Label:
angst, hurt/comfort, paseo, taekook, jikook, sope, yoonseok, genderswitch, female!jungkook, female!yoongi
Sinopsis:
Taehyung mengingat kembali kenangannya bersama Jungkook. Ada banyak hal yang belum sempat Taehyung ungkapkan, Taehyung tidak berharap dia akan mengatakan semuanya di saat seperti ini, tetapi jika Jungkook bahagia, semua kenangan itu, Taehyung akan membiarkannya menghilang seperti kembang api di langit malam.
Bab 1: Things I Couldn't Say – Bagian Satu
[Kantor Kejaksaan, Seocho-gu, Seoul]
Tahun kedua Taehyung bekerja di kantor kejaksaan. Pada awalnya, hanya para pegawai wanita yang bersikap baik padanya, itu karena mereka tertarik dengan wajahnya, tidak banyak jaksa berwajah tampan, muda dan single kan. Tetapi setelah beberapa waktu berlalu, traktiran nyaris tiap bulan, dan tentu saja kinerjanya yang memuaskan, pegawai pria akhirnya mulai bersikap baik padanya.
Hidup Taehyung membosankan. Selain bekerja, tidak ada yang bisa dilakukan. Kedua orang tuanya tinggal di Daegu, Taehyung cuma punya seekor anjing kecil di apartemennya. Itupun Taehyung mulai berpikir untuk memberikannya pada orang lain karena pekerjaannya membuatnya semakin sibuk dan sering pulang malam, dia takut tidak bisa lagi merawat si anjing kecil.
"Jaksa Kim."
Taehyung menghentikan langkahnya, tangannya sudah menyentuh tuas pintu ruang kerjanya tetapi suara itu menghentikannya. Taehyung menoleh dan mendapati seorang jaksa junior datang ke arahnya membawa amplop coklat berukuran besar—biasanya digunakan untuk melindungi CV atau surat penting lain.
"Yerim-ssi? Ada apa?"
"Ada surat untukmu."
Yerim menyerahkan amplop yang dibawanya pada Taehyung.
"Apa Jaksa Kim baru saja pindah rumah? Suratnya dikirim ke kantor begitu."
"Ah, iya." Entah kenapa Taehyung menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal.
"Eii Sunbae—kenapa tidak mengundang kami untuk housewarming party?"
"Ah, itu, sebenarnya baru saja selesai merapikan rumah, mungkin akhir minggu ini?"
"Benar, ya? Aku akan bilang pada yang lain."
"Ne."
Iya. Terserah. Mana mungkin juga Taehyung menolak kan. Yerim akhirnya pergi setelah mendapat janji pesta dari Taehyung. Taehyung menghela napas tanpa sadar, kemudian masuk ke dalam ruangannya yang damai, tumpukan kertas kerja sudah menunggu untuk ditangani, tetapi amplop coklat yang diletakannya di atas meja tampak lebih menarik.
Siapa yang mengiriminya surat?
Taehyung mengambil kembali amplop tersebut dan memeriksa nama siapa yang tertulis di baliknya.
"Jungkook?"
Jungkook. Taehyung hanya kenal satu Jungkook dan itu adalah Jeon Jung Kook—mantan kekasihnya.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bertatap muka, mungkin dua tahun lalu? Tetapi Taehyung masih mengingat pertemuan terakhir mereka dengan jelas seperti baru terjadi kemarin. Jujur saja itu bukan pertemuan yang menyenangkan, mereka bertengkar dan mengakhiri hubungan yang sudah mereka coba pertahankan selama empat tahun—itu juga bukan hubungan yang mulus.
Mereka bertemu saat sekolah, Taehyung murid SMA dan Jungkook cuma murid SMP, Taehyung yang lebih dulu meminta Jungkook jadi pacarnya. Seperti remaja kebanyakan mereka menghabiskan masa-masa pacaran di awal dengan pergi nonton film di bioskop, karaoke, makan di cafe, dan pergi ke taman hiburan. Dua atau tiga tahun? Mungkin semester lima Taehyung di universitas, hubungan keduanya mulai renggang. Taehyung sibuk dengan kuliahnya dan tidak punya cukup waktu untuk dibagi dengan Jungkook. Sekalipun ada waktu, Taehyung memilih menghabiskannya dengan teman-temannya di kampus.
Mereka sering bertengkar. Beberapa kali putus. Biasanya kembali setelah seminggu saling mendiamkan, tetapi kali terakhir mereka bilang putus mereka tak pernah lagi saling bicara dan dua tahun berlalu begitu saja. Padahal Taehyung berharap, seperti sebelum-sebelumnya, mereka akan kembali bersama.
Srak
Taehyung membuka amplop coklat itu, di dalamnya hanya ada selembar kertas yang dilipat rapi dan amplop lainnya dengan ukuran lebih kecil. Kertas yang dilipat itu bisa ditebak adalah suratnya, jadi Taehyung memilih membukanya lebih dulu.
Tulisan tangan yang rapi menyapanya.
Dear Horangi...
Taehyung tersenyum.
"Tch. Dia masih menggunakannya..."
Panggilan kesayangan Jungkook untuk Taehyung, tidak punya arti khusus, hanya salah satu hal kekanakan yang mereka buat saat sekolah.
Apa kabar? Tsk. Lama sekali tidak bertemu, lihat betapa kakunya aku menyapamu. Apa kau sudah melupakanku? Kuharap tidak—itu kejam. Hehe
Aku menghabiskan banyak waktu berpikir apa aku harus menulis surat ini atau tidak, pada akhirnya kuputuskan untuk menulisnya juga, atas nama kenangan indah yang sempat kita bagi. Ah...ini aneh, kupikir kisah kita bukan kisah cinta yang manis seperti drama romantis di TV, kau ingat berapa kali kita bertengkar dulu? Banyak. Aku yakin kau tidak akan bisa menghitungnya haha...
Apa yang aneh adalah...saat aku mencoba mengingatnya kembali, aku hanya tertawa. Kurasa kita berdua sangat kekanakan saat itu, iya kan? Biar bagaimanapun, tentu saja kita juga punya kenangan yang manis, seperti saat kita menaiki ferris wheel di Everland, apa kau ingat kalimat apa yang kau katakan padaku di puncak?
Taehyung mengingatnya, itu perayaan hari jadi mereka yang ketiga.
"Aku memang bukan pacar yang sempurna, tapi aku ingin terus ada di sampingmu, menghabiskan waktu denganmu sampai rambutku beruban, menghapus air matamu di saat kau sedih, dan menjadi orang pertama tempat kau berbagi bahagia."
Sekali lagi Taehyung mengucapkannya, persis seperti saat itu, dengan senyum di wajah.
Itu sangat manis. Jujur saja aku hampir menangis waktu itu.
Walaupun pada akhirnya kita tidak bisa mewujudkan keinginanmu, kuharap kau tidak terlalu banyak menyesalinya. Kau pria yang baik, mungkin hanya kita yang terlalu berbeda. Aku yakin kau akan menemukan seseorang yang bisa menemanimu sampai rambutmu beruban nanti, seseorang yang akan menghapus air matamu disaat kau sedih, dan menjadi orang pertama tempat kau berbagi bahagia.
Karena aku telah menemukannya.
Kuharap kau datang di hari pernikahan kami. Sebagai sahabat.
Terima kasih untuk semua yang pernah kita lalui bersama. My Horangi...
From Bunny.
Ah...pernikahan.
Kalau begitu amplop coklat yang masih tersegel rapi itu pasti undangan pernikahan ya.
Grusak
Kertas yang tadinya terlipat rapi itu kini kusut diremas menjadi bola. Taehyung menatap amplop yang masih tersegel rapi, tidak ingin membukanya, tidak ingin semuanya jadi semakin nyata. Namun siapa pria yang berhasil mencuri hati Jungkooknya? Taehyung juga ingin tahu.
Jadi akhirnya Taehyung membuka amplop itu juga.
Di dalamnya ada kartu undangan, berwarna putih dengan hiasan pita kecil yang cantik, cantik memang, tetapi Taehyung tidak menyukainya.
Together with their families
Jeon Jung Kook
and
Park Ji Min
Invite you to celebrate their marriage.
"Tch."
Taehyung tertawa terbahak, kartu undangan itu seolah mengejeknya, tanpa sadar air menggenang di pelupuk matanya.
"Bocah ini benar-benar, apa dia tidak keterlaluan melakukan ini padaku."
Creak
"Jaksa Kim—"
Taehyung tak mendengar suara pintu diketuk, nyaris tak mendengar suara pintu dibuka. Hanya suara nyaring Yerim yang tertahan kemudian menyadarkannya, Taehyung menghapus air mata yang terlanjur membasahi pipinya.
"J-Jaksa Kim, gwaenchanayo?"
"Ah, joesonghamnida, kepalaku agak sakit, aku akan menyelesaikan ini besok."
Taehyung tidak menunggu balasan Yerim, dia hanya membawa kartu undangan di tangannya dan pergi meninggalkan ruangan begitu saja.
"E-uh-ne, hati-hati."
Yerim bingung, tetapi tidak bisa bertanya pada siapapun, jadi dia hanya menutup pintu ruangan Taehyung dan pergi.
"Wae?" tanya seorang temannya, mungkin melihat Taehyung yang pergi terburu-buru.
Yerim mengangkat bahunya, "Entahlah. Dia dapat surat tadi, kurasa dia menangis karena membaca surat itu."
"Mwo? Jaksa Kim menangis?!"
Yerim mengangguk.
"Heol."
Yerim melipat kedua tangannya di depan dada. "Kira-kira apa isi suratnya ya? Jaksa Kim sampai bolos kerja begitu, ini langka kan."
Temannya hanya bisa mengangkat bahu, mana mungkin dia tahu jawabannya.
[]
Taehyung menepikan mobilnya di pinggir jalan. Dia tidak bisa lanjut menyetir sementara pikirannya entah kemana. Kartu undangan dari Jungkook masih bersamanya, tergeletak di dashboard mobil, masih terasa mengejeknya dalam diam, dan seperti orang gila Taehyung tertawa lagi.
Dua tahun. Mereka tidak pernah bicara lagi selama dua tahun dan Jungkook tiba-tiba saja bilang dia akan menikah. Apa semudah itu menggantikan Taehyung bagi Jungkook? Karena bagi Taehyung sama sekali tidak mudah, tidak bahkan meski dua tahun telah berlalu. Sejujurnya sejak lama Taehyung ingin berlari dan bersujud di hadapan Jungkook, meminta maaf dan memintanya kembali, tetapi Taehyung banyak merenung dan dia menyadari Jungkook banyak terluka karena sikapnya. Taehyung pikir dia akan baik-baik saja jika Jungkook menemukan pria lain. Taehyung pikir dia bisa ikut bahagia asalkan Jungkook bahagia. Ternyata sangat sulit.
Dengan ragu, Taehyung meraih ponselnya, mencari nama yang sudah lama tidak dia hubungi.
"Halo? Taehyung?"
"Hoseok Hyung", suara Taehyung terdengar serak, "Apa Hyung tahu di mana Jungkook saat ini?"
"Lama tidak memberi kabar, kenapa tiba-tiba menanyakannya?"
Taehyung tidak menjawab, tetapi orang di seberang segera paham. "Ah...apa kau sudah menerimanya?"
"Undangan itu? Ya. Ya aku baru saja membacanya. Bagaimana bisa bocah itu tidak pernah menghubungiku dan tiba-tiba—"
"Taehyung, kau juga tidak pernah mencoba menghubunginya."
"Aku tahu. Aku tahu..."
Taehyung terdengar sangat putus asa dan menyedihkan, pada dasarnya Hoseok orang yang sangat baik, jadi mana tega dia mengabaikan Taehyung yang sebegitu desperate-nya ingin bertemu Jungkook. Lagipula, Hoseok berharap keduanya bisa bicara, memperbaiki hubungan mereka, setidaknya kembali jadi teman, karena dia jadi saksi tahun-tahun yang mereka lewati bersama, semuanya tentu tidak untuk sia-sia dilupakan begitu saja.
"Jungkook mungkin sedang di butik saat ini, dia ada janji untuk fitting baju. Kau bisa datang kalau kau mau, aku akan kirimkan alamatnya, tapi—"
Hoseok sengaja memotong ucapannya, agar Taehyung mencerna betul-betul apa yang dia ucapkan selanjutnya.
"Kau harus siap dengan kenyataan bahwa mungkin tidak ada yang akan berubah sekalipun kau datang menemuinya saat ini."
[Rose Rosa Bridal Shop, Cheongdam-dong, Gangnam-gu, Seoul]
Akhir-akhir ini Rose Rosa sedang ramai dibicarakan, sekedar untuk booking waktu fitting saja harus mengantri, jadi Jungkook senang sekali bisa menggunakan salah satu gaun di Rose Rosa. Semua gaun mereka cantik, tetapi ada satu yang menarik pandangan Jungkook, sejak pertama melihatnya Jungkook sudah kokoh ingin mengenakan gaun itu di pesta pernikahan.
Hari ini Jungkook kembali untuk fitting kedua dan harus menyesali kebiasaannya makan cemilan tidak kenal waktu, sekarang gaun impiannya mungkin akan gagal dipakai lantaran badannya sedikit melebar.
"YoonYoonaaa, bagaimana ini, kurasa gaunnya kekecilan, apa aku tambah gendut?"
Yoongi, pacar kesayangan kakak Jungkook yang sudah seperti kakak Jungkook sendiri, hanya bisa berdecak gemas. "Aku sudah bilang kurangi makan cokelat dan semua makanan manis kan, kau tidak mau dengar!" omelnya, seraya mencoba menarik ke atas retsleting gaun yang dipakai Jungkook.
Jungkook merajuk, bibirnya mengerucut. "Aku sudah berusaha, tapi mereka memanggilku."
Yoongi memutar bola matanya jengah. "Kau pikir makanan-makanan itu punya mulut sampai bisa memanggilmu? Alasan! Tahan napas!"
Jungkook tidak membantah lagi, Yoongi galak, dia perhatian tetapi galak seperti singa. Untungnya, setelah Jungkook menahan napas retsletingnya bisa juga dipasang dengan sempurna.
"Nah, muat kan. Apa sesak?"
"Uh, sedikit sih. Tidak apa-apa. Masih ada waktu, aku akan mengurangi berat badanku."
Yoongi hanya bisa geleng kepala, tidak yakin dengan ucapan Jungkook, dia tahu anak itu tidak bisa menahan diri di hadapan makanan, aneh kenapa badannya tidak bengkak seperti beruang.
"Permisi."
Suara pegawai terdengar dari balik tirai tempat Jungkook mencoba gaunnya.
"Ne?"
"Seseorang ingin bertemu."
"Siapa?" Jungkook bertanya, lebih pada Yoongi daripada si pegawai, tentu saja Yoongi tidak bisa jawab, jadi dia hanya membuka tirainya untuk menjawab pertanyaan Jungkook.
Jungkook berbalik dan menemukan Jimin, calon suaminya, tersenyum manis ke arahnya, wajah Jungkook memerah, takut Jimin mendengar percakapannya dengan Yoongi, dia kan tidak tahu sejak kapan Jimin ada di sana.
"Kenapa kau kesini?"
"Apa lagi? Tentu saja untuk melihat calon istriku yang cantik."
Jungkook berdecih dan menoleh pada Yoongi. "Coba dengar itu, orang ini sangat pandai merayu."
Yoongi tersenyum, dia tahu dia akan segera jadi nyamuk, jadi lebih baik pergi saja. "Aku beli kopi dulu."
"Eum."
Yoongi pergi, si pegawai juga sudah pergi sejak tadi, begitu ditinggal berdua Jungkook menemukan dirinya dalam dekapan Jimin, sepasang tangan melingkar di pinggangnya.
"Apa bajunya kekecilan? Kau bisa ganti kalau memang kekecilan."
Tuh kan. Jimin benar-benar mendengarnya.
"Tidak mau, aku suka yang ini."
"Kalau kekecilan kan tidak nyaman, aku tidak mau kau sesak napas nanti di pesta pernikahan kita."
"Tidak apa-apa, aku akan diet ketat mulai hari ini sampai baju ini pas di badanku."
Jimin menghela napas. Sejak pertama kenal Jungkook dia tahu Jungkook memang sedikit kekanakan dan keras kepala, tetapi itu adalah salah satu hal yang membuat Jimin jatuh cinta, menurutnya itu menggemaskan, ya walaupun terkadang cukup merepotkan, seperti kasus saat ini misalnya, tentu saja Jimin tidak pernah keberatan menangani Jungkook yang begini. Lagipula...
"Jangan memaksakan diri, tidak lucu kan kalau pengantinnya sakit di hari pernikahan. Lagipula kau tetap cantik walau pakai baju apapun, gaun yang lain pun akan sama bagusnya kalau kau yang pakai. Dan—"
Cup cup
"—aku suka pipi chubby ini."
Blush
"Eung, a-aku mengerti, tidak akan memaksakan diri."
Lagipula Jimin selalu punya cara membuat Jungkook mengerti.
"Anak baik."
Jimin tersenyum, kemudian mengusap lembut rambut Jungkook—Jimin selalu melakukannya, seperti reward untuk anak yang mau menurut.
"Ah, sebenarnya aku ke sini untuk memberi tahumu kalau cincinnya sudah jadi. Kita bisa lihat hari ini."
"Jeongmal? Kalau begitu ayo! Eh, tunggu dulu, aku ganti baju dulu."
Jungkook kembali menghilang di balik tirai dengan terburu-buru, Jimin hanya tertawa. Ya. Setiap hari bersama Jungkook, Jimin pikir dia akan selalu tertawa.
[Caffe Bene – Rose Rosa, Cheongdam-dong, Gangnam-gu, Seoul]
Beep beep
Yoongi meninggalkan kursinya, kembali ke kasir karena beepernya baru saja berbunyi.
"Tiga Iced Americano?"
Yoongi mengangguk dan menerima pesanannya. "Terima kasih."
Beep Beep
Kali ini bunyinya berasal dari mobil Yoongi. Yoongi meletakkan box kopinya di kursi dan mulai menyetir. Tidak butuh waktu lama, Yoongi sudah kembali sampai di depan Rose Rosa. Mungkin Yoongi baru meninggalkan mobilnya lima langkah, saat dia melihat figur yang familiar baru saja keluar dari Rose Rosa.
"Bukannya itu Taehyung?"
Orang itu berjalan ke arahnya, ke arah parkiran sebenarnya, dan Yoongi yakin itu benar Taehyung yang sempat dikenalnya beberapa tahun lalu, mantan pacar Jungkook, sudah lama tidak pernah melihatnya memang, namun wajah setampan Taehyung wajar tidak mudah dilupakan kan.
Taehyung melewatinya begitu saja ngomong-ngomong, entah tidak melihat atau memang lupa. Yoongi mungkin akan menyapanya kalau Taehyung tidak masuk ke dalam mobilnya secepat kilat, kemudian suara Jungkook memanggilnya.
"YoonYoonaaaa!"
Yoongi mengalihkan pandangannya. Di depan pitu Rose Rosa Jungkook sedang melambaikan tangan seperti anak kecil, Jimin di sampingnya hanya tertawa gemas, Yoongi menggelengkan kepala sementara keduanya menghampirinya.
"Kalian mau kemana?"
"Cincinnya sudah jadi", Jungkook tampak sangat senang, "Kami mau melihatnya. Eonni, terima kasih banyak sudah menemaniku hari ini, kapan-kapan kutraktir makan."
"Hmm. Jja. Kopi kalian."
"Terima kasih, Noona."
"Hehe, terima kasih YoonYoon!"
Yoongi mencubit pipi Jungkook. "Sudah kubilang berhenti memanggilku dengan panggilan kekanakan seperti itu."
"Itu masih lebih baik daripada Minimin," sahut Jimin.
Jungkook melotot tidak senang. "Jadi kau tidak suka?"
Jimin menekuk wajahnya main-main. "Eoh."
"Tch."
Jungkook berdecih, tetapi Jimin tahu dia tidak marah, toh akhirnya anak itu menggandeng tangannya.
"Eonni, kami pergi dulu ya."
"Eh—tunggu dulu."
Jungkook menahan langkahnya. "Kenapa?"
"Apa kau bertemu Taehyung?"
Thump
Satu detik
Dua detik
Tiga...
Jungkook tidak salah dengar, kan?
"Tae...hyung?"
Dan Yoongi mengangguk.
"Eoh. Kim Tae Hyung."
Bersambung...
Note:
Buku ini: buku songfict
Judul di atas salah satu judul lagunya NOEL
Lagunya sedih, yelah makanya ficnya jadi begini :B
Yerim: Kim Yerim a.k.a Yeri RED VELVET (biar gampang dibayangin aja)
Kenapa Taehyung jadi jaksa? Ga ada alasan khusus, cuma pengaruh abis nonton When You're Sleeping, jaksa Jung Jae Chan wkwk
