Title: Black Pearl

Author: Yuka Yutaka and Near Kouyuu

Genre: YAOI! Fluff dengan sedikit angst

Cast/Couples: EXO-K/EXO-M|Kray with Krishan and Xiuhan, also others pairs

Length: 1/6 chapters? Semoga saja :P

Disclaimer: EXO bukan punya kami, tapi cerita ini punya kami, dan Cuma punya kami wkokokk~ hanya FF, tidak dalam kenyataan dan tidak benar-benar terjadi, serta murni dari otak gaje saya. Kesamaan alur, tokoh, judul serta cerita murni sebuah ketidak sengajaan. No copast, no repost, no bashing… sankyuu~ ^^

Summary: "Eh? Kau mau ke mana Lay?"/"Thampai mana kita tadi? Oh iya. Kai, ikat dia!" /"Aih~ aku mohon… aku tidak tahu di mana ini dan besok aku harus kembali ke Seoul. Aku mohon…"/"Berikan gelangmu!"/"Lalu… apa yang harus aku lakukan?"/"Selamat tinggal."/"Apa aku harus melakukan ini?"

Notes: inspired by 3 ekor anjing di tipi yang tadi Yuka liat kekeke~~ dengan sentuhan ajaib dari adek ane tercuih… Near~ kekek love u beb.. keke~~ plot punya kami :P… ^^a RCL jangan lupa okee? :DDDbb kami butuh saran untuk melanjutkannya atau tidak :P oh ya, sebelumnya kami mohon maaaaafffff~ maaaafff banget~ mungkin sedikit mengecewakan, dan ini kebanyakan pake bahasa Jepang karena kami bisanya pake bahasa Jepang *sobs* mian~ T^T well, douzo~ eh… silakan… :P

BLACK PEARL

Yuka and Near

One

Tokyo Night

Jepang. Sebuah negara di mana dia berdiri sekarang ini. Gedung-gedung berdiri tegak mewah dan megah. Kota yang bersih dan jauh dari polusi. Benar-benar tempat yang tepat untuk ditinggali.

Namanya Zhang Yi Xing.

Seorang namja berkulit putih susu itu berdiri di depan sebuah hotel bintang 5 yang paling megah se-Tokyo. Jam tangannya yang berwarna silver menunjukkan pukul 9 malam waktu setempat saat tiba-tiba bahunya ditepuk seseorang.

"Apa yang kau lamunkan Pangeran?" Tanya namja yang kini mengalungkan lengannya di bahu Yixing dengan santainya.

"Luhan… tidak kok. Ayo masuk, aku sudah sangat lelah." Katanya pada Xi Lu Han, manager sekaligus kakaknya.

Mereka memasuki hotel yang berdiri tegap itu. Di dalamnya dia –Yixing- telah dihadapkan kepada segerombol fangirls yang meneriakkan namanya. Well… oke ini mulai mengganggunya.

"LAY-SAAANN!"

"KYAAA! Kare ga Lay-kun! Hansamuna desu neeee~~~"

"hai… sou desu ne! Astaga dia sangat kawaii~~"

Lay –Yixing- mendesah sebentar. Susahnya jadi public figure… pikirnya. Dia melempar senyum terbaiknya memamerkan dimple kebanggaannya di depan semua orang yang kini berdiri menghadapnya. Dia membungkuk sambil mengucapkan kata-kata dalam bahasa Jepang yang entah apa artinya. Intinya mungkin ucapan terima kasih.

"Arigatou Gozaimasu nee~~~" katanya lalu berlalu ke dalam bersama Luhan yang masih saja menempel seperti perangko.

"Kita akan pulang besok pagi, apa kau sudah siap?" Luhan bertanya sembari membaringkan tubuhnya ke kasur.

"Siap tidak siap, ya harus siap…" Lay ikut membaringkan tubuhnya di kasur di mana Luhan berada.

Tiba-tiba Lay bangkit. Merapikan kaos dan celananya kemudian mengambil headset dan jaket hitamnya yang bertuliskan 'i'manunicorn' di belakangnya.

"Eh? Kau mau ke mana Lay?" Luhan ikut bangkit dan bertanya.

"Beli makan. Aku lapar~ memangnya artis tidak boleh makan? aku malas masak. Malas memesan, sekalian lihat-lihat." Lay mengeratkan jaketnya lalu menaikkan resleting jaketnya, beranjak keluar.

"Jangan lama-lama yah…" kata Luhan dengan nada khawatir.

"Hm…"

Lay melangkahkan kakinya keluar dari sebuah restoran tradisional Jepang. Ditangannya teronggok sebungkus sukiyaki yang masih hangat dan mulutnya tersumbat sepotong tempura goreng. Hmm~ ternyata makanan Jepang lezat juga, pikirnya. Kapan-kapan Eomma dan Appa harus di ajak ke sini… pikirnya lagi.

Tiba-tiba dia berhenti.

Astaga, ini di mana?

Lay melirik kanan-kirinya dengan tempura masih di mulutnya. Oke, baru sehari saja di Jepang, dia sudah berhasil 'menghilangkan' dirinya sendiri. Sekarang, apa yang akan dia lakukaannn?

Tanpa dia sadari, sedari tadi tubuhnya itu sedang di awasi oleh 2 pasang mata. Mereka bersembunyi di balik sebuah mobil van berwarna hitam yang terparkir tidak jauh dari Lay. Seorang pria berkulit gelap maju duluan hendak mendekati tempat di mana Lay kini berada. Pria di sebelahnya hanya mengangguk saat dilihatnya Lay tengah ngedumel sendiri sambil menyalahkan tempura yang masih dimulutnya itu.

'GRAB!'

"Hey! Itu tempuraku!" Umpat Lay saat seseorang berkulit putih pucat merebut benda berharganya dari mulutnya.

"Tidak lagi." Ucap pria berkulit putih itu sambil menjulurkan lidahnya pada Lay yang sudah ditutup matanya oleh namja berkulit gelap di belakangnya.

"Oh Se Hun, hentikan itu. Ayo serius…" kata si gelap. *ditampar*

"Tidak bitha! Eh, makanan yang ini buatku juga ya… uuhh~~ Thukiyaki~~ Umm~~ Oke, aku akan menyimpannya untuk nanti." Ucap namja cedal itu sambil memasukkan tempura yang tinggal setengah dan makanan yang belum sempat Lay makan yang itu ke tas hitamnya.

"Thampai mana kita tadi? Oh iya. Kai, ikat dia!" Ucap namja bernama Oh Se Hun tadi kepada namja di depannya yang bernama Kai.

"Baiklah!"

"Aihh~ apa yang kalian lakukan? Hey! Hentikan!" Lay meronta merasakan namja bernama Kai dan Sehun tadi menariknya ke sebuah mobil.

Dengan segenap tenaga dia melawan dua namja berandal itu. Di dalam hatinya dia bertanya kenapa dia berusaha diculik? Apa karena dia artis?

"Hey! Kenapa kalian menculikku? Kalian tidak tahu kalau aku ini artis?" Teriak Lay masih meronta.

"Bukan Karena alathan itu bodoh." Ucap namja bernama Sehun.

"Aish~ aku tidak peduli, besok aku harus pulang ke Korea." Jelas Lay dan sepertinya 2 orang itu tidak peduli.

Habis sudah kesabaran Lay, dia kini mendorong tubuh Sehun yang berada di sampingnya lalu menghempaskan tubuh Kai ke belakang.

"auhh! Kai cepat kejar dia!" Ucap Sehun melihat Lay yang lari menjauhi mobil.

Namja berambut blonde setengah coklat itu sedang berjalan ke arah yang entah ke mana. Hanya mengikuti alunan lagu dari headsetnya dan melangkah menurut nalurinya. Wajah tampannya datar tanpa emosi. Tubuh jangkungnya menjulang menegaskan ekspresi wajahnya.

Tiba-tiba…

"BRAAKKKK!"

"Ah! Maaf~ maaf…" ucap seorang namja yang dengan seenaknya menabrak namja jangkung yang bernama Kris tadi.

"Maaf katamu? Kalau jalan lihat-lihat bodoh!" Ucap Kris dingin sambil bangkit lalu berdiri di depan namja itu membuatnya seperti raksasa.

"Maaf. Sungguh, aku minta maaf. Aku sedang dikejar preman atau apalah aku tidak tahu, dan mereka berusaha menculikku. Ayolah~ aku mohon selamatkan aku. Setidaknya kau bisa membawaku ke hotel terdekat sini…" pinta namja berdimple itu pada Kris dengan tatapan aku-butuh-bantuanmu.

Kris mendengus. Bagaimana bisa orang yang sudah menabraknya memintanya untuk menjadi penyelamat baginya. Yang benar saja!

"Apa peduliku? Memangnya kau siapa huh?"

"aigoo~~ ayolah, aku mohonnn…" namja tadi menangkupkan tangannya di dahinya.

"Tidak mau." Ucap Kris sambil menggelengkan kepala lalu berbalik arah.

"Aih~ aku mohon… aku tidak tahu di mana ini dan besok aku harus kembali ke Seoul. Aku mohon…" pintanya lagi dan membuat Kris berbalik arah.

"Kau ini…" perkataan Kris terpotong saat melihat di belakang namja dimple ini tengah berlari 2 orang namja berkulit kontras menghampiri mereka. Tangan mereka membawa sebuah alat pendeteksi.

"Aih! Ayo cepat!" Kris sontak menarik tangan lelaki di depannya ini sambil berlari sekencang-kencangnya.

"WTF?"

Mereka berhenti di balik gedung yang sangat besar. Kris mengatur napasnya sambil bersandar di dinding gedung, memejamkan mata. Sementara Lay bertumpu pada kedua lututnya saat mereka beristirahat sebentar.

"Hehehe~ jangan harap kalian bisa lolos ya…" ucap Sehun memasang tampang evil-nya.

Kris menatap ke arah Kai dan Sehun horror. Sial! Kenapa mereka bisa menemukannya dan pria aneh berdimple super manis dan membuat jantungnya tiba-tiba berdegup kencang itu. Hey! Apa Kris tadi bilang kalau namja aneh ini manis? Astaga otaknya benar-benar tidak beres.

Kris menggelengkan kepala saat kaihun mendekati mereka.

"Ayo lari lagi!" Teriaknya menarik lengan Lay, lagi.

Mereka berlari ditemani ocehan Lay mengenai lari Kris yang sangat kencang. Menyuruhnya untuk pelan-pelan, menyuruhnya untuk focus ke jalan bukan ke senyum Lay, sampai menyuruhnya untuk berhenti menabrakkan Lay pada kotak surat di sepanjang jalan.

Akhirnya setelah di rasanya sangat jauh dari para penculik bodoh itu, Kris berhenti di balik semak belukar di sebuah taman. Lay ikut berhenti dan mengatur napasnya di sebelah Kris yang berpikir kenapa mereka bisa dengan mudah ditemukan. Kris masih mengatur napas saat diliriknya namja di sampingnya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Apa ada yang aneh dengan namja ini?

"Kenapa kau menatapku seperti itu? Menakutkan…" ucap namja itu tiba-tiba sambil bergidik.

"sialan!" Kris kembali melirik namja itu dan akhirnya tahu apa sebabnya.

"Berikan gelangmu!" Perintah Kris.

"Apa? Enak saja…" ucap namja itu mempoutkan bibirnya yang kissable membuat Kris gemes.

"Berikan aku bilang! Kau mau selamat tidak?" Tanya Kris dan Lay memberikan gelangnya. Kris menerimanya lalu membuangnya jauh-jauh membuat Lay meringis.

"Kenapa kau melakukannya? Itu gelangku yang aku beli di Spanyol dengan harga yang mahal, dan tinggal satu di sana!" ucap Lay hampir menitikkan air mata saat dilihatnya Kris mendeathglare-nya.

"Diam! Sekarang, kau mau ke mana?" Tanya Kris.

Lay mempoutkan bibirnya sambil menatap ke tanah. Harusnya dia bisa kembali ke hotel sebelum jam 9. Tunggu! Jam berapa ini? Lay melirik jam tangan karetnya, jam 12 malam. Astaga!

"Aku harus ke hotel!" teriak Lay menepuk dahinya sendiri.

"Hotel? Tempat ini sangat jauh dari hotel! Kau pikir apa ada taksi yang lewat tengah malam begini!" kata Kris sedikit kesal pada Lay.

"Lalu… apa yang harus aku lakukan?" Lay menunduk kembali.

"Ya, tidak tahu. Urusanmu, bukan urusanku! Agh! Sepertinya hari ini aku sial sekali, sudah bertemu dengan orang aneh, dipaksa menyelamatkanmu dari preman berandal bodoh yang tidak punya otak, lalu terduduk di sini bersama orang aneh sepertimu. Aku heran kenapa Tuhan menciptakan makhluk aneh tak tahu sopan santun sepertimu di dunia ini…" ucap Kris panjang lebar sambil berdiri dan membersihkan pantatnya.

"Aku harus kembali ke Korea besok… argh! Kenapa aku bodoh sekali sih?" umpat Lay sambil mengacak-acak rambutnya.

"Selamat tinggal." Ucap Kris lalu beranjak dari sana.

"Tunggu! Ehm… arigatou.." ucap Lay membungkuk.

"Douitashimashite…" ucap Kris.

'BRUUK'

Kris menoleh ke belakang lalu membulatkan mata onyx-nya mendapati tubuh namja tadi jatuh ke tanah. Dia pingsan.

"Apa aku harus melakukan ini?" teriaknya frustasi.

Mata hazel Lay bergerak seriring terusik dari sinar matahari nakal yang masuk melalui celah jendela. Dia bergerak tidak nyaman. Dia tidak pernah memeluk bantal apalagi guling saat dia tidur. Tapi! Ini tidak berasa seperti guling atau bantal… seperti… kulit manusia? Lembut…

Lay menerjabkan matanya mendapati tangan panjang nan putih terkalung di pinggangnya. Lay menelusuri lengan itu dan sampailah padangannya ke wajah orang di depannya itu. Orang itu adalah….

"KYAAAAAAAAA!" Lay menyingkirkan tangan Kris dan pinggangnya kemudian bangkit dari tempat tidur.

Lay merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Lay meletakkan tangannya di dadanya merasakannya lebih cepat lagi. Astagaa…. Bagaimana bisa dia tidur di tempat orang itu? Lay melirik jam di meja kecil di sebelahnya. Jam 10 pagi? Astaga! Biasanya dia bisa bangun jam 6 pagi, nah ini?

Tunggu!

Lay merasakan hal yang aneh di tubuhnya. Lay melirik badannya, di mana jaketnya? Headset? Sepatu? Belt? Eh! Bukankah kemarin dia memakai celana jeans panjang? Kenapa sekarang jadi celana pendek berwarna hitam? Oke, itu bukan boxer, mengertilah readers… *otak sukebe*

"Ughh~~ kau sudah bangun?" sosok namja yang tadi terbaring di ranjang itu bangkit sambil menggaruk tengkuknya.

Lay membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu tapi tidak bisa. Kris yang menyadari hal itu pun berdiri.

"Kenapa? Hey… ada apa?" tanyanya sambil mendekati Lay yang justru mundur beberapa langkah.

"Jaket! Jaket! Astaga! Sabuk! Sepatu! Celanaku! Apa yang kau lakukan padakuuu?!" teriak Lay frustasi sambil mengacak-acak rambutnya sendiri.

Kris berkedip beberapa kali sebelum menyadari kesalahannya. Aaahh… dia membiarkan dirinya tidur di ranjang yang sama dengan Lay. Half naked pula…

"Hey, dengar aku tidak melakukan apapun… Itu terdengar gila." Kris mendekati Lay yang mundur lagi.

"Sepatu dan segala milikmu itu ada di kamar mandi sekarang ini…" jelas Kris.

"Hah? Kamar mandi? Are u kidding me?" Lay berjalan nyaris melewati Kris ke kamar mandi sebelum akhirnya di tahan oleh tangan kekar Kris.

"What?" Tanya Lay.

Jarak mereka dekat sekali. Mereka berdua bisa merasakan detak jantung yang tak karuan dari masing-masing tubuh mereka. Kris menelusuri wajah Lay yang menatapnya bingung. Those lips are so…. kissable.

"Can I kiss you?"

"Hell! No! You can't!"

"Too late…"

Kris mendekatkan wajahnya. Jarak mereka semakin dekat.

'DEG! DEG! DEG!' jantung Lay berpacu dengan sangat cepat melihat wajah tampan Kris mendekatinya.

Jarak mereka kini kurang dari 1 inch. Sedikit lagi… pikir Kris.

'Krrrrrryyyyyyuukkkkkk~~~~~~~"

Kris : =.="

Lay memegangi perutnya sambil mempoutkan bibirnya. Kris menepuk dahinya sambil mendengus kesal.

"Kau lapar?" tanyanya dingin.

"Tidak!" ucap Lay.

"Iya."

"Tidak! Sudahlah! Aku mau pulang… teman-temanku pasti sudah menungguku di bandara!" ucap Lay sambil melewati Kris.

"Hell! Kalau kau lapar, just eat then!" kata Kris menarik Lay kembali ke hadapannya.

"Aku tidak mau!"

Kris menghempaskan tubuh Lay kembali ke tempat tidur lalu naik hingga kini ia berada di atas tubuh Lay sambil memegang kedua pergelangan tangannya.

"Eat, or I'll rape you!" ancamnya sambil mendekatkan kembali wajahnya ke wajah Lay yang sudah entah seperti apa saking memerahnya.

"What? You can't-"

"What? Just do it!"

"I…. okay."

"Good."

Memasuki musim semi memang waktu yang tepat saat ingin keluar dan menikmati terik nyamannya matahari. Tepat sekali. Bulan Maret adalah saat-saat yang paling ditunggu masyarakat Jepang untuk melihat bunga Sakura bermekaran.

Lay melirik keluar jendela.

"Wah! Sakura…" ucapnya senang menatap kelopak bunga Sakura berguguran di depan jendela apartemen Kris.

Kris yang hendak menuangkan air panas untuk cappuccino-nya pun terhenti dan melirik Lay yang asik mengamati guguran bunga. Kris tersenyum simpul kemudian bergumam.

"Kau baru pertama kali melihat bunga Sakura?"

"Iya…" jawab Lay masih sambil mengamati runtuhan bunga indah itu.

Kris menghampirinya di meja makan dengan dua gelas berisi coklat dan cappuccino hangat. Dua onggok ramen panas rasa kari ayam. Lay tidak menyadari bahwa Kris sudah duduk di depannya sambil ikut menatap bunga Sakura yang berguguran itu.

"Ini kali ketiga aku melihatnya." Ucap Kris.

Pantulan cahaya ramah matahari menerpa wajah tampannya. Menampakkan urat-urat garis wajahnya yang tegas tapi sangat comfortable. Lay melirik Kris lalu tersenyum.

"Kau mau melihat mereka di taman? Aku jamin pasti menyenangkan. Lagi pula stasiun tidak buka karena ada festival." Kata Kris.

Lay sedikit terdiam menatap orang berbahaya ini. Tapi, kekhawatirannya itu pupus saat melihat Kris tersenyum lembut padanya. Manisnya…

"Um…" Lay mengangguk pelan dan dibalas dengan senyuman oleh Kris.

Dua namja itu berlenggok di jalan setapak sebuah taman. Hamparan pohon bunga sakura mengiringi tiap langkah mereka. Menggugurkan kelopak-kelopak indah bunga Sakura menenangkan hati dan jiwa.

Lay sangat exited melihat pemandangan indah nan menakjubkan itu. Mengucap 'whoa' atau 'wow' atau semacamnya sepertinya mulai nyaman di telinga Kris. Dia menggandeng tangan putih susu itu tanpa beban, takut jika orang aneh itu pergi atau menghilang entah ke mana. Kris mengeratkan genggamannya.

"Kreeaaseee~~ Aku mau ice creaamm~ pleaseee" pinta namja di sampingnya sambil menggenggam tangan Kris erat, menatapnya dengan mata berbinar.

Matanya berbinar, memohon. Lucu sekali. Kris tertawa sedikit kemudian mengangguk pelan. Mengantar Lay ke pusat ice cream terdekat kemudian Lay mulai memilih. Rasa strawberry. Hmm~

"Hmm… kau mau Kris?" Tanya Lay menyodorkan ice creamnya pada Kris. Kris menggeleng.

Mereka sedang duduk di sebuah kursi panjang di depan pohon bunga Sakura. Kelopak bunga itu berguguran menerpa keduanya. Tangan Kris bergerak ke arah kepala Lay yang sedang asik dengan ice cream-nya. Kris mengusap kepala orang itu mengambil sekelopak bunga yang jatuh.

Lay mengamatinya.

"Itu terlihat seperti bentuk hati… hm~" ucap Lay asal sambil melumat ice creamnya lagi.

Kris mengamati bentuk kelopak itu. Benar. Bentuk hati.

"Kalau dilihat-lihat…benar juga…" Kris tersenyum kemudian menempelkannya ke kepala Lay.

"Ush! Apa sih Kris?" Lay mempoutkan bibirnya, mengusap kepalanya.

"Sudah sore. Ayo pulang jika tidak mau bangun siang seperti tadi…" kata Kris berdiri kemudian pergi diikuti Lay yang masih makan ice creamnya.

Bunga itu benar-benar berbentuk hati…

Hatiku. Mungkin.

Kris tersenyum di perjalanan pulangnya ke apartemen.

Lay. Dasar namja aneh!

*To Be Continued*

Summary next chapter: "Kris, kau akan mengantarku sampai rumah kan? Janji?!"/"Sudahlah… terima saja. Dengar ya, kalau sampai kau menghilangkan kalung itu, aku membunuhmu! Itu sangat mahal tau? Dan hanya ada satu di toko kemarin."/"Aku akan pulang…"/"Hey di mana kalungmu?"/"Karena kita memang akan berpisah."/"Astaga.. Kris jangan bodoh! Jangan berbalik…"/"Iya. Dasar aneh! Dan menyingkir dari tubuhku! Kau itu berat tahu!"

R/R as Always guys~

-Y