NEW FF OF HANCHUL~
BELUM BISA LANJUTIN FIRE & WATER
KEBAWA BAPER SAMA EUNHAE~
GA BISA BAYANGIN 2 TAHUN TANPA EUNHAE
JAILNYA MEREKA, SKINSHIP MEREKA, MOMENT REAL MEREKA~
AAAA~ I'M GONNA CRYING AGAIN...
EUNHAE ADALAH ENLIST KEDUA SETELAH LEETEUK YANG BISA BUAT GUE MEWEK DAN BILANG "PLEASE, DON'T GO."
BAGI GUE, EUNHAE IS FUCKING REAL (SETELAH HANCHUL TENTUNYA)
ENTAH KENAPA PERSAHABATAN MEREKA GANJIL
SEDEKAT ITU, SEMESRA ITU, SEPERHATIAN ITU
APAKAH ITU TANDA PERSAHABATAN?
I THINK...NO
SAHABAT, TIDAK GUGUP JIKA MENATAP MATA SAHABATNYA
SAHABAT, TIDAK TERSENYUM DAN MENATAP PENUH RASA SAAT BERBICARA
SAHABAT, ANYWAY...TIDAK AKAN BILANG "I CAN'T LIVE WITHOUT YOU."
I'M PROM15E
SELAMA 2 TAHUN, GUE BAKAL SHARE ALL ABOUT EUNHAE
PLIS SUPPORT OUR EUNHAE~
IF THEY REALY FUCKING REAL...
FOR GOD SAKE, DON'T HATE THEM
##############################################################
##############################################################
pretty (wo)MAN
Cast
- Kim Heechul
- Han Geng
Othercast
- Lee Sungmin
- Cho Kyuhyun
- Park Jungsoo
- ZhouMi
- and other SJ's member
(real story belong to LadyVampAsia)
Summary
Seorang pengusaha yang sedang kebingungan di jalan, mendapatkan lebih dari yang dia tawarkan ketika tidak sengaja mengajak 'pria malam' bernama Cinderella. Dan dirinya langsung tak bisa lepas dari kucing cantik hingga memintanya tinggal selama seminggu.
Akankah hubungan mereka tetap pada seharusnya? Hubungan bisnis malam atau akan muncul perasaan yang tidak diinginkan?
##############################################################
##############################################################
Selalu sama, pembicaraan membosankan, orang-orang membosankan, dan kehidupan yang membosankan. Bisnis, pihak sosial, rapat dewan, uang, dan lain-lain. Segala sesuatu tentang kehidupan Hangeng adalah membosankan, atau setidaknya berlaku untuknya. Setelah berita soal perceraiannya, hidupnya kini dipenuhi kalangan media yang ingin meliput atau sekedar mengorek kehidupan pribadinya.
"Kau sudah menatap minuman mu selama setengah jam. Apakah ada yang salah?" Kyuhyun bertanya, mitra bisnis Hangeng sekaligus sahabatnya. "Ini pesta, pergilah berbaur."
"Aku tidak merasa bagus untuk berbaur." Hangeng menjawab datar.
"Pesta ini penting untuk project yang sedang kita kerjakan." Kyuhyun menjelaskan, "Kau tidak bisa hanya berdiri di sudut dan tidak berbicara dengan siapapun. Presdir ingin kita membuat mereka menjual sahamnya pada kita, kita perlu membuat kesan yang baik."
"Kita sudah punya 3 perusahaan. Pesta ini tampak tak ada gunanya bagiku. Aku butuh udara segar."
"Kau tidak bisa pergi," Kyuhyun mencoba untuk menghentikan temannya yang mulai bergerak menuju pintu keluar. "Kita masih perlu bicara dengan Direktur Park."
"Kau dapat menangani Direktur Park sendiri. Atur pertemuan makan malam dengannya." Hangeng menawarkan, "Sekarang, aku akan kembali ke hotel."
"Tapi, supir tidak akan kembali kesini untuk menjemputmu selama satu jam. Tak bisakah kau menunggu selama itu?"
"Tidak, berikan kunci mobilmu." Hangeng memerintahkan, "Aku akan mengendarai mobilmu untuk kembali ke hotel dan kau dapat menggunakan layanan mobil dalam satu jam nanti."
"Tapi, kau tidak pernah ke Seoul sebelumnya. Kau tidak tahu arah kembali ke hotel." Kyuhyun mengerutkan kening, "Hyung, tunggulah satu jam."
"Aku tidak bisa," Hangeng membantah, ia melihat mantan kekasihnya melambaikan tangannya dan tersenyum kepadanya. "Tiffany disini."
"Dia mantanmu kan? Lagipula dia menikah dengan salah satu klien kita, jadi tentu dia akan datang ke pesta ini."
"Berikan kunci mobilmu, Kyuhyun."
"Sejak kapan kau takut pada mantanmu? Pergi dan berbicara dengannya."
"Please, berikan kuncinya." Hangeng melihat Tiffany berjalan mendekat kepadanya
"Apakah kau akan pergi?" Tiffany bertanya dan berhenti di samping mereka
"Ya," Hangeng menjawab. "Apa kau menikmati pestanya? Maaf aku tak datang ke pernikahanmu."
"Tidak apa-apa. Aku tahu kau sibuk. Kau selalu sibuk."
"Aku sedikit menyesal. Kau terlihat begitu senang dengannya." Hangeng tertawa kecil, ia merasa sedikit tidak nyaman
"Aku senang," Tiffany mengangguk, "Bagaimana kabarmu? Apa kau baik-baik saja?"
"Aku baik-baik saja." Hangeng meyakinkan, "Kyuhyun hendak meminjamkan mobilnya, jadi aku bisa pergi dan menjernihkan kepalaku. Pesta membuatku bosan."
"Kedengarannya bagus." Tiffany setuju, ia tersenyum kepada Kyuhyun. "Hanya saja kau jangan tersesat. Aku tahu Seoul belum akrab denganmu dan kau bisa bingung dengan navigasi."
"Aku akan baik-baik saja," Hangeng tersenyum, ia mengambil kunci mobil Kyuhyun. "Bersenang-senanglah."
"Hyung, tunggu..." Kyuhyun memanggil Hangeng, tapi diabaikan olehnya
##############################################################
##############################################################
Sejujurnya, melihat Tiffany tidak menyenangkan, ia memiliki kenangan buruk soal mantannya. Bahkan, mereka tidak putus dengan baik. Pekerjaan yang mendorong mereka untuk berpisah dan juga kurangnya minat pada wanita. Setelah perceraian pertamanya dengan Jessica, Tiffany adalah hubungan kedua nya. Tapi mereka tahu ini tidak akan bertahan lama. Hangeng selalu merasa hubungannya dengan wanita takkan bertahan lama. Faktanya, ia lebih suka ditemani pria, dan ini adalah hal yang hanya Kyuhyun ketahui.
##############################################################
##############################################################
Deringan alarm terdengar menggema di sebuah kamar kecil di sebuah apartemen. Seorang pria bangun dari tidurnya, kaki telanjangnya menggantung di sisi tempat tidur dan ia mengacak-ngacak rambut blondenya. Ia mengambil alarm dan melihat waktu nya, jam 08:00 malam waktunya bekerja.
Enggan keluar dari selimut yang nyaman, Kim Heechul duduk di sisi tempat tidur dan merentangkan kedua tangannya di atas kepala lalu menguap keras. Wajah sayu, rambut berantakan, mata bengkak karena kurang tidur. Jika pelanggan melihatnya seperti ini, mereka kan berpikir dua kali untuk menyewanya. Ia mengamati kamarnya untuk melihat tanda-tanda teman sekamarnya, Sungmin.
"Dia pasti sudah pergi untuk minum,"
Heechul beranjak dari tempat tidur dan membuka lemari pakaiannya. Membolak-balik pakaian yang tergantung didalam. Ini sabtu malam dan akan ada banyak pria kaya yang kesepian di luar sana. Ia perlu berpakaian istimewa. Ia menarik wig pirang yang pendek dengan pita diatasnya, gaun hitam ketat, blazer hitam, sepatu boots merah dan melemparkan semuanya ke tempat tidur.
Ini adalah kehidupan yang menyedihkan. Rutinitas yang sama, berpakaian sexy, berjalan-jalan, mendekati pelanggan, melakukan seks dan mulai lagi terus seperti itu. Pekerjaan rendah dan kotor, tetapi ia harus membiayai hidupny. Dia hanya berharap ada sesuatu yang lebih dari ini, sesuatu yang layak untuk hidup.
"Buka pintu!" suara pria berteriak, diikuti ketukan keras di pintu. "Aku butuh kau untuk membayar sewa!"
"Bayar sewa?" Heechul berbisik, "Sungmin seharusnya sudah membayarnya."
Ia merapikan lipstiknya dan memakai wig pirang. Lalu bercermin sebentar.
"Buka pintu! Aku tahu kau didalam!"
"Aku akan membunuhmu, Sungmin," Heechul geram, ia mengambil sepatu boots merahnya dan meraih tas dari lantai.
Membuka jendela kamarnya, ia naik keluar dan menuju tangga darurat di samping jendela. Ia lalu melompat dari sana dan mendarat mulus di jalan. Memakai sepatu bootsnya dan bergegas menuju tempat Sungmin.
Melewati 3 blok dari apartemennya, sebuah bar kecil bernama "Bunny Bar" adalahbar yang terkenal disana. Seperti yang Heechul perkirakan, ia menemukan Sungmin duduk disalah satu meja sambil mengobrol dengan pria yang sedikit lebih tua darinya. Sungmin memakai wig coklat panjang, dan gaun leopard, ia tampak kacau, dan Heechul bisa pastikan ia habis melakukan seks disana.
"Dimana uang sewa kamar, Sungmin?" Heechul bertanya. "Aku memberikannya padamu pagi tadi. Apa yang terjadi?"
"Aku berutang sedikit uang dan kemudian aku membeli sesuatu."
"Kau membeli obat-obatan?" Heechul menghela nafas panjang. "Sungmin! Kau tidak bisa terus melakukan hal ini. Berhenti mengkonsumsi obat-obatan itu."
"Maafkan aku, oke?" Sungmin meminta maaf. "Aku butuh sesuatu. Aku akan membayar sewa besok."
Heechul menarik Sungmin keluar dari bar dan menyeretnya ke trotoar.
"Hyung, aku mau di bar saja." Rengek Sungmin
"Mari kita bekerja seperti biasa dan usahakan kau mendapat banyak uang nanti. Agar kita bisa tinggal di apartemen sebulan lagi." Heechul meyakinkan
"Hyung,"
"Aku tidak bisa menghabiskan sisa hidupku di sudut-sudut jalan, menggoda pria, membiarkan mereka seenaknya menggunakan tubuhku." Heechul menggeleng, mereka mulai berjalan menyusuri sudut-sudut yang biasa mereka lewati setiap malamnya.
"Kemana kau akan pergi memangnya?" Sungmin bertanya, "Orang seperti kita tak ada tempat untuk pergi. Ini sudah menjadi takdir kita, hyung."
"Aku tidak tahu, tapi aku akan cari tahu." Heechul menyatakan, ia cemberut karena ia melihat anak laki-laki dengan rambut coklat berdiri di tempat mereka.
"Seungkwan!" Sungmin berteriak pada anak itu, "Ini tempat kami. Berapa kali aku harus bilang padamu?!"
"Aku hanya menjaga tempat kalian, hyung." Seungkwan tertawa, "Tenanglah."
"Pergi ke tempat lain sana,"
"Baiklah, aku akan pergi." Seungkwan setuju, ia tidak ingin punya masalah dengan mereka
"Kau tidak perlu berteriak kepadanya," ucap Heechul. "Apa yang salah denganmu malam ini?"
"Tidak ada," Sungmin menggelengkan kepalanya. "Aku hanya lelah."
"Apa menurutmu kita harus pindah? Sudut ini sangat sepi." Heechul mengerucutkan bibirnya
"Apakah kau melihat itu?" Sungmin bertanya sambil menunjuk mobil sport merah berhenti tepat di depan bar. "Itu bukan jenis mobil yang sering lewat disini."
"Mungkin dia tersesat?"
"Mungkin kau harus pergi dan bertanya kepadanya, dia tampan." Sungmin menunjuk pria yang keluar dari mobil dan melihat sekitar.
"Itu bukan sudut kita," Heechul beralasan, ia melihat Seungkwan mulai menghampiri pria itu.
"Apakah kau tidak berpikir?!" Sungmin berteriak, "Kita yang melihatnya pertama."
Sungmin bergegas menghampiri Seungkwan dan mengganggunya, Heechul menghela nafasnya dan menuju pria yang sedang berdiri di kap mobilnya.
"Apa yang bisa kulakukan untukmu malam ini?" Heechul memandang pria muda dihadapannya, tampan dan ia pria china. "Kau manis, aku bisa memberikan lebih untuk itu."
"Uh? Ah..terima kasih." Orang itu menjawab, ia tampak sedikit gugup. "Aku benar-benar membutuhkan arah."
"Biayanya $5."
"Aku harus membayar untuk penunjuk arah?"
"Sekarang jadi $10."
"Baiklah, hanya beritahu aku arah mana yang menuju ke Gangnam?"
"$20, dan aku akan menunjukkanmu secara pribadi," Heechul menyeringai, ia langsung masuk ke dalam mobil tanpa meminta persetujuan pria itu.
"Baiklah," orang china itu menelan ludah dengan gugup dan mulai masuk ke mobil. Ia mengendarainya dan sesekali melirik ke arah pria cantik di sampingnya. "Kemana kita pergi?"
"Ambil kiri di lampu merah pertama dan kemudian langsung lurus saja sekitar 8 blok kedepan." Heechul menjawab, ia melihat mobil dan mengelus jok mobilnya. "Mobil yang bagus."
"Ini bukan milikku."
"Apa kau mencurinya?" Heechul bercanda
"Ini milik temanku."
"Jadi, siapa namamu, orang china?"
"Hangeng," jawab orang itu, "Dan kau?"
"Cinderella."
"Entah kenapa aku tak percaya itu."
"Percaya pada apa yang kau inginkan," Heechul mengangkat bahu, ia menatap Hangeng
"Jadi, Cinderella, pekerjaan apa sebenarnya yang kau lakukan?" Hangeng bertanya, mencoba basa-basi.
"Apa yang kau pikirkan?" Heechul tertawa kecil, "Aku berdiri di sudut jalan dengan mini dress dan sepatu booots juga memakai wig."
"Benar," Hangeng mengangguk, "Maaf, aku biasanya tidak menghabiskan waktu di daerah sini."
"Dilihat dari aksenmu, kau pasti belum lama tinggal di Seoul."
"Aku melakukan bisnis disini."
"Kenapa kau berhenti disana tadi?"
"Kata orang sekitar, disini tempat layanan mobil."
"Bagus," Heechul menyeringai, ia meraba paha pria china itu. "Kau sudah mendapatkan layanan mobil."
"Kau menggangguku menyetir."
"Berhenti," Heechul menawarkan, "Biar aku saja yang menyetir."
"Berapa tarifmu?"
"Kenapa bertanya? Kau berpikir untuk menyewaku?" Heechul menggoda, ia menempatkan tangannya di sekitar area sensitif Hangeng.
"Tidak, aku hanya ingin tahu."
"$150."
"Malam?"
"Satu jam," jawab Heechul.
##############################################################
##############################################################
"Hotel yang bagus," Heechul mengamati depan hotel yang mewah dan ternama di Seoul. "Apakah ini tempat kau tinggal?"
"Ya, terima ksaih sudah menunjukkan arah kepadaku. Ini bayaranmu." Hangeng mengucapkan terima kasih, menyerahkan Heechul uang. "Bagaimana kau akan kembali?"
"Aku akan naik kereta bawa tanah atau bus," Heechul mengangkat bahu, "$20 tidak cukup untuk naik taksi."
"Oke, hati-hati." Hangeng mengucapkan selamat tinggal dan masuk menuju hotel.
Heechul mengangguk dan mulai berbalik berjalan ke trotoar. Sebelum ia berjalan jauh, suara ragu-ragu memanggilnya.
"C-Cinderella!" Hangeng memanggil, "Diluar dingin. Apakah kau mau masuk ke dalam sebentar?"
"Baiklah," Heechul tersenyum, ia berjalan kembali ke pintu masuk hotel. "Itu akan dikenakan biaya."
"$150, aku tahu." Hangeng mengangguk, ia melepas jaket cokelatnya dan menempatkannya di punggung Heechul. "Ini, pakailah. Aku tidak mau pegawai hotel berpikiran buruk tentangmu."
"Aku tak mau," Heechul mengerutkan keningnya, "Apa perduliku dengan perkataan orang."
"Pakailah."
"Aku tidak mau," Heechul membantah, ia menjatuhkan jaketnya dan berjalan ke dalam hotel.
##############################################################
##############################################################
TO BE CONTINUED
