Disclaimer: Masashi Kishimoto
Warning: OOC, typo(s), shonen-ai, dll.
Sampai saat ini ada satu hal yang belum Sasori ketahui. Tentang 'un' yang selalu Deidara gunakan untuk mengakhiri hampir semua kalimatnya.
~UN UN UN!~
"Danna un!"
"Hm?"
"Indah kan danna un?"
"Biasa saja," ujar Sasori seraya mengecup pelan puncak kepala Deidara –yang tengah duduk di pangkuannya.
Deidara cemberut namun tak mengalihkan pandangannya dari matahari terbenam di hadapannya. Ia duduk di pangkuan Sasori, menyandarkan kepalanya di dada bidang Sasori.
"Danna berbohong un," ucapnya manja.
Sasori tertawa kecil, ia mengeratkan pelukannya di pinggang ramping Deidara. Mereka memang jarang memiliki waktu seperti ini. Saat ini mereka bisa menghabiskan waktu berdua dengan tenang karena telah berhasil menjalankan salah satu misi Akatsuki.
Ia menempelkan dagunya di puncak kepala Deidara. Memeluk seseorang yang paling dicintainya membuatnya merasa tenang. Ya, memang Deidara satu-satunya yang bisa 'membangkitkan' kembali perasaan yang sudah coba Sasori bunuh dari dirinya. Deidara tahu semua tentangnya, dari hal yang umum bahkan sampai hal yang sangat pribadi, hal yang bahkan tidak diketahui oleh Chiyo –neneknya- sekalipun
Sasori pun tahu semua tentang Deidara.
Tidak, tidak semua.
Sampai saat ini ada satu hal yang belum Sasori ketahui.
Tentang 'un' yang selalu Deidara gunakan untuk mengakhiri hampir semua kalimatnya.
"Dei," panggil Sasori pelan. Kali ini ia beranikan dirinya untuk bertanya. Karena ia ingin mengetahui semua hal yang berhubungan dengan satu-satunya orang yang ia cintai. Sekecil apapun hal itu.
Deidara mendongak menatap Sasori. "Ada apa danna un?"
'Un' lagi.
"Kenapa kau selalu mengakhiri kalimatmu dengan 'un'?"
Deidara terdiam sesaat, tidak mengerti apa yang dimaksud oleh danna-nya. Ia melepaskan pelukan Sasori dari pinggangnya kemudian membalikkan tubuhnya sehingga kini ia duduk berhadapan dengan Sasori.
"Maksud danna un?" tanyanya bingung.
"Ya setiap kau berbicara kau selalu mengakhirinya dengan kata 'un'. Aku hanya ingin tahu apa sebabnya," sahut Sasori.
"Memangnya aku mengakhiri kalimatku dengan 'un' un?"
"Selalu," sahut Sasori. "Memangnya kau tidak menyadarinya?"
Deidara menggelengkan kepalanya. "Tidak sama sekali, un."
Sasori tertawa pelan. "Hm sekarang coba kau mengatakan sesuatu tanpa mengatakan 'un'."
"Mengatakan apa un?"
"Coba panggil namaku."
"Sasori no danna..." ia terdiam beberapa detik kemudian dengan suara yang sangat pelan ia berkata "...un."
Tawa Sasori meledak mendengarnya.
"Jangan tertawa danna un!" seru Deidara dengan semburat kemerahan yang muncul di pipinya.
"Coba panggil namaku sekali lagi, Dei."
"Sasori no danna u— "
Deidara tidak bisa menyelesaikan kata 'un'-nya karena tiba-tiba saja Sasori mencium bibirnya, mengunci kata 'un' itu di dalam mulut Deidara. Sasori memeluk pinggang Deidara, memperdalam ciuman mereka. Walaupun awalnya Deidara terkejut, namun akhirnya ia membalas ciuman Sasori perlahan.
Sasori melepaskan ciuman mereka kemudian tertawa kecil melihat wajah Deidara yang memerah –entah karena malu atau kesal.
"Setidaknya ada satu hal penting yang kuketahui hari ini," ujar Sasori.
"Apa itu un?"
"Satu-satunya cara agar kau tidak mengatakan 'un' adalah dengan cara menciummu," sahut Sasori seraya menyeringai.
Deidara cemberut.
"DANNA U—"
Sekali lagi 'un' gagal terucap karena Sasori menciumnya lagi.
