Haikyuu © Furudate Haruichi. No profit gained from this work. Dedikasi untuk #LibrettoNoUta. Tema: Back to The Zero. Lagu yang dipilih: Stars and Rabbit – Man Upon the Hill.

Interpretasi tema:

Ini tentang kehidupan yang perlahan-lahan menjadi samar; apa yang biasa kita lakukan menjadi tidak bisa dilakukan, apa yang kita anggap membahagiakan menjadi sesuatu yang menyedihkan, apa yang kita anggap akan abadi, justru mati. Semuanya kembali ke titik nol. Tetapi perjalanan belum selesai. Bangkit adalah salah-satu cara untuk memulai dari awal.


.

bangkit

.


Suatu waktu, kau pernah mengatakan: aku rindu ingin naik gunung.

Tapi kau lebih memilih tidur sementara aku mendaki seorang diri, dengan kekesalan dan amarah yang kubawa. Ketika berada di puncak, yang kujeritkan ialah namamu. Terbangsat. Kau harus berhenti bermalas-malasan. Bangkitlah dari ranjangmu dan mari kita mendaki gunung lagi, atau kau lebih senang memanjat tebing? Apa saja. Tetapi, pertama-tama, kau harus bangkit.

.


.

"Melihat kota di atas gunung tanpamu itu tidak menyenangkan, tahu."

Kau tertawa. "Begitukah?"

"Ya."

Kau tersenyum. "Manis sekali, Makki."

.


.

Udara terasa dingin. Aku duduk seorang diri. Untuk kesekian kalinya aku mendaki gunung tanpa kawan, tanpa teman bicara, tanpa kau. Rasanya tidak pernah sekosong hari ini. Ketika naik, yang kupikirkan adalah bagaimana kalau-kalau kau mengikutiku dari belakang, lalu memberi kejutan, dan dwarrr! Sesuatu meledak. Seperti percikan kembang api. Kemudian, kau tertawa di kejauhan, merasa konyol melihat muka dunguku. Aku akan mengejarmu dan menghajar penismu sampai kau menangis kesakitan.

Aku tertawa. Tetapi tawa itu terasa tidak menyenangkan, justru sebaliknya.

Aku masih sendiri. Kali ini, sungguh-sungguh sendiri.

.


.

"Rasanya, kalau aku naik gunung lagi, aku bisa-bisa berpikir untuk lompat."

"Kalau kau mau, aku akan menemanimu melompat, Matsun."

"Apakah ide melompat bersama terdengar menyenangkan di telingamu?"

"Ya, ya … lebih menyenangkan daripada membayangkan aku mendaki sendiri."

.


.

Suatu pagi, kau pernah mengatakan: ayo kita kembali ke puncak, sesegera mungkin.

Kalimat itu terdengar mendesak. Aku tidak mengira kau akan bersemangat seperti ini. Sialnya, tidak ada yang bisa kau lakukan selain terus bermalas-malasan. Aku punya ide konyol. Menculikmu, membawamu di punggungku, lalu kita naik gunung bersama—meskipun musim sedang buruk-buruknya. Tetapi badanmu lebih tinggi daripada aku, meski bobotmu tampaknya jauh di bawahku. Aku agak sedih soal itu.

Dan esoknya, kau justru pergi ke puncak seorang diri.

Puncak itu lebih tinggi daripada gunung. Sangat tinggi dan tidak mungkin aku bisa menggapainya. Padahal, kupikir kau benar-benar serius soal melompat bersama.[]


9:44 PM – February 10, 2019