mengerti apa maksut Sasuke bukan?

Sasuke mendengar suara langkah kaki mendekatinya. Ia yang hendak membuka kulkas mengurungkan niatnya dan memilih menatap seorang lelaki yang tengah mendekatinya dengan senyumnya yang lebar.

"Kau sedang apa disana teme?" tanya Naruto, melewati Sasuke menuju wastafel untuk mengambil sayuran yang telah ia cuci tadi.

Sasuke memilih diam lalu mulai mengarahkan tangannya untuk membuka kulkas. Ia berjongkok dan mendapati semangkuk coklat mousse.

"Itu tidak manis loh teme. Aku yang buat kemarin sewaktu kau pergi misi. Yaa, sebenarnya aku membuatnya untuk diriku sendiri. Tapi saat aku mencicipinya, aku pun berpikiran untuk memberikannya padamu. Entah apa yang ku campur dengan coklat itu, tiba-tiba saja rasanya getir. Awalnya sih manis, tapi kemudian pahit." jelas Naruto seraya memotong-motong sayuran.

Sasuke mengambil mangkuk kecil dalam kulkas itu lalu membawanya ke meja makan. Sasuke mengambil sendok lalu menyuapkan coklat mousse itu ke mulutnya. Permen black licorice yang masih tersisa dalam mulutnya tercampur dengan coklat mousse putih yang Naruto buat. Ya, mulut Sasuke begitu pahit sekarang.

"Kau suka pahit. Kupikir itu cocok. Tapi tenang saja, tidak beracun kok." ujar Naruto seraya menyalakan kompor.

Sasuke kembali menyendok mousse di depannya. Sebenarnya tidak cocok menyantap makanan dingin di tengah cuaca menggila yang ia buat. Tapi mau bagaimana lagi. Sasuke menginginkannya. Dan...

"Kau tahu sekarang tanggal berapa?" tanya Sasuke.

"14 Maret. Kenapa?"

"Kau ingat sesuatu?"

"Tentu."

"Apa?"

"White day kan?"

"Kau tahu artinya?"

"Hari putih."

Sasuke menghembuskan nafas besar. Si pirang ini...

"Lalu?" Sasuke mencoba bersabar.

"Lalu?" beo Naruto.

Sasuke meletakkan sendoknya di atas meja.

"Kau idiot." umpat Sasuke.

"Ya, aku memang idiot." kata Naruto.

Perkataan Naruto sedikit banyak membuat Sasuke kesal. bukan itu yang ingin di dengar Sasuke dari mulut Naruto.

"Kau sedang apa?"

"Membuat sup untukmu," jawab Naruto.

Sasuke kehabisan kata-kata. Ia malas jika harus berdebat dengan Naruto. biar bagaimanapun, Sasuke menantikan hari ini semenjak sebulan yang lalu. Tapi yang di nantikan malah membuatnya ilfeel. Mungkin Sasuke akan membuat catatan kematian untuk Naruto nanti malam jika pirang tolol itu tak kunjung menyadari apa keinginan Sasuke kali ini. Tapi, coklat mousse ini...

"Kenapa kau membuat ini?"

"Karena White day." jawab Naruto dengan nada jengah.

Sasuke meloloskan kata kesal dari bibirnya. Jadi, Naruto mengingat White day dan membuat kue ini hanya untuk dirinya sendiri?

"Kau tidak usah kesal. Kau sudah menerima hadiah White day dariku kan?"

Sasuke memicingkan matanya, menatap punggung Naruto. Hadiah White Day? Mana?

"Kau bahkan sudah memakannya dari tadi."

"Kau pikir aku suka dengan coklat mousse ini? Kau bahkan tidak berfikir untuk membuatkannya untukku." gerutu Sasuke, gusar.

Tawa Naruto pecah. Ia membalik badannya hanya untuk melihat ekspresi ngambek Uchiha Sasuke. Dan benar. Sasuke tengah melipat-lipat wajahnya sehingga menimbulkan kerutan-kerutan yang tak sedap dipandang mata.

"Apa?!" teriak Sasuke galak, namun sebenarnya dalam hati Sasuke senang memancing tawa Naruto.

Naruto mendekati Sasuke yang tengah bersandar dengan bersedekap tangan. Naruto mengangkat wajah Sasuke lalu mengeliminasi jarak di antara bibir mereka. Sasuke menutup matanya, menikmati kecupan hangat dari Naruto. Hangat dan ringan. Sasuke menyukai setiap ciuman yang di berikan oleh Naruto. Ya, termasuk ciuman ringan yang tak menuntut apa-apa.

"Aku mencintaimu Sasuke." ucap Naruto lirih, tersamar oleh suara petir di luar sana.

Sasuke mengangguk, lalu menarik Naruto dan jatuh tepat di pangkuannya. Sasuke menelusuri tengkuk Naruto lalu menciuminya.

"Mana hadiahku?" tanya Sasuke dengan nada seduktif.

Naruto mendengus. Lalu menyingkirkan tangan Sasuke yang menggerayangi dada-nya.

"Aku sudah memberikannya teme!" seru Naruto dengan jantungnya yang mulai berdetak cepat.

Sasuke meremas tangan Naruto karena terus-terusan menghalangi niatnya untuk memainkan tubuh Naruto.

"Mana? Aku tidak ingin mousse itu." tukas Sasuke.

"Permen black licorice itu adalah hadiahmu. Dan aku tahu kau sudah memakannya tadi." jelas Naruto.

Sasuke menghentikan gerakan tangannya.

"Permen?" ulang Sasuke.

Naruto mengangguk, lega karena Sasuke tak lagi menciumi tengkuknya.

"Dobe. Ini white day."

"Lalu kenapa?" tanya Naruto tak mengerti.

"Kenapa kau malah memberikanku permen pahit itu?"

"Karena kau tidak mungkin mau dengan konpeito atau lollipop!" sergah Naruto.

"Chk, bukan begitu dobe. Kau tahu kan kalau White day itu artinya Hari Putih? Kenapa kau malah memberiku permen hitam?"

"Kan aku tadi juga sudah membuatkanmu hot chocolate white."

"Aku tidak mau makanan sisa yang kau buat itu, dobe." kata Sasuke, tahu kalau minuman tadi dibuat dari sisa chocolate yang diolah Naruto tadi.

"Gaahhhh! Kau ini cerewet sekali teme! Lalu Kau Mau Apa Hah?!" teriak Naruto.

Sasuke menyeringai keji. bibirnya mulai mendekati tengkuk Naruto. Nafas Sasuke terhembus sangat hangat di tengkuk sang Hokage. Membuat Hokage berambut pirang itu tak dapat mendengar suara hujan dan petir yang semakin menggila saja di luar sana.

"Kau tahu kalau White Day identik dengan warna putih kan?" lirih Sasuke dengan bibir yang menelusuri setiap titik di leher Naruto, tak ingin sedikitpun luput dari bibir Sasuke.

"Sa-sasuke... kau jangan menggodaku..."

"Aku ingin yang putih-putih..." kata Sasuke dengan nada yang sangat sensual di telinga Naruto, "... dan... manis..." Sasuke menjilat leher Naruto dengan penuh gairah.

"A-a-apa maksutmu?" tanya Naruto sambil menggeliat, kegelian.

"Kau tahu pasti apa maksutku Naruto..." Kata Sasuke seraya meremas bagian paling sensitif dari Naruto, mengundang desahan Naruto yang membuat libido Sasuke meningkat.

Dan gemuruh petir serta derasnya hujan menyamarkan pekikan Naruto yang tengah memberikan hadiah White Day untuk Sasuke. Membiarkan butiran black licorice dan lollipop yang menyaksikan kepergian mereka. Tak peduli lagi dengan gemuruh petir maupun musim semi.

End...

A/N: Gyaaa! Kalian tahu gak apa yang diinginkan oleh Sasuke? Tahu gak? Itu loh... putih-putih yang manis... Wkwk, maafkan saya yang mesum ini. #plak

Oke, sekali lagi. Fic ini didedikasikan utk Shrine-chan... Met ultah yah... #telat_banget

Dan Happy White Day! #dipepes

Oh ya, karena saya published-nya pas Natal, jadi aku ucapin Merry Christmast ya! Fic natal-nya tunggu dulu ya. Lagi proses nih.

Dan sekedar info saja, setelah ini ada beberapa chapter di fic berjudul "All Around" ini. Tujuannya adalah untuk mem-publish fic-fic yang tidak sempat saya publish selama setahun ini. Dan sekalian memeriahkan event-event yang dibuat oleh2 kaka-kaka author. Yaa, saya terlalu sibuk dengan my lovely jadi fic-fic saya ini terabaikan. Okeh, makasih orang-orang yang kukenal atau tak kukenal yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membaca ff-ku yang gak mutu ini :'( hiks. I love you all

- Akira -