The Story Of My Life
~Part 1~
"Boruto! Cukup~" seruan parau disertai mengalirnya air mata di belakang kacamata merah anak clan Uchiha itu.
Memang cukup sering lelaki yang dihadapannya ini membuatnya selalu meneteskan air mata, hal-hal yang sama terkadang menjadi pokok permasalahan mereka. Ya, panggil saja gadis yang bermata hitam seperti ayahnya itu dengan sebutan Sarada Uchiha. Sudah hampir 2 tahun ia menjalani hubungan dengan Boruto Uzumaki anak dari Nanadaime yang disegani oleh seluruh warga konoha.
Mereka sama-sama mengetahui bahwa mereka bukanlah anak-anak berumur 12 tahun, mereka harusnya bisa saling mengerti. Tapi keadaan yang membuat Sarada selalu mempermasalahkan jika Boruto selalu dikelilingi oleh perempuan-perempuan dari desa lain. Bagaimanapun juga Boruto tidak bisa menerima alasan Sarada marah atas alasan itu, karena sekarang dia bukanlah ninja biasa yang hanya melindungi desa.
Melainkan melindungi warga-warga desa lain yang menjadi tugasnya sekarang. Harusnya Sarada mengerti akan hal itu, itulah yang selalu Boruto harapkan dari gadis yang telah lama menjadi temannya sejak kecil.
"Sarada-chan, aku tau kau cemburu kepadanya. Tapi hime dari desa sebelah harus kulindungi karena itulah misi yang diberikan kepadaku" jelas Boruto sambil mengusap air mata Sarada.
Sepertinya jawaban Boruto tak begitu membuat rasa cemburu Sarada mereda, karena bukan hal itu yang membuat Sarada marah melainkan..
"Aku tau itu, tapi perlukah kau menerima ciuman darinya didepan mataku?!"
.
.
Senyap~
.
.
Yaa, satu kalimat dari Sarada membuat Boruto terpaksa putar otak untuk mencari jawaban yang tak membuat kekasihnya ini marah. Boruto tau bahwa Sarada mengetahui kalau Hime menyukainya. Oleh sebab itu, Hime sengaja memberikan sebuah kecupan dipipi sebelah kiri Boruto agar Sarada murka dan memutuskan Boruto. Agar dia lebih leluarsa mendekati Boruto. Tapi, tak semudah itu membuat Sarada mengatakan kata 'putus' pada Boruto. Karena semua teman mereka juga tau bahwa Sarada sangat mencintai Boruto, begitu juga sebaliknya.
25 menit kemudian…
"Iya aku minta maaf, Sarada-chan. Aku juga terkejut dia melakukan hal itu"
Sepertinya tidak seperti biasanya, Sarada tak bisa menerima permintaan maaf kekasihnya tersebut. Mungkin terlalu sering ia memaafkannya dengan hal yang sama. Seperti misi 2 bulan yang lalu, Boruto diberi pelukan dan kecupan dari gadis desa sebelah. Yaa, meskipun sarada tak melihatnya secara langsung. Tapi telinganya cukup panas mendengar berita itu dari Chouchou, sahabatnya yang menjadi rekan satu misi Boruto saat itu.
"Sarada~"
"…."
Sarada tak memperdulikan panggilan itu, ia tau bahwa kekasihnya itu memang cukup sibuk dan banyak gadis desa lain yang tergila-gila dengan kekasihnya itu. Sedangkan gadis Desa Konoha bukan tidak tertarik dengan ketampanannya. Melainkan takut jika Sarada murka dan menghajar mereka.
Sarada memilih pergi dengan air mata yang masih membasahi pipinya. Ia ingin menenangkan diri dari masalahnya dengan lelaki yang dicintainya itu.
"Aku pulang!"
Tanpa basa basi, Sarada berjalan menuju kamarnya tanpa menyapa ibunya, Sakura Haruno. Ups, salah, maksudku Sakura Uchiha. Sakura sebenarnya menyadari kedatangan putri kesanyangannya itu. Tapi, Sakura memilih membiarkan Sarada berdiam diri sebentar selagi dia menjemur pakaian mereka.
"Sarada~" panggilan lembut itu membuat Sarada tersentak kaget dan menghapus air matanya.
"Ah! Iya, ibu?"
"Kenapa? Bertengkar lagi?"
Sarada tak langsung menjawab, ia hanya menghela nafas panjang sambil menatap fotonya bersama Boruto pada hari ulangtahunnya tahun lalu. Yang menurutnya tahun-tahun itu merupakan tahun yang cukup membahagiakan baginya. Karena ayah dan sang kekasih ada disisinya untuk merayakan detik-detik hari kelahirannya.
"Ayah dulu, seperti apa, bu?"
"Hmm, ayahmu dulu cukup popular disekolah. Apalagi dikalangan perempuan"
"Terus bagaimana perasaan ibu, saat melihat ayah dekat dengan perempuan lain"
"….."
Sakura tersenyum dan membelai rambut putrinya itu, sepertinya masalah Sarada hampir sama dengannya dulu. Tapi, dulu sakura tak berpacaran dengan Sasuke ia hanya dapat berdiri disebalah Sasuke sebagai teman setimnya.
"Seperti yang kamu rasakan saat melihat Boruto dengan gadis lain, bedanya dulu ibu dan ayahmu hanya berteman. Jadi, ibu gak punya hak memarahinya"
Sarada kembali memandangi fotonya bersama sang kekasih. Mungkin maksud ibu, aku lebih memiliki posisi lebih baik dibandingkannya dulu, pikir Sarada.
"Sudahlah, kamu tak boleh memarahi Boruto terlalu sering. Kamu harus mengerti keadaannya. Daripada itu, bantu ibu memasak untuk makan malam, nanti malam ayahmu akan pulang ke rumah"
Sarada hanya tersenyum dan mengikuti langkah ibunya menuju dapur untuk mempersiapkan makan malam mereka bersama ayahnya, Sasuke Uchiha. Sasuke cukup sering pulang ke Konoha semenjak Sarada memberanikan diri pergi dari Konoha, mengikuti Naruto diam-diam untuk menemuinya.
Di lain tempat, Boruto memilih pergi ke kedai ramen yang menjadi tempat langganan sang ayah sedari kecil.
"Oh, Boruto! Kau mau pesan apa?"
"Mie ramennya satu porsi, sake satu botol"
"Wah, wah.. ada masalah lagi dengan Sarada-chan, sampai-sampai kau minta sake satu botol biasanya kau hanya minta air putih saja, Boruto"
"Ah! Berisik! Siapkan makananku cepat!"
Dari belakang datanglah seorang teman Boruto yang selalu setia menemaninya dari sejak kecil, Mitsuki.
"Wah, disini kau rupanya Boruto. Sepertinya kau dicari oleh Nanadaime untuk mendapat misi untuk besok lusa"
"Oh, biarkan saja. Aku mau makan dulu, nanti aku akan kesana. Kau duluan saja"
"Ya sudah, aku duluan"
Boruto tak memperdulikan kata-kata Mitsuki. Ia hanya memilih menyelesaian makanannya. Ah! Besok lusa?!, Boruto mengingat-ingat kata-kata Mitsuki.
"Ah, sial! Kakek, ini uangnya dan sakenya gak jadi!" seru Boruto sambil bergegas-gegas menuju kantor ayahnya.
"Ah? Terimakasih Boruto, lain kali mampir lagi yaa?"
Seperti yang dikatakan Mitsuki, ayahnya sudah cukup lama menunggunya dan memberinya misi untuk besok lusa.
"Ah, akhirnya kau datang juga Boruto. Aku ada misi untukmu!"
Selagi berunding taktik untuk misinya kali ini, Boruto masih kurang konsentrasi karena dia memikirkan bagaimana caranya ia dapat menjalani misi pada hari ulangtahun kekasihnya dan lagi sekarang kekasihnya sedang marah atas kesalahannya sendiri. Karena tak konsentrasi, Naruto sampai mengagetkan Boruto beberapa kali.
"Boruto! Apa kau tak bisa konsentrasi sedikit? Ini misi penting, jika gagal akan memakan korban nantinya"
"Ah maaf, ayah! Aku hanya tak berkonsentrasi saja"
Naruto juga mengerti keadaan anaknya yang sedang bermasalah dengan Sarada. Walaupun super sibuk, Naruto juga menyempatkan diri untuk memperhatikan anak-anaknya. Dia juga mendengar bahwa anak sulungnya bertengkar dengan kekasihnya itu. Wajar bagi Naruto jika anaknya itu tak berkonsentrasi dengan misinya kali ini.
"Baiklah, kita ulangi sekali lagi"
Dan yaa, meskipun diulangi beberapa kali. Boruto pun masih tidak konsentrasi, karena terlalu memikirkan ulangtahun sang kekasih.
"Yaa, baiklah. Besok lusa kalian sudah boleh berangkat menjalankan misinya, Boruto dan Mitsuki kalianlah yang aku tugaskan kali ini"
"Ah! Ayah, boleh aku usul?"
"Apa itu?"
"Hmmm, huft…." Boruto menghela nafas panjang dan membuat Nanadaime terdiam sejenak sambil menunggu usulan sang anak sulungnya.
~*Dikediaman Keluarga Uchiha*~
"Aku pulang!"
Sarada berjalan menuju pintu depan rumahnya, tampaklah seorang lelaki paruh baya yang sangat ia kenal dan sayangi.
"Selamat datang, Papa!" seru Sarada sambil memeluk erat Papanya tersebut.
"Hmm, selamat datang, sayang" sambut Sakura dengan hangatnya.
Sepertinya aura cinta orangtuanya membuat Sarada kembali mengingat Boruto dan Sasuke menyadari bahwa putrinya itu tak sebahagia terakhir kali ia melihat anaknya. Kapan itu ya? Sepertinya sudah lama, karena sasuke pulang ke Konoha hanya sekali setahun bahkan sekali 5 tahun. Asal tak pulang-pulang sudah membuat Sakura senang.
Sarada lebih memilih berjalan ke meja makan untuk menyiapkan makan malam mereka daripada melihat kemesraan orangtuanya.
"Kenapa dia?" Tanya Sasuke sembari memeluk Sakura.
"Seperti 2 bulan lalu"
"Oh, Begitu"
"Ayo, aku dan Sarada sudah memasak masakan kesukanaanmu, yaitu.."
"Ibu, kenapa semua makan malam ini temanya Tomat?" seru Sarada sambil memperhatikan setiap makanan yang tersaji di depan matanya.
Sasuke dan Sakura berjalan menghampiri Sarada yang masih memperhatikan sajian makanan malam ini.
"Seperti tak tau ayahmu saja, Sarada"
Mendengar jawaban ibunya, Sarada hanya tertawa lepas. Karena lupa bahwa ayahnya sangat menyukai Tomat. Jika diadakan sayembara antara ibu dan Tomat, kemungkinan besar ibu akan kalah. Begitulah saking sukanya ayah dengan Tomat, untung aku tak begitu bodoh. Jika aku bodoh, aku pasti kepikiran bahwa ibu kandungku adalah Tomat! Ahaha! :D Gak Lucu ya? -_- *direbusFansSasuSaku
"Sarada, jika sudah selesai makan. Tolong cuci semua piring kotong ya? Ibu mau ke rumah Ino"
"Baik, bu"
Sarada mencuci piring, Sakura pergi ke rumah Ino. Lalu, Sasuke kemana? Ayu Ting Ting pun mulai bernyanyi, 'Kemana, kemana, kemana? Kuharus mencari kemana?'
Sreet! Ups, kasetnya rusak :D Maklum, bajakan XD *ditendang
Lupa menjelaskan bahwa sebenarnya Sasuke memang akhir-akhir ini suka pulang ke Konoha. Tapi hanya sekedar makan malam, lalu pergi lagi tanpa menginap satu malam dirumahnya sendiri. Mending gak usah pulang aja kalau kayak gitu, kan? Yaa, mau bagaimana lagi? Sasuke memang sudah diberi misi seperti ini sebelum Sarada dikandungan apalagi dilahirkan. Tapi untuk malam ini, Sasuke memang tak menginap namun hanya ingin beristirahat sebentar memulihkan badannya. Sepertinya ia mendapat serangan yang membuatnya beristirahat di rumahnya.
Tak jauh dari rumahnya, Sakura bertemu dengan Boruto yang sepertinya hendak bertemu dengan putrinya.
"Ada apa Boruto?"
"Ah, bibi! Mengagetkan saja, apakah Sarada ada dirumah?"
"Yaah, begitulah. Tapi sebelum kau menemuinya, aku peringatkan jaga perasaan anakku. Bukannya aku ingin mengancammu, tapi suamiku sedang dirumah"
"Ah? Sasuke-sama pulang? Bukankah itu bagus?"
"Yaa aku harap begitu, tapi dia sudah tau bahwa putrinya sedang tidak senang. Jika kau membuatnya menangis seperti tadi. Kau tau sendiri suamiku seperti apa kan?"
Sepertinya ancaman Sakura berhasil membuat Boruto menelan air ludahnya dengan mentah-mentah. Emang air ludah ada yang masaknya ya? O_o. Yaa, Boruto tak pernah bertemu dengan calon ayah mertuanya besok itu. Tapi, Boruto mendengar dari orang-orang bahwa ayah kekasihnya itu sangatlah kuat.
"Kalau dia marah, bisa mati aku.." lirih Boruto
"Apa?" Tanya Sakura pura-pura tak mendengar kata-kata Boruto tadi.
"Ah, tidak ada bibi. Aku duluan bi!" seru Boruto sambil meninggalkan Sakura.
Sakura hanya tersenyum sambil memandang Boruto sampai tak tampak di pelupuk matanya.
"Kau memang mirip sekali dengan ayahmu ya, Boruto"
Sebelum memasuki rumah Sarada, Boruto mengambil nafas sepanjang-panjangnya dan memberanikan dirinya mengetuk pintu dan masuk ke rumah kekasihnya itu. Dan Boruto sudah pasti tau bahwa Sasuke mengetahui kehadirannya.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk!" seru Sasuke yang masih asik menonton TV. Keren ya? Jaman ninja udah ada TV XP *plak!
"Permisi?" Boruto masuk dengan perlahan dan menutup pintu denga hati-hati, lalu membuka sepatunya.
"Siapa ayah?" Tanya Sarada kepada ayahnya. Tapi sepertinya ayahnya tak memperdulikan kata-katanya. Yaa, mungkin keasikan nonton TV kali, maklum dia juga jarang nonton TV kok.
"Ah, Sarada-chan?"
"Boruto-kun? Ada perlu apa?"
"Ada yang mau aku bicarakan padamu"
Sepertinya Sarada ingin menghindari Boruto, tapi terhenti karena pertanyaan ayahnya.
"Siapa itu, Sarada?"
Sarada hanya terdiam menatapi mata ayahnya. Sepertinya Sasuke marah, tapi Boruto tak menyadari akan hal itu.
"Ah, maaf. Aku Boruto Uzumaki, aku pa.."
Buk! Sarada menginjak kaki Boruto agar dia tak melanjutkan kata-katanya tadi.
"Oh, kau yang membuat anakku menangis?"
"He?" kata Sarada dan Boruto serentak dan membelalakan matanya mendengar kata-kata Sasuke.
"Oh, bu-bukan ayah!" Sarada mencoba melindungi Boruto dari serangan ayahnya. Tapi, percuma saja, sekarang Sasuke sudah berdiri dibelakang Boruto tanpa mereka sadari.
"Kau tak perlu melindungi laki-laki yang membuatmu menangis Sarada!" kata Sasuke sambil menghempaskan badan Boruto. Untung saja Boruto sudah memperkirakan ini semua, jadi yang dihempaskan oleh Sasuke hanyalah bunshinnya.
"Maaf, paman! Bukannya lancing, tapi sebenarnya aku ini.."
Belum sempat melanjutkan kata-katanya, Sarada sudah memotong kata-kata Boruto.
"Ayah, Boruto ini Pacarku!"
Dengan satu kalimat dari mulut anak gadis tunggalnya itu, yaitu Sarada Uchiha, menghentikan serangan Sasuke detik itu juga. Sasuke membelalakkan matanya. Karena terkejut dan tak menyangka anaknya menyukai anak Rivalnya sedari kecil yaitu Naruto Uzumaki. Bahkan sudah berpacaran?!
"Ke-kenapa kau tak mengatakannya dari awal?" Tanya Sasuke sambari menghampiri Sarada.
Sarada menghela nafasnya, "A-a-aku takut, ayah akan ma-marah"
Sasuke tak memperdulikan kata-kata putrinya, ia hanya tetap mencoba memeluk dan menenangkan putrinya yang tampak ingin menangis.
"Sudah, jangan menangis" dengan rasa keayahannya, Sasuke membelai, mengusap air mata dan memeluk putri satu-satunya itu.
"Ah, se-sebaiknya besok saja aku datang" kata Boruto berusaha tak merusak suasana Ayah dan Anak Keluarga Uchiha.
Grab!
Sarada memegang tangan Boruto dengan erat, berharap Boruto tak pergi dari sisinya. Melihat sikap Sarada itu, Boruto menghentikan langkahnya sedangkan Sasuke melepaskan pelukannya dan membiarkan Sarada dan Boruto berdua saja. Sepertinya Sasuke mengerti sekali apa yang dibutuhkan oleh mereka, contoh Ayah yang baik.
"Hmm, apa yang ingin kau bicarakan?" Tanya Sarada sambil menghapus air matanya.
"Maaf" satu kata itu membuat Sarada diam terpaku, bukan kata-katanya melainkan raut wajah Boruto yang sangat sedih.
"Kenapa?"
"Besok lusa, aku akan menjalankan misi ke desa sebelah. Kemungkinan besar aku tak akan ada saat ulangtahunmu"
Sarada terdiam, Boruto sampai memikirkan ulangtahunnya meskipun ia tahu bahwa Boruto tak akan ada untuknya dihari special , seperti yang dikatakan ibunya. Sarada harus mengerti dengan keadaan kekasihnya.
"Tak apa, aku juga sudah terbiasa" sahut Sarada dengan senyum diiringi air mata yang tak ia sadari telah membasahi pipinya.
"Maaf, Sarada-chan. Selama ini aku selalu membuatmu menangis, tak bisa membuatmu bahagia seperti janjiku dulu padamu" Boruto berusaha membuat air mata kekasihnya itu berhenti mengalir membasahi pipi yang terlihat merona.
Disaat-saat seperti itu, masih sempat-sempatnya Bolt dan Sarada mengenang masa-masa bahagia mereka setahun yang lalu. Jika bisa dikatakan, dimana ada Bolt disitu ada Sarada. Begitu juga sebaliknya. Bolt selalu setia menemani Sarada walaupun mood kekasihnya itu lagi buruk. Mungkin saja itu akan membunuhnya. Gak segitunya kali -_-
"Hei, jangan berkata seperti itu. Seakan-akan kau tak akan pulang lagi" gerutu Sarada.
"Ah? Kau benar, aku ini kenapa ya? Kok bisa ngomong seperti itu"
"Sudahlah, pulang sana. Persiapkan semua kebutuhanmu untuk besok lusa"
Dengan rasa hati tak rela melepaskan Boruto pulang, Sarada hanya dapat mengantarnya sampai didepan rumahnya dan hanya segaris senyuman asam yang tertinggal diwajah mereka.
"Oh? Boruto sudah pulang? Apa ayahmu masih didalam?" sapa Sakura sembari membawa beberapa bukus belanjaan di tanganya.
"Iya, sepertinya Ayah sudah pergi melanjutkan perjalanan setelah Boruto datang" sahut Sarada sembari membantu Sakura membawa barang bawaannya.
"Hmm, begitukah?"
Sarada hanya terdiam dan meletakkan bawaan ibunya di meja dapur. Lalu berjalan menuju kamarnya. Sedangkan Sakura membereskan barang bawaannya yang ia dapat dari Ino.
"Bu, aku mau tidur lebih awal. Besok aku ingin membantu Bolt mempersiapkan barang-barangnya untuk misinya besok lusa"
"Ha? Tapi besok lusa kan ulangtahunmu, jadi kamu tak akan merayakannya bersamanya?"
"Begitulah, bu. Konbanwa!"
Yaa, sepertinya Sarada tampak kesal mendengar kata-kata Ibunya itu. Seakan-akan Sakura senang karena kemungkinan besar ulangtahunku akan dirayakan dirumah berdua saja bersamanya tanpa ada Ayah seperti 2 tahun lalu. Yang bisa dibilang cukup membosankan, karena sedari kecil sudah sering aku lakukan bersamanya dan tak ada yang berubah dari tahun ke tahun.
"Dia sudah tidur?"
"Iya, dari sejam yang lalu" sahut Sakura sambil membalas pelukan suaminya. "Kau tak ingin menginap?"
"Aku harap begitu" Sasuke mulai mencium pipi kiri istri yang sudah hampir 18 tahun ia nikahi.
"Besok lusa, pulanglah. Ia akan kesepian tahun ini"
"Pacarnya tak menemaninya lagi?"
Puft! Sakura hampir saja mengeluarkan tawanya. Yaa, tak biasanya suaminya menggunakan kata 'Pacar' meskipun untuk artian kedirinya sendiri.
"Hm, aku dengar dia mendapat misi pada hari itu"
"Apa tadi dia menangis?" Sasuke berpindah menciumi pipi kanan Sakura dan turun ke leher Sakura yang membuat Sakura agak geli. Mungkin sudah lama tak pernah ia diperlakukan oleh suaminya seperti.
"Yaa, begitulah. Sedih karena Bolt tak akan menemaninya"
"Bolt?"
"Ah! Itu panggilan Naruto untuknya. Sudahlah, bukankah kau masih ada misi yang harus diselesaikan?"
Sasuke terdiam, lalu dia memandangi jam dinding yang berbentuk seperti lambang klan Uchiha.
"Apa kau tak merindukanku?"
"Tapi, misimu?"
"5 menit saja" jurus andalan Sasuke pun keluar, pesona Sasuke Uchiha Jutsu. Baru dengar? Sama saya juga :D *plak!
Dengan kata lain, Sakura luluh dengan pesona suaminya yang tak lekang oleh waktu maupun badai.
"Baiklah, hanya 5 menit saja ya, Uchiha!"
"Hey, Kau juga sekarang sudah Uchiha" seru Sasuke sembari menggendong istrinya menuju kamar mereka yang sudah cukup lama tak ia tempati sebagai tempat beristirahat.
"Hahahahah.." Sakura hanya tertawa mendengar gerutuan suaminya hanya karena dia memanggil lelaki yang sangat ia cintai itu dengan sebutan 'Uchiha'.
~*Keesokan Harinya*~
Seperti janjinya pada Sakura, Sasuke langsung melanjutkan perjalanannya setelah Sakura tertidur dengan pulasnya. Sedangkan hari ini Sarada memilih menemui kekasihnya di kediaman Uzumaki.
"Bu, aku berangkat dulu!"
Dengan tergesa-gesa Sarada berangkat membawa bekal makanan yang dibuatanya khusus untuk Boruto. Sesampainya dirumah, Sarada bertemu dengan Himawari yang sedang menyirami bunga di halaman depan rumah.
"Ah! Sarada-chan, mencari kakak?" sapa Himawari.
"Hm!" sahutnya dengan mengangguk.
"Oh, sayang sekali. Apa Bolt tidak bilang bahwa hari ini ia pergi menjalankan misinya?" kata Nyonya Uzumaki, Hinata.
"Bukankah besok dia berangkatnya?"
"Oh, tidak! Kakak sudah berangkat sedari pagi-pagi buta tadi"
Sarada hanya terdiam mendengar penjelasan Himawari dan Hinata. Bahkan penjelasan adik dan ibu dari kekasihnya itu, dianggap angin lalu baginya. Sarada merasa dibohongi oleh Boruto.
'Apa maksudnya untuk membohongiku', pikir Sarada dengan raut wajah yang kelihatan tak senang.
"Oh! Sarada-chan, ada apa pagi-pagi datang ke rumah? Kalau kau mencarinya, kau terlambat sekali. Bolt sudah berangkat dari 3 jam yang lalu"
'3 jam yang lalu? Yang benar saja?! Bahkan ia tak membiarkan aku mengantarnya untuk berangkat menjalankan misinya. Sial! Sebenarnya aku dianggap?!', pikir Sarada. Tanpa pamit, Sarada pergi meninggalkan Kediaman Uzumaki.
"Wah, kakak sepertinya akan mendapat masalah lagi"
"Sudahlah, Himawari. Tak usah mengurusi masalah percintaan mereka" kata Naruto sambil mengacak-acak rambut anak gadisnya itu.
Sedangkan Hinata lebih memilih mengambil bekal makanan untuk suaminya tercinta sebelum berangkat bekerja yang akhir-akhir ini super sibuk semenjak diangkat sebagai Nanadaime. Boruto dan Himawari juga sudah mengerti hal itu. Makanya mereka sudah terbiasa jika Naruto tak pulang ke rumah karena sibuk dengan semua pekerjaannya sebagai hokage.
"Aku pulang!"
"Selamat datang! Wah, cepat sekali. Apa sudah selesai membantu Bolt menyiapkan barang-ba..."
Brak!
Suara pintu kamar yang dihempas keras oleh Sarada. Emosi Sarada sepertinya sudah tak terkendalikannya lagi. Sampai-sampai ia lebih memilih mengurung diri dikamarnya seharian penuh.
Bagaimana Kelanjutan Hubungan Sarada Dan Boruto.
Penasaran? Sama Saya Juga :D *Plak!
Nantikan The Story Of My Life Part 2 Di Channel Kesayangan Anda ;)
Ngaco! -_-
Mohon Saran dan Kritiknya yaa, Minna-san ;)
