Hujan

By: Rakshapurwa

Rate : T

Pair: KuroFuri ( Kuroko x Furihata )

Warning : Shounen-ai, AU, Kemungkinan terdapat typo yang terlewat, dan OOC

Disclaimer: Kuroko no Basuke milik Fujimaki Tadatoshi

"Cerita ini dibuat hanya untuk menyalurkan imajinasi semata."

Enjoy

.


"Bukankah tadi kau ada urusan penting Furihata-kun?

Televisi di ruang tamu masih menyala, suaranya terdengar hingga tempatnya berdiri. Furihata tau sekali rasanya percuma berjalan mengendap-endap di belakang Kuroko—meski pemuda itu tengah terfokus menatap layar. Pendengarannya tajam, ditambah suasana hatinya juga sedang tak mengenakkan. Kuroko tengah marah dan itu membuat Furihata merinding di tempat. Ini berkat dirinya. Seharusnya ia mendengarkan ucapan pemuda bersurai biru itu. Jelas langit nampak mendung, awan bahkan sudah berkumpul menutupi matahari, tentu acara makan-makan dengan teman kampusnya pasti akan dibatalkan.

Kenapa tadi ia malah tak mau mendengarkan. Malah menganggap Kuroko terlalu mengekang dirinya.

"Acaranya dibatalkan, hujannya begitu lebat."

Furihata masih berdiri tak jauh dari sofa yang Kuroko duduki. Butiran air menetes dari pakaiannya yang basah. Seharusnya ia segera bergegas berlari dan mengeringkan tubuhnya, bukan malah membuat kubangan air di lantai ruangan. Ia tidak bodoh, ia tau hal yang ia lakukan sekarang akan menambah pekerjaannya nanti. Tetapi aura itu, aura yang Kuroko keluarkan begitu menegangkan. Kakinya tak berani melangkah lebih dekat.

"Sudah kubilang bukan? Kau tidak mau dengar."

"Maaf.."

Suara televisi menemani keheningan mereka. Kuroko diam, remot yang ia genggam nampak lebih menarik perhatian. Saluran ia ganti dengan cepat, dari saluran satu hingga saluran kedua, tiga, dan empat. Kuroko enggan menatap Furihata, meski sebenarnya ia tak tega membiarkan kekasih tercinta menggigil kedinginan. Kalau saja Furihata mendengarkan ucapannya tadi, mereka pasti akan menghabiskan waktu berdua di dalam kamar apartemen tanpa harus merasakan butiran air hujan di tubuh mereka.

"Kuroko...uhm...aku membelikanmu kue, mau dimakan sekarang?"

Sigh.

Bodoh.

Kenapa harus membelikannya sebuah kue? Rasa khawatir dan kesal yang menumpuk tak akan mereda hanya dengan sepotong kue yang kau berikan.

"Keringkan badanmu, Furihata-kun. Nanti masuk angin."

Kuroko tak lagi memperdulihan siaran yang ditampilkan. Ia kini memilih berdiri, mendekati Furihata yang terlihat menunduk. Mungkin takut Kuroko akan memarahi dirinya, berteriak dengan kata-kata menyakitkan. Padahal kenyataannya tidak pernah sekali pun Kuroko berani melakukan hal itu. Rasa sayang yang ia miliki begitu besar. Jangankan memaki, mencubit saja ia tidak akan melakukannya.

"Aku tidak marah padamu."

"Maaf aku tidak mau mendengarkanmu, Kuroko..."

"Ini bukan kali pertama bukan?"

"Ukh..."

"Cepat kau ganti baju, ah atau mau aku bantu menggantikannya, Kouki-kun?"

Kuroko ragu Furihata akan menjawab dengan anggukan, pemuda itu selalu malu jikalau harus bertelanjang dada di hadapan kekasihnya. Saat bercinta pun sama, kalau lampu tak dimatikan Furihata akan enggan tuk melanjutkan. Wajahnya pasti akan memerah sempurna, sama seperti dengan yang kini sedang ia perlihatkan.

"Boleh saja..."

"...Ya?"

Apa? Sungguh?

Suara Furihata bagai bisikan, Kuroko tak dapat mendengarnya dengan jelas. Lagipula mana mungkin Furihata menyanggupi ucapannya barusan—masa sih...

"Ka-Kau boleh membantuku ganti baju Tetsuya."

Bohong?

Glek.

Kuroko menegang di tempat, saliva tertelan dengan susah payah. Sial. Kalau memang ini hanya candaan, ia tetap tak akan membiarkan Furihata keluar dari kamar mandi tanpa tanda kemerahan di sekitar leher dan dadanya.


.

Tamat

.


Terima kasih sudah membaca cerita ini, dan maaf kalau ceritanya mengecewakan *bows*

Sekian dari saya, Rakshapurwa undur diri.