disclaimer: Naruto belongs to Masashi Kishimoto, but this story is purely mine.
warning(s): no-plot/plotless, AU, typo(s), and other stuff(s).
note:ini bagian dari challenge Octoberabble 2018, yang prompt-nya diambil dari prompt Inktober. ini juga sudah saya post lebih dulu di blog, tapi di-post di sini untuk menuh-menuhin akun yang lumutan saja :'3
prompt day 01: i see you.
don't like? don't read.
selamat membaca :'3
.
i see you
.
.
"Ini terlalu banyak untukmu, Nona."
"Siapa …?"
Wanita itu menyempatkan diri untuk mengernyit, entah karena heran atau pening, ketika ia sadar gelas bening di tangannya sudah hilang.
"Brengsek. Kembalikan … minumanku." Ia menghardik.
"Sudah kubilang, ini terlalu banyak untukmu, Nona."
Sakura akhirnya berusaha untuk duduk tegak, dengan helai-helai merah muda menyentuh leher yang berantakan, dengan kelopak mata yang sayu, demi menoleh ke kanan.
Untuk mendapati pria asing bermata biru, memamerkan senyum tak simetris di sebelahnya, dengan gelas vodka di tangan kiri.
Hei, itu gelasnya tadi.
Si pria asing menyesap likuid tak berwarna dari gelas bening yang ia ambil tanpa permisi. "Vodka tidak baik untuk kesehatan tubuhmu."
Wanita emerald itu mendecih. "Berkata begitu tepat setelah menghabisinya sendirian?"
"Kalau aku, tak apa-apa." Pria itu menyeringai.
Sakura kembali merebahkan kepala di atas meja bar. "Kau … siapa? Kau mengganggu." Ia berbicara lirih, suaranya pelan, terdengar sangat kelelahan dengan apa pun yang dialaminya hari ini.
Pria itu tak menggubris. "Daripada itu, sepertinya kaubutuh teman bicara, hm? Melihat dua botol vodka kosong ada di sisimu. Harimu berat sekali?"
Si wanita berwajah mungil, diam sejenak, iris hijaunya masih menatap penuh waspada pada si pria asing bermata biru.
Tetapi ada secercah kehangatan di dadanya.
Ia sudah duduk di bar ini sejak sore tadi hingga sekarang, pukul dua belas malam, dan tak ada satu orang pun yang mengajaknya bicara, atau sekadar menyapa.
Oh, ada. Beberapa pria hidung belang yang mengajaknya tidur bersama.
Dan wanita itu hampir saja menghantamkan botol vodka kalau saja bartender di sana tidak mencegah tingkah bar-barnya.
Ia sudah cukup dibuat pusing dengan masalah pekerjaan hari ini, dengan sederet makian-makian dari atasan juga rekan kerja, dan banyak lagi. Ia tak butuh ajakan tidur dari siapa pun.
Ia hanya butuh apa saja yang mampu mengangkat bebannya hari ini.
Dan munculnya pria asing yang peduli pada keadaannya, membuatnya serasa mendapatkan cahaya dari kegelapan.
Sakura mendengus. "Tahu apa kau tentangku?"
Si pria asing menggeser kursi lebih dekat. "Aku tahu kaubutuh seseorang untuk menumpahkan segala masalahmu hari ini." Ia memberikan satu senyum miring, begitu menawan, berhasil mengunci pandangan wanita itu.
Bersusah-payah untuk mencoba menegakkan kepala yang berat lagi, Sakura memutar setengah badan agar bisa berhadapan dengan si pria asing.
Ia berhasil menemukan sirat-sirat afeksi dari iris langit pria itu.
"Rambutmu pirang…."
Pria itu mengernyit. "Hah?"
Wanita cantik ini, mulai membuka racauan. Entah karena vodka, atau seseorang berhasil mengetuk pintu.
"Matamu biru…."
Satu lagi senyum tak simetris diberikan.
"Kau … siapa?"
"Namaku Deidara."
Untuk pertama kalinya dalam lima tahun, Haruno Sakura menemukan tempat berhenti.
.
.
end.
.
another note:
terima kasih sudah membaca sampai di sini :'3
fiksi ini saya tulis untuk kepuasan pribadi semata. namun kritik dan saran sangat diharapkan agar saya bisa menulis lebih baik lagi ke depannya :'3
so … mind to review? :'3
sincerely,
Aosei RD.
