-a/n : HUWWAAA~...my first fic-ku akhirnya jadi#nangis haru#..
-SPECIAL THANKS for Tsuki-senpai yang sudah membantu saia dalam pembuatan fic ini#peyuk-peyuk#
-Disclaimer : Masashi Kishimoto...
-Pairing : SasuNaru dan lannya yang belum diketahui..kukuku.
-Rated : T
-Warning : ,YAOI,AU,OOC,Shounen-ai,typo,dan lain-lain...
-Genre : Romance/Hurt/Comfort/Friendship
-Keterangan Usia :
-Naruto DKK: 18 Tahun
-Sasuke : 19 Tahun
-Iruka : 24 Tahun
-Kakashi : 26 Tahun
_ALIVE_
~o~o~o~o~o~o~o~o~
Buk!
Suara hantaman yang cukup keras itu terdengar dari sebuah gang kecil di pinggiran kota. Saat itu malam sudah merajai langit dan warna hitam gelaplah yang kini menghiasinya. Hitam tak berwarna.
"Cih! Kenapa yang datang hanya tikus-tikus lemah ini?" seru seorang pria bertubuh kekar sambil memandang remeh dua orang pemuda yang terkapar di tanah. Kondisi dua orang pemuda itu terlihat sangat lemah tak berdaya.
"Di mana ketua kalian, hah?"
"..." Yang ada hanya keheningan malam. Pemuda kekar itu menggertak kesal memandang dua pemuda yang berada di depannya sekarang. Tak ada jawaban, tak ada suara yang menjawab.
"Cih! Jika kalian tidak memberitahuku tentang ketua kalian itu..." Ada jeda di antara kalimat yang mengancam itu. Kali ini yang berbicara adalah pria berambut gondrong dengan muka garangnya. "...akan kubunuh kalian!" lanjutnya sambil menarik kasar kerah baju salah satu pemuda itu.
"Eh? Kalau kalian bisa coba saja!" remeh pemuda dengan tanda segitiga merah di pipinya. Matanya memandang remeh pria yang lebih besar darinya. 'Ini bukan masalah besar.' ujarnya dalam hati.
BUAKK!
Dengan itu satu pukulan keras pun mendarat di pipi kanan Kiba. Rintihan sakit pun terdengar jelas dari bibir sang Inuzuka itu. Darah yang tadinya berhenti kini mengalir kembali menampakkan warna merahnya.
"Hm, baiklah jika itu permintaanmu, bocah." Dengan tidak berperasaan tubuh Kiba pun dilempar begitu saja.
"Ukh!" ringis Kiba sambil memegangi pipinya yang lebam.
"Hahaha... Ini kah Gang Kyuubi itu, heh? Lemah! Kalian lemah!" hina pria bertato di lengan kirinya. Emosinya kini memuncak melepaskan suara teriakannya. Teriakan yang berupa penghinaan.
"SHIT! DIAM KAUU!" seru Kiba yang bersusah payah bangkit lalu berlari menuju arah pria bertato tersebut.
"KIBA, JANGAN!" teriak pemuda berambut hijau yang masih terkapar di tanah. Hatinya ingin mencegah tapi apa dayanya saat ini. Dia hanya bisa melihat Kiba dari jarak yang cukup jauh. Melihat Kiba berlari dan...
"Cih, masih bisa bangun, heh?"
BUAGH!
"Arrggh!"
"KIBAAA! Sial tubuhku,"
"Ku-kuso!" gumam Kiba sebelum gelap dirasakannya. "Kenapa aku? Sialan, keadaan seperti ini aku..."
"Habisi kedua bocah ini sekarang!"
"YHOAA!"
SYUTT! CTAKK!
"Akh!" Pria bertato itu meringis saat sebuah batu kerikil mengenai kepalanya.
"Ke-kerikil? Siapa yang...?" Spontan tatapan semua mata -minus Kiba yang pingsan- beralih ke sumber kerikil tersebut. Sosok pemuda piranglah yang terlihat di sana. Dengan terampil, tangan kanannya memainkan kerikil-kerikil itu.
"SIAPA KAU, HAH?" gusar pria yang terkena lemparan kerikil, sosok pirang itu pun maju dengan langkah santai lalu berhenti tepat 5m di hadapan para berandalan itu.
"Yo, Menma!" sapanya dengan sebuah senyuman di wajah tan-nya.
"Na-Naruto?" Pemuda bernama Menma itu menata tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Nyawanya terselamatkan.
"Konbawa, minna! Aku ada sedikit masalah di sini," ujar Naruto sambil tersenyum manis.
"BERANI-BERANINYA KAU, BOCAH!" Semua berandalan itu pun menyerang Naruto dengan benda-benda tajam yang digenggamnya. Sekilas, Naruto menutup mata. Warna mata yang tadinya berwarna biru langit kini berubah menjadi merah. Kerikil yang digenggamnya pun hancur tertiup angin.
"MATI KAU, BOCAH!"
SYUTT!
"Apa?" Dengan mulus Naruto menghindar ke sebelah kiri dan langsung memukul tengkuk pria itu dengan kasar. Alhasil, pria itu pun ambruk.
"Majulah kalian!" ucapnya menantang. Mata berwarna merah itu menatap tajam lawan yang dihadapinya. Tanpa ampun dan belas kasih.
"JANGAN SOK KAU, BOCAH!"
"It's show time," gumam Naruto dengan lincah menghindari serangan para berandalan itu.
BRUAG! TRANG!
Satu pukulan telak mengenai perut salah seorang berandalan. Pria itu membungkuk menahan sakit. Lalu, serangan lain pun menghampiri Naruto, dengan memanfaatkan punggung orang yang membungkuk itu sebagai tumpuan tangannya, dia pun melancarkan tendangan telak ke arah si penyerang.
DUAGH! BRUK!
Pria itu pun ambruk dengan wajah bercap sepatu. "SIAL KAU BOC-"
DUAG!
Satu pukulan keras mendarat dengan indah di wajah pria yang tadi berada di belakang Naruto.
"Eh? Inikah kemampuan kalian, brengsek?" ujar Naruto sambil membelakangi dua orang yang tersisa dengan suara berat. Kemudian, pemuda berambut pirang ini pun membalikkan badannya tepat pada saat cahaya bulan purnama menangkap wajah tan-nya. Seringai pun diperlihatkannya.
"Ja-jangan, Kyu-Kyuubi no Kitsune," gumam sang pria gondrong. Mimik wajah yang tadi terlihat sangat garang kini berubah menjadi seekor tikus yang sedang terpojok oleh pemangsanya. Keadaan pun berbalik.
"..."
"..."
"KA-KABUURR!" Dengan itu, mereka berlari melebihi kecepatan cahaya, tak lupa menyeret ketiga teman lainnya yang tepar tak berdaya. *ck,ck,ck. Setia kawan juga mereka O.o*
"Cih, kabur, ya?" ujar Naruto sinis. Ia pun memejamkan matanya sekilas dan membukanya kembali, warna iris matanya pun berubah dari warna merah menyala menjadi biru jernih yang mengagumkan.
"Menma! Kiba! Kalian tidak apa-apa?" Naruto berucap sambil menghampiri kedua sosok temannya tersebut.
"A-aku tidak apa-apa. Tapi Kiba, dia cukup parah," jelas Menma yang sudah dapat berdiri dan sekarang memapah Kiba.
"Hahh... Sebaiknya kita segera mengobati Kiba dan kau juga, Menma. Kalau sudah baikan, ceritakan semuanya padaku apa yang sebenarnya terjadi dan siapa orang-orang tadi." Naruto berseru dengan nada khawatir.
"Baik, ketu- maksudku Naruto,"
"Hm."
~0~0~0~0~0~
"Apa mereka akan berhasil, Kabuto?" tanya seseorang yang bersandar di kursi santainya dengan secangkir wine berwarna merah pekat. Orang itu bertanya tanpa menghadap lawan bicaranya. Mata hitam tajamnya memandang lurus ke arah kaca transparan yang menampakan keindahan malam itu.
"Ya, Orochimaru-Sama. 55% cara ini akan berhasil, karena yang melakukan pekerjaan ini adalah orang-orang profesional di bidang ini," jawab yakin lelaki bernama Kabuto.
"55%? Persentase yang lumayan besar. Kau boleh keluar." ujar orang bernama Orochimaru tetap pada posisinya.
"Baik, Orochimaru-Sama. Saya permisi." Hormat Kabuto sambil membungkukkan badan sekilas dan keluar dari ruangan itu. Setelah pintu tertutup, Orochimaru membalikkan kursinya dan menaruh cangkir wine di atas meja kerjanya. "Hmm... Bersiaplah, Uchiha-Sama." ujarnya sambil menyeringai.
~0~0~0~0~0~
Matahari bersinar terang menggantikan sang malam. Cahaya mentari masuk melewati celah tirai kamar yang memang sengaja dibuka. Perlahan-lahan cahaya berwarna putih yang dihalangi oleh kaca jendela besar itu membuat seseorang pemuda berambut hitam membuka paksa kedua matanya. Pemuda itu mengerjap-ngerjapkan matanya dalam beberapa kedipan. Setelah terbiasa mata itu pun terbuka sepenuhnya dan menampakan bola mata onyx yang memukau.
"Ohayou, Sasuke-Sama" sapa hormat seorang pria seraya berdiri di sisi kiri jendela yang tadi telah dibuka.
"Hn." balasnya singkat sambil meregangkan otot-ototnya yang masih kaku dan mengambil posisi bersandar pada bantal dibelakangnya. "Kakashi," panggil pemuda bernama Sasuke itu kepada butler-nya.
"Ya, Sasuke-Sama?" ucap sang butler dengan hormat.
". . .tidak. Tidak ada apa-apa," ujarnya sambil menghela nafas dan bangkit dari tempat tidurnya.
"Maaf Sasuke-Sama, untuk sarapan Anda ingin saya antarkan ke sini atau ingin sarapan di ruang makan?" tanya Kakashi tanpa bergeming dari posisinya. Dengan sebuah gerakan yang diberikan oleh Sasuke, Kakashi pun menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah itu dia pun membungkuk hormat dan beranjak keluar dari kamar atasannya.
'Untuk apa makan di ruang makan bila hanya sendiri.' batin Sasuke.
~0~0~0~0~0~
"Lapor, target segera akan pergi dari kediamannya," ucap seorang misterius dari sebuah benda kecil yang berfungsi sebagai alat komunikasi. Sosok itu menghubungi seseorang lainnya dengan walky-talky-nya sambil mengintai sebuah rumah mewah.
"Awasi terus, jangan sampai lolos!" ucap suara seseorang menjawab laporan itu.
"Baik."
~0~0~0~0~0~
"Silahkan, Tuan Muda," ucap Kakashi sambil membukakan pintu mobil Tuannya dengan sikap hormat.
"Terima kasih." balas Sasuke singkat kemudian menaiki mobil hitam BMW 520i miliknya.
"Itterasshai~ Sasuke-Sama." ucap Kakashi sambil membungkuk sekilas, yang hanya dibalas anggukan dari Sasuke. Setelah itu, mobil BMW hitam itu pun melaju meninggalkan Kediaman Uchiha yang mewah itu.
~0~0~0~0~0~
"Lapor, target sudah meninggalkan kediamannya," ucap stalker itu sambil memperhatikan mobil Sasuke yang semakin menjauh.
"Baiklah. Selebihnya biar kami yang membereskannya." jawab seseorang di tempat lain.
"Baik!"
~0~0~0~0~0~
Disebuah bangunan tua berlantai 2 dipinggir markas Kyuubi berdiri kokoh yang dikelilingi juga dengan pohon-pohon besar yang ridang adalah tempat stratategis dan sulit diketahui orang lain.
Disalah satu ruangan dalam gedung itu terdapat dua orang pemuda yang sedang berbicara serius disofa yang saling pula pemuda yang satunya sudah menyelesaikan ceritanya pada pemuda berambut pirang dihadapannya.
"Begitulah ceritanya, Naruto." ucap seseorang pemuda berambut hijau sebahu dengan mata emerald-nya.
"Hmm... Jadi, kau dan Kiba dicegat oleh mereka karena mereka tahu kalian anggotaku?" tanya Naruto sambil melipat kedua tangannya di dada. Pandangan mata berwarna indah itu menatap serius pemuda yang berada di depannya saat ini.
"Ma-maaf Naruto kalau saja kami lebih kuat..." lirih Menma seraya menundukkan kepalanya. Mata emerald-nya menatap bawah lantai tempat ia berpijak.
"Eh? Tidak perlu minta maaf, Menma. Yang penting kalian selamat,"
"I-itu Naruto," ucap Menma terbata..
"Apa?"
"Dari mana kau tahu kalau kami sedang dalam bahaya?" Kali ini Menma menatap pemuda berambut pirang itu. Tatapan kedua matanya terpancarkan rasa ingin tahu yang begitu dalam.
"Oh, itu. Tidak, aku hanya heran saja kalian tidak hadir ke tempat rapat Gang. Karena khawatir aku mencari kalian. Dan syukurlah saat melintasi blok itu, aku mendengar suara orang berkelahi dan ternyata itu kalian. Dua nyawa terselamatkan. Hehehe..." jelas Naruto.
"Tentang rapat itu juga, kami minta maaf," ucap Menma dengan nada bersalah. Naruto pun melangkah dan menepuk pundak kiri Menma. "Sudah, jangan bilang seperti itu. Kalian adalah teman-temanku yang berharga."
"I-iya. Arigatou, Naruto." ucap Menma lega yang dibalas cengiran khas Naruto.
Tiba-tiba seorang gadis memasuki ruangan itu.
"Hei, Naruto! Menma! Kiba sudah sadar!" seru seorang gadis berambut cepol menghampiri Naruto dan Menma.
"Wah, kalau begitu syukur deh." jawab Naruto lega.
"Hahh..." Menma pun ikut menghela nafas lega.
Tak sengaja mata biru Naruto melirik ke arah jam dinding di ruangan itu. "Gyaa! Gawat! Sudah jam 8! Teman-teman aku harus pergi kerja dulu di toko, ya! Titip salamku buat Kiba!" Dengan itu pun Naruto berlari kencang meninggalkan Markas Kyuubi.
"Hahaha... Dasar Naruto itu." ucap gadis berambut cepol bernama Tenten. Sedangkan Menma hanya tersenyum manis melihat kepergian Naruto.
Ya. Sebenarnya Naruto sudah bekerja di sebuah salah satu restoran terkenal di Konoha sebagai Pattiserie, sebenarnya juga restoran yang bernama Iruka's Café ini awalnya adalah restoran baru dan belum dikenal masyarakat di sana. Entah karena tempat yang tidak strategis atau karena belum ada promosi dari café ini dan saat itulah Naruto mencoba melamar bekerja –untuk menambah uang kas Gang- dan karena Naruto memang kenal baik dengan Iruka. Alhasil, dia diterima di sana.
Selain itu Iruka memiliki 4 pegawai lainnya yang terdiri dari 2 wanita dan 3 pria -termaksud Naruto-, sehari setelah diterimanya Naruto. Entah apa yang terjadi, dengan cepat café ini langsung ramai diserbu pengunjung. Ya, walau Iruka awalnya heran karena kebanyakan pengunjung adalah laki-laki, tapi toh dia bersyukur dan sangat berterima kasih pada Naruto dan dengan itu Iruka's Café jadi terkenal bukan hanya hidangannya yang enak dan murah, tapi tempatnya juga nyaman ditambah seorang Pattiserie yang tampan dan cantik rasanya semua indera perasa jadi terpuaskan.
"Iruka-san, Naruto belum datang? Tidak biasanya dia ,Sai dan Shion juga." ujar seorang pemuda yang juga seorang Pattiserie berambut hijau lumut di kepang satu, bermata coklat madu.
"Mungkin sebentar lagi, Tsumaru-kun."jawab Iruka yang akan masuk ke ruangannya.
"Hei, Tsumaru sebelah sini belum dibereskan!"seru seorang gadis berkuncir satu berambut coklat sama dengan iris matanya.
"Iya, iya."sambil ngedumel Tsumaru pun membersihkan bagian yang masih kotor.
"Wah... Hakuto-chan, semangat sekali ya!" puji Iruka pada gadis bernama Hakuto itu.
"Yah, sebentar lagi 'kan café dibuka, tidak sopan 'kan kalau tamu masuk dan ruangannya kotor." ujar Hakuto sambil mengelap meja.
"Ya sudah, semangat ya!" Dengan itu Iruka pun masuk ke ruangannya.
~0~0~0~0~0~
"Hah..." Sasuke menghela nafasnya. Ini hanya perasannya atau apa dia merasa ada yang aneh 'kenapa tidak sampai-sampai?' pikirnya dan tiba-tiba saja mobil BMW hitam itu berhenti membuat Sasuke makin curiga. "Ada apa ini?" serunya dengan tatapan tajam pada bangku sopir.
"Maaf, Uchiha-Sama Anda..." ucapan supir itu terputus.
Cklek!
"Anda harus mati sekarang!" Tanpa aba-aba sang sopir menodongkan pistol berlaras pendek dikening Sasuke yang dibalas dengan tatapan menantang sang Uchiha. Perlahan pintu kanan mobil itu terbuka dan sebuah gerakan membuat sang Uchiha keluar diikuti oleh seorang yang diduga komplotannya juga. Pemuda berambut raven itu diseret ke arah bangunan tua yang sepi dan didorong hingga ia terjatuh.
"Siapa kalian?" tanya Sasuke tajam. Salah seorang di antara mereka yang tadi menyamar menjadi sopir itu pun melepas topengnya dan... "Kami dari Akatsuki, ditugaskan membunuh Anda, Uchiha-Sama." ucap seseorang berambut coklat.
".. Eh, Orochimaru, ya?"
"Benar,"
"..."
"Maaf, kami harus merenggut nyawa Anda sekarang." ucap seseorang lagi dengan rambut peraknya.
~0~0~0~0~0~
"Hei, Karin ini apa?" ujar pria berambut silver sambil menampakkan sebuah tabung kecil berukuran ibu jari. Warna tabung itu putih mengkilap.
"Sudah, itu buang saja! Cari dokumennya!" omel wanita bernama Karin seraya menjitak kepala pemuda itu.
"Iya, iya. Santai aja kali, Juugo dan Hidan pasti sudah membereskan Uchiha itu!" sungut pemuda itu dengan cengiran tajam di bibirnya.
"Iya. Itu juga aku tahu, Suigetsu! Sudah buang saja itu!" ucap Karin 'Hahh... Padahal dia sangat tampan jadi sayang kalau dibunuh.' pikir Karin. Suigetsu pun melempar benda yang ditemukannya. Namun...
"Uwwaah! Aku ter-" Naruto vakum.
CTAKK!
"Auw! Kuso, sakit! Are? Apa ini?" Ternyata tabung kecil tadi ditemukan oleh Naruto yang menjadi korban pelemparan itu. "Siapa ya-" Perkataannya terputus ketika melihat sebuah mobil hitam diobrak-abrik oleh 2 orang mencurigakan 15 meter dari tempatnya berdiri –widih lemparan Suigetsu jauh bener- dan tak lama kemudian 2 orang itu pun berlari menjauh. Karena didorong rasa curiga dan penasaran akhirnya Naruto mengikuti 2 orang itu.
~0~0~0~0~0~
DUAG! BRUAK!
Dengan tendangan telak diperut, Sasuke pun roboh sambil meringis kesakitan. Darah mulai mengalir dari bibir manisnya.
"Sudahlah Hidan," lerai Juugo.
"Iya, baiklah, sebenarnya aku masih ingin menghajar anak ini. Tapi, nanti dia juga akan mati." ujar santai Hidan
'mati, ya?' pikir Sasuke, ada rasa kelegaan di sana.
"Baiklah, ucapkan selamat tinggal Uchiha-Sama." Saat pelatuk pada peluru itu akan ditarik. Seseorang pun datang memotongnya. "Juugo, Hidan!" teriak Karin dan Suigetsu secara bersamaan.
"Kalian? Dokumennya sudah ditemukan?" tanya Hidan, Juugo hanya melirik sekilas.
"Iya, tentu. Ini 'kan?" balas Suigetsu sambil menunjukkan sebuah map bewarna biru dengan tulisan 'Uchiha Corp'.
"Kerja bagus," puji Hidan. "Baiklah, tinggal membereskan yang ini," gumam Hidan sambil memandang remeh sang Uchiha muda itu.
"Hmm..." Dengan itu Juugo menarik pelatuk pistol itu. "Selemat tinggal, Uchi-"
BRUAGH!
"Arrgh" ringis Juugo kesakitan. Seseorang telah memukul punggungnya dengan kecepatan yang luar biasa bahkan tidak disadari mereka semua dan saat itu juga tangannya dipelintir kebelakang refleks 3 orang yang berada di dekat Juugo pun mundur selangkah.
"Siapa kau, hah?" seru Hidan. Naruto langsung menendang jauh pistol Juugo yang terjatuh.
"Seharusnya aku yang bertanya, teman?" ucap Naruto lalu mendorong Juugo ke arah teman-temannya.
"Sebaiknya kita mundur," gumam Juugo. Walau Hidan ogah, tapi mereka langsung pergi dari sana dan masuk ke mobil yang diduga Naruto sudah disiapkan untuk mereka.
"Hahh… Akhir-akhir ini kenapa angka kriminal makin meningkat, ya?" gumamnya. Lalu 'Oh ya, orang itu.' Naruto pun langsung menghampiri pemuda yang saat ini terlihat lelah dengan darah yang hampir kering pada dagunya. "Kau tidak apa-apa?" tanya Naruto sambil membantu pemuda itu mendudukkan dirinya. Naruto terkaget ketika melihat darah keluar dari hidung dan juga mulut pemuda itu.
"O-obat, obatku." gumam pemuda itu pelan dengan nafas tersengal.
"Na-nani?" Wajah panik mulai terlihat dari wajah tan itu. Kurang menyadari, Sasuke pun limbung dan pingsan dipelukan Naruto. "Mayday! Mayday! Bagaimana ini?" seru panik Naruto yang kini mendapati pemuda itu pingsan dipelukannya. "Gawat! Tapi…" Dengan gerakan cepat Naruto menggendong tubuh Sasuke dipunggungnya dan berlari kencang. "Bertahanlah! Kau..."
-TBC-
a/n : Semoga tidak mengecewakan bagi readers yang telah mau membaca fic saia...#bungkuk#
_REVIEW?_
