Kanesada merasa ada yang aneh.
Bukan karena pagi ini Kanesada datang dengan baju tidak rapi. Juga bukan karena kaus kaki kanan Kanesada warna merah dan kaus kaki kirinya motif garis-garis.
Tapi karena Toudan dirasanya terlalu sepi.
Seharusnya ada beberapa murid yang terlihat–terutama Toushirou, karena populasinya paling banyak. Seperti Atsushi Toushirou yang suka dadah-dadah dari jendela kelasnya. Atau Namazuo Toushirou yang suka memberikan serangan tidak terduga (baca : melempar kotoran kuda).
Bahkan Yamabushi Kunihiro yang biasanya stand by di pintu masuk Toudan untuk mencegah panjat pagar massal (perbuatan murid terlambat) juga belum ada.
Bukan hanya Toudan. Di rumahnya juga sangat aneh. Kalau biasanya saat Kanesada bangun ia akan menemukan Horikawa memasak di dapur dan Hijikata yang sedang membaca koran edisi minggu lalu, pagi ini saat Kanesada bangun keduanya masih tertidur pulas.
Ada apa sebenarnya? Apakah diam-diam Horikawa sedang membuat kejutan ulang tahun untuk Kanesada? Seperti saat Kanesada masuk ke kelas, tiba-tiba ada hujan kertas warna-warni, suara terompet, banner bertuliskan, 'HAPPY BIRTHDAY', lengkap dengan teriakan, 'SURPRISE!'.
Kemudian muncul Horikawa membawa kue ulang tahun dengan diiringi lagu selamat ulang tahun yang dibawakan AWT48.
Tapi Kanesada ingat, kalau ulang tahunnya sudah lewat beberapa bulan yang lalu.
"Lho, dek Kanesada sudah datang, ya?"
Di saat hati Kanesada bimbang memilih tetap masuk ke kelas atau kembali pulang ke rumah, Otegine–tukang bersih-bersih sekolah–datang dan bertanya.
"Hehe, iya." Jawab Kanesada malu-malu. Pakai blushing pula. "Sepertinya saya masuk terlambat, sampai sepi seperti ini. Apa semuanya sudah masuk kelas?"
Otegine terdiam sejenak. Kemudian menghela nafas seraya mengelus dada. Dilihat dari sikapnya, Kanesada semakin yakin apabila hari ini ada yang aneh dengan Toudan.
"Dek Kanesada, ini 'kan hari Minggu."
·
·
Suara jangkrik mengisi keheningan keduanya.
Toudan Time~remake from Toudan School~
Pocky
·
·
"Aku yang ambil duluan, Yagen."
"Atsu, jangan keras kepala. Jelas-jelas aku yang ambil duluan."
"Tidak, tidak. Aku yang pertama kali melihatnya dan mengambilnya. Kalian cari yang lain saja."
Yagen, Atsu, dan Midare memandang satu sama lain dengan tatapan membunuh. Tangan kanan ketiganya tengah memegang sekotak pocky yang tersisa satu di rak.
Suasana di supermarket seketika terasa hening dan mencekam. Ada awan hitam, kilat, kemudian suara petir. Dan ternyata di luar turun hujan sungguhan.
"Midare, lepas tanganmu duluan." Atsu menatap Midare tajam. "Cari saja yang lain. Ini pertarungan laki-laki, perempuan tidak boleh ikut campur."
"Aku ini laki-laki, bodoh!" Satu jitakan mendarat di kepala Atsu. Masa berasal dari orang tua yang sama bisa lupa saudara sendiri? Sebenarnya juga bukan salah Atsu sepenuhnya, salahkan rok Midare yang berkibar.
"Persetan dengan kau laki-laki atau bukan, pokoknya aku yang pertama kali mengambilnya!" Atsu menarik kotak pocky dengan brutal. Ingat kata Ichigo dan kakak-kakak cantik penjaga supermarket : merusak berarti membeli. "Yagen dan Midare cari yang lain sana!"
Yagen diam sejenak. Kemudian melepaskan pegangannya dari pocky incarannya. "Hmph, kalau kupikir lagi, rasanya seperti anak kecil saja memperebutkan makanan. Aku akan cari yang lain."
'Musuh tinggal satu!'
Atsu dan Midare lirik-lirikan.
"Atsu, lepaskan tanganmu dan ikuti Yagen."
"Tidak Midare. Lepas tanganmu duluan."
"Jangan bodoh, Atsu. Kamu ngajak bertengkar, ya?"
"Bukannya Midare yang mengajak bertengkar?"
Peperangan tidak dapat dihindari. Dari botol air mineral hingga susu kemasan kotak dijadikan senjata (dilempar maksudnya). Kakak-kakak cantik penjaga supermarket seketika histeris dan menjerit-jerit. Antara sayang dengan barang jualannya dan takut kena lemparannya.
Yagen hanya diam mengamati pertengkaran saudaranya.
Kemudian mengeluarkan handphone dari sakunya.
"Halo? Ichi-nii? Midare sama Atsu bertengkar gara-gara pocky."
·
·
Dan pada akhirnya Atsu dan Midare tidak jadi beli apa-apa.
Cerita Rakyat : Pertengkaran Burung Bangau Dan Rubah
·
·
"DIAM!"
Penggaris kayu dipukulkan ke papan. Suasana kelas 3-A seketika hening. Tidak berani menatap Kogitsunemaru yang kini memasang tampang garang.
"Kerjakan dengan tangan! Bukan dengan mulut!" Seru Kogitsunemaru. "Apa setiap pelajaran kalian semua selalu seperti ini?!"
Tiba-tiba, Tsurumaru–dengan gagah berani dan tubuh bergemetar–mengangkat tangan. "Ta-tapi sensei–"
"DIAM!" Tsurumaru ditunjuk memakai penggaris kayu. "Siapa yang menyuruhmu bicara?!"
"Tadi 'kan sensei tanya! Ya saya jawab!" Emosi.
Hening sejenak. "Tapi aku tidak menyuruhmu menjawabnya, 'kan!"
"Salahnya sendiri kenapa bertanya! Saya 'kan jadi menjawab!" Tsurumaru menggebrak meja.
"Tapi kau tidak memiliki kewajiban untuk menjawabnya 'kan!" Penggaris kayu dipukulkan lagi ke papan.
"Karena sensei bertanya, saya jadi punya kewajiban untuk menjawab!" Tsurumaru tidak mau kalah. Enak saja disalahkan. Ini 'kan salah Kogitsunemaru yang bertanya, Tsurumaru jadi ingin menjawab. "Nanti kalau sensei bertanya lagi, lalu semuanya diam, sensei marah. Tapi sekarang sensei bertanya, saya menjawab, sensei marah. Sensei maunya apa sih?"
"Ini pertanyaan yang berbeda! Ini bukan pertanyaan yang harusnya dijawab!"
Akhirnya Tsurumaru mengalah. Mendengus kesal, kemudian duduk manis kembali di tempat duduknya. Bukannya Tsurumaru tidak memiliki jawaban lagi, namun karena tatapan Ichigo yang memelas itu membujuk hati Tsurumaru untuk tenang.
"Nah, kembali ke masalahnya." Kogitsunemaru berdehem. "Memangnya kalian bisa mengerjakan soalnya kalau hanya berbicara saja?!"
Hening.
"JAWAB!"
Tsurumaru berdiri dan mengangkat tangan. "Sensei–"
"Siapa yang menyuruhmu menjawab?!"
·
·
Sejak saat itu Tsurumaru tidak pernah percaya lagi dengan Kogitsunemaru.
Orang Tua
·
·
"Jadi Kane-san datang paling pagi?"
Horikawa menahan tawa. Coba kalau keinginannya untuk tertawa lebih besar daripada rasa kasihannya, pasti Horikawa sudah tertawa bersama Kashuu dan Yasusada sekarang. Lagipula, Horikawa juga ingat kata-kata tokoh kartun kesukaan Kanesada yang biasa ditonton setiap pagi : kalau kebanyakan tertawa, nanti kotak tertawamu bisa jadi kering.
"Hijikata pelit sekali." Kanesada mendengus. Masih merasa kesal karena ia datang paling pagi. Masa di rumah pukul 9 sementara di sekolah pukul 6? Lalu kenapa Horikawa tega tidak mengingatkan Kanesada kalau jam di rumah Hijikata belum diganti baterainya?
"Sekedar membeli baterai apa susahnya sih? Dasar pelit. Palingan juga uangnya dihabiskan untuk kencan dengan paman Kondo."
Nagasone di seberang seketika bersin.
"Kalau Okita-kun pasti sudah membenarkannya, ya, Yasusada?" Kashuu memeluk lengan Yasusada. Agak jarang Kashuu seperti ini. "Okita-kun selalu membelikan apa yang kita mau, 'kan ya, Yasusada?"
"Hm." Yamatonokami Yasusada mengangguk-angguk. Mengakui kebaikan hati orang tuanya, Okita Souji. Kasihan sekali kamu Izuminokami Kanesada, bisa punya orang tua macam Hijikata Toushizou. Setidaknya jadilah Horikawa Kunihiro yang selalu menjalani hidupnya dengan sabar dan tetap mengelus dada karena tinggal satu atap dengan dua pria berhati keras.
"Okita-kun selalu menyediakan kue enak setiap pukul 4, lalu mengajak ke taman bermain setiap hari Minggu, bahkan kalau nilai kami bagus, Okita-kun akan memberikan hadiah." Kashuu membusungkan dada bangga. Padahal dadanya rata begitu juga. "Lalu setiap malam, sebelum tidur, Okita-kun selalu membacakan buku cerita."
"Dengar ya. Walaupun Hijikata itu pelit dan suka marah-marah sebenarnya Hijikata itu orangnya baik." Kanesada mulai mencari kelebihan Hijikata untuk dipamerkan. Apa ya? Bisa marah-marah sambil tidur? Itu kelebihan 'kan? Belum tentu semua orang bisa marah-marah sambil tidur 'kan?
"Ya 'kan, Horikawa?"
Horikawa mengangguk-angguk. Menurut. Kalau tidak Kanesada bisa ngamuk.
Dalam hati Horikawa, sebenarnya ia mulai malas. Karena Horikawa tahu, ujung-ujungnya Kanesada akan mengarang cerita apa saja agar terlihat keren. Yang Hijikata bisa terbang ke luar angkasa-lah, yang Hijikata punya pintu kemana saja-lah. Horikawa menyesal kenapa ia tidak pernah menceramahi Kanesada soal kesukaannya menonton kartun di televisi. Akibatnya Kanesada jadi mudah berdelusi; masih percaya kalau titan kolosal itu beneran ada.
"Bulan lalu, saat aku memenangkan turnamen kendo, Hijikata memberikanku hadiah."
"Eh? Hadiah apa?" Kalau Kashuu terkejut itu wajar. "Kau tidak pernah bercerita kalau paman Hijikata memberimu hadiah."
"Huh, itu karena aku tidak ingin terlalu memamerkan kebaikan hati Hijikata." Kanesada melipat tangan. "Kalau banyak orang tahu apabila Hijikata baik hatinya, bisa-bisa banyak orang ingin Hijikata jadi orang tuanya 'kan?"
"Sudah, cerewet. Hadiah apa sih?" Kashuu tidak sabaran.
"Kau ingin tahu, ya?" Giliran Kanesada yang membusungkan dada. "Baiklah, baiklah. Akan kuberitahu."
"Dia memberiku tiga pasang kaos kaki baru. Katanya, punyaku yang lama sudah berlubang sana-sini, jadi ia membelikanku yang baru."
Hening.
"Kanesada, kamu itu bodoh, ya?"
mad tea party :
halo. toudan time adalah remake dari toudan school. karena sudah lama, jadi lupa semuanya kelas mana. akhirnya diganti pakai alfabet. dan itu lumayan membuat ami sedih. dengan mengandalkan sisa-sisa ingatan ami, ami menulis kembali fanfic yang panjang chapternya tidak ribut macam toudan school ini. selamat menikmati.
ngomong-ngomong, ami membayangkan karakter hijikata dan okita seperti pada hakuouki shinsengumi kitan. karena di hakuouki semuanya tampan dan ami suka yang tampan-tampan.
tambahan : sekedar informasi, toudan adalah sekolah laki-laki. kalau menemukan seseorang berambut panjang, cantik seperti artis, dan pakai rok berkibar-kibar–itu midare toushirou–bukannya ia kesasar, tapi memang midare seperti itu. mohon dimaklumi. sekian. terima kasih.
·
amikawa.
