HARVEST MOON © NATSUME
Warning for you © Yuki Matsuoka
WARNING: Don't like? Please Don't read!
Pairing: SkyexClaire
Warning for you
Chapter 1: Seseorang dalam mimpiku
"Hah...hah..." Seorang laki-laki berlari dengan nafas tersenggal-senggal. Wajahnya tidak terlihat jelas.
Ia berhenti sejenak dan bersender dengan punggungnya di pepohonan sekitar situ. Keringat mengucur deras dari wajahnya dan menuruni pipinya. Ia memegang perut bagian kanannya yang tertancap pisau. Cairan berwarna merah darah membasahi bagian tersebut. Ia mencabut pisau itu dari perutnya dan melempar pisau berlumur darah segar itu ke tanah. Ia hanya meringis menahan sakit.
Tidak jauh dari sana terlihat kerumunan orang yang datang beramai-ramai membawa senjata seperti obor, pistol dan barang berbahaya lainnya. Samar-samar terdengar suara percakapan mereka.
"Di mana dia?" kata salah sorang pria yang berambut hitam.
"Pasti belum jauh! Ayo, cari lagi!" sahut yang lainnya.
Mereka mulai berpencar dengan membawa senjata masing-masing.
"Itu dia! Dia ada di sana! Semuanya ke sini!" teriak pria berambut hitam tadi saat ia melihat pria yang tertancap pisau tadi bersender di pepohonan. Pria itu langsung berdiri dari senderannya dan berlari menjauh.
Pria berambut hitam tadi segera mengejarnya disusul yang lain di belakangnya.
"Berhenti!" teriak pria berambut hitam itu.
"Marlin, biar aku yang menghentikannya!" kata seorang pemuda berambut pirang pada pria berambut hitam itu yang diketahui bernama Marlin itu.
Tanpa aba-aba lagi. Pria berambut pirang itu menekan pelatuk pistol yang dibawanya sehingga tepat mengenai bagian jantung pria yang dikejar oleh mereka tadi. Suara tembakan pun menggema di sekitar tempat itu.
BRUK!
Pria yang tertembak itu jatuh ke tanah.
"A-apa yang kau lakukan, Rock? Kau tak perlu sampai menembaknya!" teriak Marlin sambil menarik kerah baju pria berambut pirang itu.
Pria yang tertembak itu kelihatannya masih hidup meskipun sedang sekarat. Ia mengucapkan sesuatu dengan suara terbata-bata sebelum akhirnya ia menutup matanya, "C-claire..."
"HAH!" Claire membuka matanya dengan cepat. Nafasnya tersenggal-senggal. Ia terduduk di tempat tidurnya.
"Mimpi itu lagi?" Katanya sambil menyibak poni rambutnya yang basah karena keringat.
Sejak beberapa minggu lalu, Claire selalu bermimpi sebuah mimpi yang sama. Bedanya, dari hari ke hari mimpi itu terlihat semakin jelas. Claire segera bangun dari tempat tidurnya. Ia meminum segelas air putih kemudian mencuci mukanya dan mengeringkan mukanya dengan handuk kering.
'Kenapa akhir-akhir ini aku selalu bermimpi hal yang sama?'
Ia terus bertanya-tanya dalam hatinya. Ia mulai merasa gelisah karena mimpi itu terjadi berulang kali. Akhirnya ia memutuskan untuk berkonsultasi pada Carter, satu-satunya pastor di Mineral Town ini. Ia segera masuk ke kamar mandi untuk mandi dan berganti baju. Kemudian segera menuju ke gereja.
-Gereja, 06.30 AM-
Claire menyeruak masuk ke dalam gereja.
"Pastor!" panggilnya sambil membuka pintu gereja dengan kedua tangannya.
Pastor Carter pun segera mengangkat wajahnya dari alkitab yang sedang dibacanya.
"Oh... Selamat pagi, Claire. Ada apa?" Seperti biasa Pastor Carter selalu memberikan senyum ramahnya pada orang-orang yang ditemuinya.
Cliff yang sedang duduk di bangku paling depan ikut menoleh kepada Claire. Wajahnya kelihatan memerah. "Eh... Se-selamat pagi, Claire." katanya terbata-bata.
"Selamat pagi juga, Cliff." ucap Claire sambil menoleh dan tersenyum kepada Cliff. Kemudian berjalan menuju altar.
"Pastor, saya bisa minta waktu pastor sebentar? Saya ingin pastor mendengarkan keluhan saya." tanya Claire dengan muka memelas.
"Tentu saja. Saya siap mendengarkan keluhan anak domba yang tersesat." jawab Carter sambil menutup alkitabnya dan berjalan ke pinggir altar. Ia tersenyum sekali lagi.
"Kemarilah. Duduk saja di sini." kata Carter mempersilahkan Claire duduk di antara dia dan Cliff. Claire segera melakukan apa yang disuruh Carter.
"Cliff juga boleh mendengarkan keluhanmu kan?" tanya Carter dengan ramah. Claire hanya tersenyum dan mengangguk.
"Baiklah, ceritakan masalahmu." kata Carter mempersilahkan.
Claire menghela nafas panjang. Kemudian dia mulai berbicara dan menceritakan mimpinya.
"Ini...soal mimpiku semalam.." ucapnya menundukkan kepala. Carter dan Cliff mendengarkan dengan serius. Kemudian Claire melanjutkan kata-katanya, "Aku bermimpi tentang seorang pria yang dikejar oleh gerombolan orang yang kelihatannya warga dari sebuah desa. Pria yang dikejar itu tertusuk pisau di perut bagian kanannya. Dan, yang kutahu nama salah seorang dari mereka yang mengejar pria itu adalah Marlin dan Rock. Pria bernama Rock menembak pria yang dikejar-kejar itu dengan pistol yang dipegangnya tepat di bagian jantungnya hingga pria itu terjatuh ke tanah. Tetapi pria bernama Marlin menarik kerah bajunya dan membentaknya. Pria yang tertembak itu mengucapkan sesuatu sebelum menutup matanya..."
"A-apa yang ia ucapkan?" tanya Cliff penasaran.
"Ia memanggil namaku...dengan suara terbata-bata."
"C-claire..."
Kata-kata terakhir pria dalam mimpiku itu terbayang-bayang sekali lagi di pikiranku. Aku tersenyum pahit. "Hanya sampai situ saja, tapi mimpi ini terjadi berulang-ulang selama beberapa minggu ini. Hingga hari ini mimpinya sama, hanya saja dari hari ke hari makin jelas. Tapi, wajah pria itu hingga hari ini tetap tidak terlihat jelas." kata Claire menjelaskan.
"Berulang-ulang?" tanya Pastor Carter memastikan apa yang didengarnya.
Claire menggangguk.
"Sepertinya dulu aku pernah mengalami hal yang persis seperti ini..." ucap pastor Carter.
"Hah?" kata Claire dan Cliff bersamaan.
"Dulu waktu aku kecil, aku pun pernah bermimpi hal yang sama berulang kali, aku bermimpi bahwa akan terjadi kebakaran di sebuah tempat. Aku terjebak di tempat itu karena api sudah menjalar di sekitar tempat itu. Aku terus menangis ketakutan. Tiba-tiba pintu tempat itu terbuka dan seseorang masuk ke dalam. Ia menyelamatkan nyawaku. Tapi ia sendiri meninggal dunia karena luka bakar yang amat parah saat menolongku. Awalnya wajahnya juga tidak terlihat jelas, tapi dari hari ke hari aku melihat orang itu semakin jelas. Dan ternyata dia adalah ibuku... Sehari setelah aku mengetahui orang dalam mimpiku itu, mimpiku menjadi kenyataan." Pastor Carter menceritakan masa lalunya pada kami dengan wajah sedih. Ternyata ia sudah kehilangan ibunya sejak kecil.
"Ja-jadi... Pastor, Apa mimpiku pun bisa jadi kenyataan?" tanya Claire gelisah. "Apa pria yang tertembak itu adalah orang yang kusayangi?" lanjutnya, raut wajahnya berubah khawatir.
"Claire, kemungkinannya masih kecil jika mimpimu menjadi kenyataan.." kata Pastor Carter menenangkan.
"..." Kami terdiam sesaat. Hingga akhirnya aku berdiri dan melangkah menuju pintu keluar gereja.
"Terima kasih, Pastor! Terima kasih, Cliff! Besok aku akan datang lagi!" kataku sambil melambaikan tangan dan keluar dari gereja itu.
Aku berlari menuju perkebunanku.
"Baiklah, mimpi! Tunggu aku malam ini! Akan kupastikan siapa pria yang tertembak itu!"
End of chapter 1
