Redemancy.
(n) A love returned in full; the act of loving the one who loves you.

Family – Drama | Rated T | Bahasa Indonesia | Canon | Sakura Uchiha – Sarada Uchiha – Sasuke Uchiha

Naruto dan seluruh karakter di dalamnya adalah milik Masashi Kishimoto. Jalan cerita fiksi ini adalah milik penulis yang mana tidak ada keuntungan apapun yang didapat dari penulisan fiksi ini.

Jangan dibaca kalau tidak suka. Selamat membaca.


Keduanya tidak saling tahu banyak. Tidak tentang diri masing-masing, tidak tentang kehidupan masing-masing. Bahkan, ketika sepuluh tahun lebih pernikahan mereka berjalan, keduanya seperti orang asing. Mungkin karena memang begitulah tabiatnya, bisa juga karena waktu untuk bersama yang sedikit, kelewat sedikit hingga rasanya hujan berlangsung lebih lama dari pertemuan mereka.

Pagi ini juga tidak berbeda, meski kali ini mereka lengkap –anggota keluarga itu lengkap, tidak bisa dikatakan mereka adalah sebuah keluarga. Keheningan yang ada di ruang makan, bersanding manis dengan petrichor dan ruangan berwarna hangat itu. Ini seperti sebuah keluarga, terdengar lebih cocok diruangan itu, setidaknya bagi sosok gadis kecil yang sedari tadi hanya diam, memakan sarapannya tanpa bunyi berarti.

Dulu, gadis kecil itu punya eunoia tentang sebuah sarapan yang seperti ini. Dulu, sebelum ayahnya benar-benar pulang. Dulu, saat dia tinggal dengan ibunya seorang, dalam kasih sayang wanita berambut merah jambu itu. Hari yang indah di masa lalu, dimana ibunya selalu tersenyum meski ayahnya tidak pernah menunjukkan tanda-tanda keberadaan sama sekali.

"Sasuke-kun, Sarada-chan, hari ini aku ada sebuah operasi penting, kupikir aku akan pulang larut malam."

Kedua manik hitam gadis kecil yang dipanggil 'Sarada-chan' itu mengikuti sosok wanita yang kini telah beranjak dari meja makan. Wanita berambut terang itu mencuci piringnya cepat, terdiam sejenak seperti mengalami rasasvada, sebelum beranjak cepat dari ruang makan. Si gadis kecil –Sarada, tidak bisa menampik, ada kesedihan yang dalam yang dia rasakan. Seperti juga dirinya mengakui, bahwa ia menyayangi wanita berambut cerah itu –ibunya.

Wanita itu selalu berada dalam saudade, sepanjang hidupnya, hingga kemarin. Rasanya aneh, hingga wanita itu tidak mengerti harus bersikap bagaimana. Rasanya, bahagia tidak pantas dia ungkapkan, namun kesedihan juga bukan sebuah topeng yang bisa ia gunakan kali ini. Karena gadis cilik itu, kebahagiannya tertahan.

Operasi yang dikepalainya hari ini berakhir cepat. Omong kosongnya tadi pagi benar-benar sebuah karangan, operasi usus buntu sama sekali tidak akan memakan waktu sampai tengah malam jika dimulai pagi-pagi sekali. Sakura –nama wanita itu, tahu namun tidak memilih kejujuran. Sebab, dia tidak punya nyali untuk pulang –kalau rumah itu masih bisa kau sebut rumahnya, sebagian –seluruh sebenarnya, dirinya menolak untuk pulang.

Dan, disinilah dia berakhir. Dengan segelas kopi dan jas prakteknya yang tak dikancingkan, disebuah danau yang sebenarnya sudah lepas dari wilayah Konoha. Duduk diam, memejamkan mata dibawah bayangan pohon. Biarlah, sekali ini dia kembali bersama dengan viridity-nya, sekali ini saja, dia menjadi kunoichi naïf yang itu. Menjadi dirinya, yang lebih dari sepuluh tahun yang lalu memilih jalannya tanpa banyak pikir. Jalan yang membuatnya harus merasakan hidup yang seperti ini.

Wanita itu tersenyum kecil saat angin menerpanya, tiba-tiba saja merasa kehidupan ini sudah tidak adil padanya. Dia sudah melakukan semuanya, hal baik dan menjadi orang baik, tapi tidak satupun yang benar menjadi miliknya. Gadis delapan belas tahun mana, yang rela melepas masa lajangnya, menolak lamaran seorang kazekage, hanya demi menjadi seorang ibu dari anak pemuda yang ia cintai, yang sebenarnya masa depannya tidak jelas dan bahkan hanya memiliki satu tangan? Ya, hanya dirinya.

Lebih dari sepuluh tahun ber-convivencia, dan kemudian semuanya terbongkar dan hancur. Membuatnya terdiam, sebab tidak tahu harus berkata apalagi. Dan membuatnya berpikir untuk lari, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, dia ingin lari. Mungkin menerima tawaran Kazekage akan baik saat ini.

Seluruh lampu di rumah itu sudah dipadamkan saat pintu utama terbuka kecil dan sesosok wanita berambut cerah –Sakura, menerobos masuk kedalamnya. Meski tahu dimana letak saklar, wanita itu memilih melepaskan genta-nya dengan keadaan gelap-gulita. Ada gelenyar kenyamanan tersendiri yang hadir dalam gelap, setidaknya, pesakitan yang ia rasakan setiap kali melihat sosok kedua manusia itu berkurang. Sebab gelap membuatnya seakan buta.

Langkahnya tenang menyusuri lantai kayu rumah itu. Sakura tidak melangkah ke kamar utama, atau ke lantai dua, namun memilih untuk melangkah ke teras belakang yang dibatasi pintu geser. Itu adalah tempat kesukaanya di rumah ini. Sebab saat disana, dia merasa bebas dan tidak terkekang dalam nama besar suaminya, yang disandangnya, namun tidak benar-benar dimilikinya.

Jemari panjang Sakura, kemudian menggeser pintu itu dengan perlahan, tidak bermaksud membuat sebuah suara berisik apapun. Namun, dirinya malah hampir saja memekik, kala mendapati suaminya sudah berada di teras belakang duluan, dengan sosok gadis kecil dalam pelukan.

"Ah," hanya kata itu yang mampu diucap Sakura, mulutnya kaku, namun sebuah senyum kecil muncul juga melihat wajah tertidur pulas milik Sarada –si gadis kecil.

"Sarada kepanasan," ujar Sasuke –sang suami, kemudian sebelum bangkit dan menggendong Sarada.

Lelaki berambut gelap itu melangkah mendekat kearah Sakura, namun wanita itu hanya membukakan pintu di belakangnya tanpa menatap Sasuke sama sekali.

"Angin malam tidak bagus untuk anak-anak," ujar Sakura kemudian dalam tundukan kepalanya.

Wanita itu tak juga mengangkat kepalanya, sampai suami dan anaknya itu melangkah masuk kedalam rumah. Menyisakan dirinya di teras belakang, melirik kecil ke bayangan bulan yang bergoyang-goyang diatas kolam bambu di sisi teras.

Bersambung.


Halo minna-san, setelah 4 tahun hiatus, saya kembali lagi ke dunia perfanfiksian. Senangnyaaa, akhirnya bisa menulis lagi^^. Mmm, sedikit curhat, cerita ini saya tulis karena gemas sekali dengan Naruto Gaiden, saya sudah baca chapter 1-nya dan sumpah itu kenapa harus ada foto Karin disana! Haha, saya bukan haters SasuKarin kok, saya cuma sedih saja, ini pair kesayangan kita alias SasuSaku kok harus diombang-ambing sama Kishi-sensei. Semoga chapter 2 tidak mengecewakan ya._.

Ah iya, tambahan, saya mau minta pendapat minna-san untuk kelanjutan fiksi ini. Mau sad ending atau happy ending? Angst atau bloom (?) romance? Tuliskan pendapat minna-san di kotak review, ya? Terimakasih sudah membaca^^ (Dan maaf sekali karena chapter ini pendek sekali TvT)

Kamus

petrichor (n.) a pleasant smell that frequently accompanies the first rain after a long period of warm, dry weather.

eunoia (n.) beautiful thinking; a well mind

rasasvada (n.) the taste of bliss in the absence of all thoughts

saudade (sf. Portuguese) the feeling of longing for something or someone who you love and which is lost

viridity (n.) naive innocence

convivencia (n.) lit. "living together", in this sense of living or working closely with other people with whom you share feelings, desires, or a common purpose