Tittle : Snow White With The Red Hair (ChanBaek, Vers)
Main cast:
Park chanyeol : pangeran kedua dari kerajaan clarines
Byun baekhyun (GS) : seorang gadis yang berprofesi sebagai ahli obat/apoteker di kota kerajaan Tanbarun yang terlahir dengan rambut menawan dan berwarna semerah apel.
Jung daehyun : pangeran pertama dari kerajaan Tanbarun.
Kim taehyung : pengawal pribadi dari pangeran daehyun
Oh sehun : pengawal pribadi pangeran chanyeol, namun ia sudah menganggap chanyeol sebagai saudaranya sebaliknya chanyeol pun begitu
Xi luhan (GS) : pengawal pribadi pangeran chanyeol, ia memiliki sifat dewasa.
(Dichapter Selanjutnya Bakalan Ada Tambahan Dan Pengurangan Cast ^^)
Genre: romance
Lenght: chapter
Rating: T+
Byun baekhyun seorang gadis yang terlahir dengan rambut yang menawan dan semerah apel, meninggalkan kerajaan Tanbarun karena tidak ingin menjadi selir sang pangeran. Dalam perjalanan menuju kerajaan Clarines ia bertemu chanyeol. Seiring berjalannya waktu ia jatuh cinta pada pangeran chanyeol, dan lulus sebagai apoteker di kerajaan Clarines.
Disini saya hanya mau mengingatkan bahwa fanfic ini adalah chanbaek version dari anime akagami no shirayukihime yang ditulis oleh deko akao dan pengarangnya adalah sorata akizuki, karena ini anime kisahnya sweet banget akhirnya saya memutuskan untuk meremakenya menjadi chanbaek vers. Hoho... :'V
Ok happy reading... ^^
Disebuah bukit yang memiliki hutan dengan keindahan alamnya yang begitu sejuk, terlihat seorang gadis dengan menggunakan kerudung yang menutupi kepalanya dan di tangannya terdapat sebuah keranjang. Gadis itu berjalan menelusuri hutan yang menjadi sumber kehidupannya, ia melirik ke arah kanan dan kiri, matanya ia fokuskan untuk mencari sesuatu.
"ah, ketemu." Ucap gadis itu ketika melihat tumbuhan kecil yang tumbuh didekat tanaman bunga. Ia pun berlari dan mencabut tanaman itu hingga ke akarnya. Ia tersenyum melihat tumbuhan yang berhasil ia cabut itu.
"spellamiso, tanaman tahan lama dari keluarga aoshidare. Akarnya bisa direbus lalu dikeringkan, Untuk meredakan demam dan meringankan rasa sakit." Jelasnya sambil mengamati tumbuhan itu.
TEENNNGGGG TEENGGG (bunyi lonceng)
gadis itu mendengar bunyi lonceng dari arah kota tempat tinggalnya. Ia kemudian memasukkan tumbuhan itu kedalam keranjang.
"ah gawat! Sudah saatnya membuka toko." gadis itu pun berlari menuju keluar hutan, kemudian ia berhenti untuk melihat keindahan kota di sebuah kerajaan yang dikenal dengan kerajaan TANBARUN dari atas bukit.
"ini adalah jalan pilihanku, cerita diriku." gadis itu pun tersenyum kemudian kembali berlari menuruni jalanan yang menurun. Kerudung kepalanya terlepas menampilkan rambutnya yang begitu menawan dan semerah apel yang begitu indah untuk dilihat. Ia membiarkan rambutnya di belai lembut oleh terpaan angin yang begitu sejuk.
"kalau bisa berharap, aku akan terus mengarungi jalanku sendiri seperti saat ini." ia menuruni bukit kemudian melewati aliran sungai yang tenang dan jernih melompat dari batu ke batu. Senyumnya tak pernah luntur dari wajahnya. Ia sangat menyukai kehidupannya saat ini. iya, gadis itu adalah gadis yang terlahir dengan rambut yang menawan dan berwarna merah semerah apel, ia bernama byun baekhyun seorang apoteker yang tinggal di kota kerajaan Tanbarun. Dia hanya gadis dari golongan rakyat biasa. Ia memiliki sebuah toko obat, ia sangat terkenal di daerahnya karena warna rambutnya yang unik dan keramahannya kepada warga yang membutuhkan racikan obat darinya.
"cermin oh cermin, siapakah gadis yang paling cantik di negeri ini." ucap pangeran daehyun yang tak lain adalah pemimpin dari kerajaan Tanbarun. Namun, tiba-tiba terdengar sebuah suara yang mengganggu aksinya itu.
"pangeran daehyun." Ujar salah satu pengawal setianya.
"ada apa, taehyung?"
"orang itu bukanlah cermin. Dia informan dari kota." Ucap taehyung pengawal setianya, wajahnya begitu datar tanpa ekspresi. Ia terlihat jengah melihat kelakuan pangeran pemimpin kerajaan Tanburan yang satu ini.
"ekhem" pangeran daehyun menetralkan suaranya, ia berdiri tegap menghadap pada seseorang yang sedang duduk berlutut kearahnya sambil menundukkan kepalanya tanda hormat. Kemudian mengalihkan pandangannya pada pengawal taehyung, "dia memberitahuku segala hal yang dia lihat, dia pantas menjadi cermin." Ujarnya tegas dengan menatap pengawal taehyung dengan wajah yang datar.
"ah, tolong jangan terlalu banyak bercanda pangeran." Pengawal taehyung mengingatkan pangeran daehyun yang mulai mengeluarkan sikap bodohnya itu.
"kau juga! Jangan hanya berdiam disana. Beritahu informasinya!" geram pangeran daehyun marah, ia menunjuk jarinya kearah seseorang yang dikenal sebagai seorang informan kota yang saat ini tengah membelalakkan matanya kearah pangeran daehyun dengan posisi masih berlutut.
"ah, ba-baik." Ucap orang itu menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mulai memberitahukan informasi yang didapatkannya dari para penduduk kota Tanbarun.
"anda ingin tahu siapa gadis tercantik di kerajaan Tanbarun ini kan? Kalau begitu, bagaimana dengan gadis itu." Jelasnya kepada sang pangeran.
"gadis itu?" tanya pangeran daehyun penasaran. Kemudian orang itu menjelaskan secara detail siapa gadis yang ia maksud itu.
"ya, gadis yang terlahir dengan rambut menawan dan semerah apel. Namanya adalah byun baekhyun."
"kakak terima kasih." Ucap seorang anak perempuan keluar dari sebuah toko sambil membawa obat.
"jangan lupa minum obatnya ya!" ucap baekhyun yang kini tengah meracik obat untuk para warga.
"sampai jumpa, baekhyunie." salah seorang lelaki paruh baya meninggalkan toko baekhyun saat setelah ia mendapatkan obat yang dibutuhkannya dari baekhyun.
"tuan, semoga cepat sembuh" ujar baekhyun sambil tersenyum kearah lelaki paruh baya tadi. Kini yang berada di toko obat hanya ada baekhyun dan seorang wanita tua yang sejak tadi memperhatikan baekhyun yang sedang meracik obat. Baekhyun pun menghampiri wanita tua itu yang kini sedang duduk di dekat jendela.
"maaf lama menunggu," baekhyun tersenyum dan membungkukkan badannya ke arah wanita tua itu. "selanjutnya obat untuk anda kan, kino." Iya, wanita tua itu bernama kino. Ia cukup dekat dengan baekhyun, ia pun sering mengunjungi baekhyun di rumah sekaligus toko baekhyun sekedar membeli obat atau pun melihat kondisi baekhyun saat ini.
"ah tidak perlu, tidak perlu. Aku datang hanya untuk mencuci mataku dengan melihat rambut cantikmu." Ujar kino dengan tersenyum sambil terus memperhatikan baekhyun yang sibuk meracik obat untuknya.
"hehe terima kasih." Baekhyun hanya mampu tertawa kecil mendengar ucapan wanita tua yang bernama kino itu. Ia masih terus mencari botol rempah-rempah untuk meracik obat yang sesuai untuk kino. "tapi karena anda sudah ke sini, aku siapkan sekalian saja obat untuk anda. Aku mendapatkan tanaman obat yang bagus, jadi tolong diterima." Baekhyun pun mengambil sebuah botol yang berisikan rempah-rempah obat. Namun, ia mendengar isakan. Ia pun menolehkan kepalanya kebelakang kearah wanta tua yang saat ini tengah menatapnya dengan tatapan sendu.
"hiks hiks, kau adalah ahli obat yang sangat baik. Hiks hiks andaikan saja kakek dan nenekmu yang sudah meninggal bisa melihatmu. Hiks hiks.." kino si wanita tua itu menangis tersedu-sedu saat mengingat baekhyun yang hanya tinggal sendirian, ya kakek dan nenek baekhyun telah meninggal dunia. Baekhyun yang melihat kino menangis menjadi bingung harus berbuat apa agar kino bisa berhenti menangis.
"eengh.. kino.." ucap baekhyun bingung dengan sikap kino. Namun, tiba-tiba kino berdiri dari kursinya dan berteriak histeris. "huuuuaaa aku baru ingat! Tadi aku sedang merebus sup."
"heh" baekhyun terkejut dengan ucapan kino, tanpa sadar ia telah memukul meja cukup keras. Namun kino si wanita tua itu hanya tersenyum malu ke arah baekhyun.
"gawat.. gawat.. hehe" setelah tertawa kecil kino pun meninggalkan baekhyun yang kini tengah membulatkan matanya karena terkejut.
"huh, nanti saja aku berikan padanya." Baekhyun tersenyum melihat tingkah kino, ia tau alasan kenapa kino bertingkah seperti itu, karena kino tidak menginginkan obat dan ia begitu susah untuk diberi obat. Baekhyun pun melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, ia mulai mencampurkan tanaman-tanaman obat yang akan diberikan kepada kino.
Ckleeekkk (suara pintu yang dibuka)
"apa ada yang kelupaan..." baekhyun tertawa kecil, ia menyangka bahwa orang yang membuka pintu tokonya adalah kino. Namun, saat ia menolehkan kepalanya kearah pintu, ternyata orang tersebut bukanlah kino.
"istri mudanya, pangeran daehyun?" baekhyun terkejut dengan pernyataan dari orang yang kini telah berada dihadapannya.
"ya dengan kata lain, kau akan menjadi selirnya." Ujar orang itu dengan tegas, ia memiringkan kepalanya dengan sebuah senyuman lebih tepatnya seringaian. Orang itu adalah taehyung pengawal pribadi pangeran daehyun dari kerajaan Tanbarun.
"tidak mungkin." Baekhyun menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya, matanya membulat untuk kesekian kalinya ia terkejut, ia memundurkan dirinya selangkah kebelakang. Namun, tba-tiba ia mendekati pengawal itu dan bertanya, "aku tidak percaya dia tertarik dengan gadis dari kota sepertiku, hanya karena warna rambutku." Ucap baekhyun dengan cepat, kemudian ia menegakkan badannya dihadapan pengawal taehyung, "aku hanya akan membuat malu sang pangeran." Ujar baekhyun dengan penuh keyakinan.
"pangeran daehyun tertarik padamu." Ucap pengawal taehyung dengan tegas, ia kemudian melangkahkan kakinya mendekati baekhyun sehingga membuat baekhyun berjalan mundur karena takut.
"bagaimanapun caranya, besok pagi kau harus hadir ke istana secara formal." Pengawal taehyung terus mendekati baekhyun yang terus melangkah mundur, sehingga baekhyun terjatuh karena telah menabrak meja. Ia pun berhenti melangkah dan menatap baekhyun dengan wajah dinginnya, ia memegang pedang yang berada di pinggangnya. Sedangkan baekhyun hanya mampu menundukkan kepalanya ia begitu takut saat ini. "selagi bisa, percantiklah dirimu malam ini." ucap pengawal taehyung dengan tegas, kemudian ia membalikkan badannya dan berjalan kearah luar toko meninggalkan baekhyun yang saat ini masih terkejut dengan semua pernyataan pengawal istana itu.
"huuuhhh.." baekhyun hanya mampu menghembuskan nafasnya, dan menjatuhkan dirinya kelantai.
Setelah kepergian pengawal istana itu, baekhyun hanya mampu duduk dan menundukkan kepalanya. Saat ini ia benar-benar bingung, Ia memikirkan cara bagaimana menghadapi hal yang seperti ini. namun, ia tiba-tiba menegakkan kepalanya melihat kearah botol yang berisi tumbuh-tumbuhan obat. Ia telah memikirkannya dan inilah keputusannya.
Baekhyun mengambil beberapa botol tanaman obat, kemudian mulai menyaringnya dan meracik hingga menjadi obat. Ia menimbang tumbuh-tumbuhan yang akan ia racik.
"ini untuk kino, obat untuk meredakan sakit punggung dan menghentikan peradangan saluran pernapasan." Ia mulai mencampurkan biji-bijian dan tumbu-tumbuhan kemudian ia menggilingnya dengan menggunakan alu. "ditempatnya yuri, seorang ayah dan seorang bayi terkena flu." Kemudian baekhyun menuangkan racikannya ketempat obat lalu membungkusnya kemudian diletakkan didalam sebuah amplop yang telah diberi nama.
"sip, sisanya.." baekhyun pun melanjutkan meracik obat untuk seluruh pelanggannya. Ia harus bisa menyelesaikan hari ini juga. Hingga obat yang terakhir.
"huuhh." Baekhyun menghembuskan nafasnya, ia mengelap keringat yang membasahi keningnya. Kemudian ia membereskan semuanya. "dengan ini sudah cukup." Ia membalikkan badannya, saat itu juga ia melihat pantulan dirinya di kaca jendela. Ia memperhatikan rambutnya yang berwarna semerah apel yang panjang dan diikat oleh sebuah pita. Kemudian baekhyun mengambil gunting yang berada didekatnya kemudian mengarahkan pada rambutnya.
"sebenarnya ini bukan salahmu." Ujar baekhyun dalam hati. Kemudian ia memotong rambutnya yang panjang.
Saat ini baekhyun telah menggunakan jubahnya yang berwarna putih dengan menutupi rambutnya dengan kerudung jubahnya itu, ia membawa sebuah tas yang kini telah di sandangnya. Ia memperhatikan rumah sekaligus tokonya yang banyak menyimpan kenangan, disinilah tempat ia dibesarkan, setelah itu ia menutup pintu rumahnya dari luar.
"selamat tinggal Tanbarun." Baekhyun pun pergi meninggalkan rumahnya dan kota kelahirannya, ia juga meninggalkan potongan rambutnya yang masih terikat dengan pita di dekat jendela. Iya, baekhyun memutuskan untuk meninggalkan semuanya, ia pergi dengan menumpang di sebuah kereta kuda milik salah seorang warga yang ingin menjual hasil kebunnya.
Baekhyun duduk di belakang kereta, dengan memakan bekal yang telah ia siapkan. Ia hanya membawa sebungkus kacang. Kereta pun mulai meninggalkan kawasan kerajaan Tanbarun. Ini adalah pilihannya, ia tak pernah ingin menjadi selir sang pangeran. Sehingga baekhyun lebih memilih pergi dari kota daripada ia harus menjadi selirnya pangeran daehyun.
Kereta pun berhenti di sebuah perbatasan. Baekhyun turun dari kereta dan membungkukkan badannya kepada kusir. Kemudian kereta kuda itu pergi meninggalkan baekhyun. setelah itu, baekhyun mulai melangkahkan kakinya memasuki sebuah hutan, ia tidak merasa takut dengan keadaan hutan yang semakin gelap karena menandakan malam akan tiba. Ia terus menelusuri hutan tersebut. Ia melirikkan pandangannya ke arah kanan dan kiri, dan tanpa diduga pandangannya tertuju pada sebuah rumah yang berdiri di atas tebing. Ia pun berjalan menghampiri rumah itu.
"permisi, permisi, apa ada orang dirumah?" baekhyun mengetuk pintu rumah itu berkali-kali dan sedikit berteriak untuk memastikan apa rumah itu berpenghuni. Namun, usahanya sia-sia karena tak ada seorang pun yang menjawab suara baekhyun dari dalam rumah. Ini menandakan bahwa rumah ini sedang kosong.
"aku tidak mau masuk tanpa izin juga, tapi hari mulai gelap." Baekhyun mendudukkan dirinya dihalaman rumah itu, ia menyandarkan dirinya pada dinding kemudian mengeratkan jubahnya karena udara di hutan ini cukup dingin. "ah perutku mulai lapar." Baekhyun menenggelamkan wajahnya pada lututnya. Ia benar-benar lelah akibat perjalanannya ini, akhirnya baekhyun pun terlelap di depan rumah tersebut.
Hari pun menjelang pagi, cahaya matahari mulai masuk melewati celah-celah pohon yang menjulang di dalam hutan. Tampak seekor burung kecil sedang menikmati makanan yang berada di atas tubuh seseorang, namun saat burung itu merasakan adanya gerakan kecil dari tubuh itu akhirnya burung itu pun terbang menjauh meninggalkan kulit kacang yang ia makan tadi. Ya orang itu adalah baekhyun.
Baekhyun pun bangun dari tidurnya, ia mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya matahari yang sudah terang. "hooaaammm.." ia menguap sedikit, lalu tiba-tba ia mendengar sebuah suara di balik dinding pembatas rumah itu.
"sehun! Luhan! Aku duluan ya." Terdengar suara laki-laki, baekhyun pun mendongakkan kepalanya keatas dinding bata tersebut.
"oi, mau dari tempat setinggi itu lagi.?" Itu adalah suara dari orang yang berbeda, baekhyun masih menatap keatas, ia begitu penasaran. Tiba-tiba matanya membulat karena terkejut ia melihat seorang laki-laki yang melompat dari balik dinding, matanya seperti terkunci dengan pemandangan didepannya. Sosok laki-laki itu, ia begitu tampan dan gagah. Dengan senyumannya yang membuatnya terlihat semakin tampan. Laki-laki itu melihat kearah baekhyun, dan seketika itu mata mereka bertemu. Namun, tiba-tiba...
Duuukkkkkk...
"aaahh.."
gubraaakkk...
laki-laki itu terjatuh kebawah karena kakinya yang tersangkut pada dinding. Baekhyun pun refleks menutup mata dan menyembunyikan wajahnya dilutut. Ia tak ingin melihat bagaimana proses laki-laki itu terjatuh dengan sangat tidak elit. Ia meremas ujung jubahnya, ia tau pasti rasanya begitu sakit setelah terjatuh dari ketinggian. Akhirnya baekhyun pun memutuskan untuk membuka mata perlahan dan melihat kearah laki-laki yang saat ini tengah memunggunginya.
"aduuhh..aiisshh" laki-laki itu meringis kesakitan, ia memegangi pergelangan tangannya. Sepertinya tangannya yang terluka. Namun, baekhyun tak berani untuk mendekati laki-laki itu. Sehingga ada 2 orang yang berlari menghampiri laki-laki itu.
"kau baik-baik saja, chanyeol?" ucap seseorang yang kini telah berada dihadapan laki-laki itu. "kau terluka? Apa kepalamu terbentur? Satu tambah satu berapa?" laki-laki yang mengenakan t-shirt berwarna putih itu meluncurkan banyak pertanyaan kepada laki-laki yang terjatuh tadi dengan nada cemasnya. Sedangkan laki-laki yang terjatuh tadi hanya mendongakkan kepalanya dan memasang wajah datar.
"dua." Jawab laki-laki itu masih dengan ekspresi datarnya. "eh? Kalian siapa ya?" tanyanya kepada kedua orang yang berada di hadapannya.
"aku sehun!" ucap seorang laki-laki yang tadi memberikan pertanyaan banyak.
"oh, itu namamu ya?" ucap seorang wanita yang memandang jengah drama dihadapannya.
"luhan.." teriak laki-laki yang bernama sehun itu kepada seorang wanita yang tengah memalingkan wajahnya ke arah lain.
"kenapa kau begitu juga." Omel sehun kepada luhan.
"hahaha.." laki-laki yang terjatuh itu yang bernama chanyeol tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi sehun. Sedangkan, Baekhyun yang berada dibelakang mereka kemudian menutupi wajahnya dengan kerudung kepalanya dan mulai merangkak untuk meninggalkan ketiga orang tersebut. Ia merangkak dengan cara mengendap-ngendap agar tidak ketauan.
"jadi.." baekhyun menghentikan acara merangkaknya, dan chanyeol melirik kearah belakang. Baekhyun terkejut ia sudah ketauan.
"sebenarnya kau itu siapa?" ucap chanyeol, kemudian ia berdiri dari duduknya. Dan membalikkan badannya kearah baekhyun yang masih dalam posisi menungging. Chanyeol mengeluarkan pedangnya dan mengangkatnya kesamping. "apa yang kau lakukan di tengah hutan seperti ini." setelah itu chanyeol meletakkan pedangnya dipundak. Baekhyun terkejut ia pun terduduk dan tertawa kikuk.
"y-yah, aku eng.." baekhyun benar-benar salah tingkah saat ini, ia terus menutupi wajahnya dengan kerudung jubahnya. "hanya sedang menyusuri jalan yang jarang dilalui orang." Chanyeol yang semula mengeluarkan seringaiannya kemudian menatap baekhyun dengan ekspresi datar.
"terus.." belum sempat baekhyun meneruskan ucapannya, chanyeol sudah menodongkan pedangnya kehadapan wajah baekhyun. baekhyun yang melihat ujung pedang itu meskipun masih dalam keadaan terbungkus terkejut, matanya membulat. Tiba-tiba chanyeol mengayunkan pedangnya keatas sehingga kerudung yang menutupi wajah baekhyun terlepas dan menampakkan wajah baekhyun dengan rambut pendek yang berwarna merah. Chanyeol yang melihat itu terkejut, ah bukan hanya chanyeol tetapi sehun dan luhan pun terkejut saat melihat baekhyun.
"hah.." baekhyun memegang kepalanya ia tersadar jika kerudung jubahnya telah terlepas dari kepalanya sehingga menampilkan rambutnya. Dan chanyeol menurunkan pedangnya.
"rambutmu itu aneh juga ya..?" ujar chanyeol masih menatap kearah baekhyun.
"iya, sudah banyak orang yang mengatakan itu." Jawab baekhyun sambil menunjukkan senyumannya, kemudian ia melihat kearah tangan chanyeol yang terluka akibat terjatuh tadi. "tangan kananmu terluka." Ujar baekhyun, chanyeol pun melihat luka di tangan kanannya.
"lalu kenapa?" tanya chanyeol, lalu baekhyun pun mengambil obat yang ia bawa didalam tasnya.
"aku adalah ahli obat. Aku memiliki salep. Jika kamu mau silahkan.." sebelum baekhyun meneruskan ucapannya chanyeol memotong, "tidak perlu."
"eh." Baekhyun pun berhenti mencari obat itu, karena chanyeol sudah mengarahkan pedangnya kearah baekhyun.
"itu bisa saja racun atau semacamnya. Jika ada yang tiba-tiba memberikannya, mana mau aku gunakan. Aku ini bukan kurcaci atau sejenisnya. Aku takkan mempercayai seseorang semudah itu. Dengan kata lain, aku tidak ingin berurusan denganmu." ujar chanyeol tegas dengan nada dingin dan wajah datarnya. Ia masih mengarahkan pedangnya kearah baekhyun. sedangkan baekhyun hanya menatap chanyeol dengan tatapan bingungnya, "oh." Ucap baekhyun masih dengan tatapan bingungnya itu.
"kalau sudah mengerti, cepat pergi." Ucap chanyeol melembut disertai dengan senyum tipisnya. Namun baekhyun hanya memalingkan wajahnya "yah, yang dia katakan itu benar juga." Ujar baekhyun dalam hati, "kurasa dimana-mana itu selalu ada orang yang sombong." Tambah baekhyun dalam datinya, ia benar-benar jengkel dengan sikap laki-laki dihadapannya ini. secara tiba-tiba baekhyun menggenggam ujung pedang chanyeol.
"ha? Ap.." chanyeol terkejut bukan main, pasalnya baekhyun menggenggam pedangnya begitu kuat lalu sebelum chanyeol menyelesaikan pertanyaan yang akan ia lontarkan pada baekhyun, ia malah dikejutkan dengan sikap baekhyun yang tiba-tiba memukulkan dirinya sendiri dengan pedang chanyeol ke arah tangan baekhyun.
"a-apa yang kau.." chanyeol memundurkan dirinya kebelakang, lalu baekhyun mengambil salep yang ia miliki kemudian mengoleskannya pada tangannya yang ia pukul sendiri menggunakan pedang chanyeol tadi. Chanyeol hanya menatap baekhyun dengan tatapan bingungnya, bahkan bukan hanya chanyeol yang terkejut dengan ulah baekhyun itu, sehun dan luhan pun terdiam mata mereka membulat dan memperhatikan apa yang dilakukan baekhyun saat ini. setelah baekhyun selesai menempelkan salep pada tangannya yang luka, ia pun menunjukkannya kepada chanyeol.
"sayangnya , aku tidak memiliki kebiasaan membawa racun kemana-mana." Ucap baekhyun dengan tersenyum. Chanyeol pun terkejut kembali mendengar ucapan baekhyun tersebut, ia pun menjatuhkan pedangnya ketanah.
"pufftt, hahahaha.." tawa sehun meledak karena mendengar pernyataan baekhyun yang begitu polos. "dia berhasil mempengaruhimu, chanyeol." Ucap sehun ketika ia telah berhenti tertawa.
"hahahaha.." chanyeol pun tertawa dan berjongkok didepan baekhyun yang kini sedang menatap bingung kearah dua laki-laki itu.
"hah, maaf untuk yang barusan. Namaku chanyeol." Ujar chanyeol ketika tawanya sudah berhenti ia tersenyum kearah baekhyun.
"aku baekhyun." ucap baekhyun sambil menatap chanyeol yang kini berada dihadapannya. lalu, chanyeol pun mengangkat tangan kanannya yang terluka ke hadapan baekhyun, "salam kenal, baekhyun. Dari awal, setengahnya adalah kesalahanmu. Jadinya aku gagal mendarat." Baekhyun melongo tidak percaya dengan ucapan chanyeol barusan, "Hah..?"..
"ini adalah rumah kosong, tapi kami sering bermain disini." Jelas chanyeol yang kini tengah duduk di sofa bersama baekhyun yang sedang membalut luka di tangan chanyeol. "lalu yang sedang kalah bermain catur disana adalah sehun dan yang menang dengan mudah itu adalah luhan." Ujar chanyeol yang mendapatkan death glare dari sehun.
"chanyeol, bagaimana bisa kau yakin jika aku sedang kalah tanpa melihat." Teriak sehun tidak terima dengan ucapan chanyeol barusan.
"pakai perasaan." Jawab chanyeol dengan memutar bola matanya malas.
"kau kalah." Luhan menyadarkan sehun, jika sehun benar-benar kalah saat ini. sehun yang mendengar itu hanya mampu menggeram kesal.
"ya, dengan ini sudah cukup." Baekhyun pun selesai membalut luka ditangan chanyeol, ia membereskan peralatannya kemudian memasukkannya kedalam tas.
"wah, kau ahli dalam hal ini baekhyun." ujar chanyeol sambil menatap balutan lukanya yang begitu rapi.
"aku sudah terbiasa. Aku sudah bilang jika aku ahli obat, bukan."
"ah benar juga ya."chanyeol tersenyum, kemudian ia melirik kearah baekhyun yang tengah membalut tangannya sendiri menggunakan perban. "jadi, kenapa seorang ahli obat sepertimu lari dari rumah?" tanya chanyeol yang membuat baekhyun menghentikan aktivitasnya, ia menundukkan wajahnya.
"alasannya tidak penting." baekhyun pun mengangkat wajahnya dan menatap lurus kedepan, "aku jalan-jalan dulu sebentar." Baekhyun pun menyelesaikan balutan ditangannya kemudian berjalan keluar menelusuri hutan. Disetiap langkahnya baekhyun selalu tersenyum ia menatap keatas, ia sangat menyukai udara sejuk dari hutan.
"jadi, kenapa kau mengikutiku?" tanya baekhyun kepada seseorang yang mengikutinya sejak tadi.
"harga diriku sebagai laki-laki bisa turun jika membiarkan gadis terluka pergi ke hutan sendirian." Ucap seseorang itu yang tak lain adalah chanyeol.
"aneh." Baekhyun pun berlari menuju tengah-tengah hutan, ia tersenyum. "aku sudah terbiasa pergi ke hutan dan pegunungan saat belajar menjadi ahli obat." Baekhyun merentangkan tangannya kesamping kemudian berputar, menghirup udara sejuk sebanyak-banyaknya yang dapat membuatnya nyaman. Ia tersenyum sangat manis. Sedangkan chanyeol, ia hanya menatap baekhyun dari belakang. Kemudian, baekhyun membalikkan badannya dan bersender pada salah satu pohon yang ada didekatnya.
"waktu dan udara yang mengalir disini terasa berbeda dengan yang dikota, rasanya enak." Baekhyun menutup matanya merasakan hembusan angin yang membelai wajahnya dengan lembut.
"ya, aku mengerti maksudmu." Ucap chanyeol kemudian mengalihkan pandangannya keatas.
"barusan, kau jujur ya?" tanya baekhyun, yang membuat chanyeol terkejut.
"aahhh.." ucap baekhyun tiba-tba, chanyeol yang mendengar ringisan baekhyun kemudian berjalan kearah baekhyun yang saat ini sedang memegang rambutnya dibelakang. "aduh aaaa.." baekhyun meringis sakit, ia tak bisa menggerakkan kepalanya.
"ah, ini tersangkut. Ada helaian rambut yang lebih panjang dari yang lainnya." Ujar chanyeol saat ia melihat kearah belakang kepala baekhyun,
"eh. Aku pasti melewatkannya. Maaf chanyeol, bisa tolong kau potong?" pinta baekhyun sambil melirik sedikit kearah chanyeol, tangannya masih memegang rambutnya yang tersangkut.
"hah..?" chanyeol bingung dengan ucapan baekhyun.. ia masih terus memperhatikan helaian rambut yang menyangkut di batang pohon itu.
"tidak perlu rapi kok," ujar baekhyun, namun chanyeol hanya mampu mengeluarkan smirknya dan berjalan menjauh dari baekhyun, "tidak, tidak. Aku tidak bisa memotong rambut seorang gadis!" tolak chanyeol
"heh,," baekhyun menatap kearah chanyeol.
"apa memotong rambut panjangmu ada hubungannya dengan alasanmu lari dari rumah?" chanyeol berjalan mundar-mandir di hadapan baekhyun, tangannya ia masukkan kedalam saku. "jika kau mengatakan alasannya, mungkin aku bisa membantumu." Ucap chanyeol yang kini menghadap ke arah baekhyun. sedangkan baekhyun hanya bisa menyipitkan matanya seperti ini -_- ke arah chanyeol, "ternyata kau kejam ya."
"hmm.." gumam chanyeol sambil mengangkat kedua tangannya dan tersenyum.
Baekhyun pun menyerah, akhirnya ia memutuskan untuk menceritakan alasannya kenapa ia harus pergi meninggalkan rumah. Chanyeol yang mendengar alasan itu pun terkejut dan berteriak, "dia ingin menjadikanmu istri muda?" begitulah respon chanyeol.
"oleh seorang pria kaya terkenal yang hidup secara mewah, tapi perkataannya seperti ditunjukkan pada perempuan murahan. Dia pikir rambut merah itu tidak biasa dan dia ingin memiliki diriku." Jelas baekhyun menceritakan dari awal mengapa ia diminta untuk menjadi istri muda pangeran daehyun. Ia menggoyangkan kakinya sejenak, lalu menghembuskan nafasnya untuk kembali bercerita, "jika aku menuruti perkataannya, rasanya dia seperti membeli apel di penjual buah saja.."
"baek.." ucapan chanyeol terhenti ketita baekhyun mulai berdiri dan melirik kearah chanyeol dengan senyuman di wajahnya, "aku ingin membuatnya menyerah secara perlahan dengan meninggalkan rambutku." Chanyeol yang mendengar itu kemudian menggembungkan pipinya, matanya membulat seketika ia tertawa terbahak-bahak..
"puufftt, hahahahaha itu adalah keputusan yang bagus!." Chanyeol tertawa, ia memukulkan tangannya ke pahanya sendiri karena tawanya yang begitu kencang, "baguslah kau bisa lari dari si pecundang itu." Chanyeol pun berdiri dari duduknya, kemudian ia meletakkan pedang yang selalu ia bawa di pundaknya. "karena, itu adalah merah kebanggaanmu."
"merah kebanggaan?" tanya baekhyun tidak mengerti dengan ucapan chanyeol barusan.
"ya.." ucap chanyeol dengan tegas kemudian ia membalikkan badannya yang semula memunggungi baekhyun lalu saat ini ia menghadap ke arah gadis itu. "merah itu seharusnya menjadi warna dari takdir, bukan." Chanyeol menjelaskan arti dari ucapannya itu dengan senyum diwajahnya, baekhyun yang mendengarnya pun kemudian mulai mengangkat wajahnya untuk menatap chanyeol yang kini tengah menatap dirinya juga.
"walaupun saat ini menyusahkan mungkin tanpa terduga itu bisa membuatmu terhubung dengan sesuatu." Saat ini keduanya saling menatap, dengan chanyeol yang tersenyum menatap mata baekhyun dan baekhyun yang matanya sudah membulat, ia tidak percaya dengan ucapan chanyeol barusan, "c-caramu berpikir sangat hebat ya.." baekhyun berkata dengan gugup masih dengan ekspresinya yang terkejut.
"wah? Itu pujian." Ujar chanyeol menampilkan senyumnya hingga membuat matanya menyipit menunjukkan eye smilenya kearah baekhyun.
Sedangkan diarah lain tepatnya diatas sebuah pohon sehun dan luhan terus memperhatikan gerak gerik chanyeol dan baekhyun dari kejauhan.
"ternyata dia memang sama sekali tidak mencurigakan. Ya?" ucap sehun yang kini tengah mengelus seekor anak kucing, kemudian ia menatap ke arah luhan yang masih mengawasi chanyeol dan baekhyun.
"bukan itu saja, sepertinya chanyeol juga sangat menyukainya." Jawab luhan, ia masih menatap kearah chanyeol yang selalu menampilkan senyumannya kepada baekhyun.
Akhirnya chanyeol dan baekhyun memutuskan untuk kembali ke rumah itu. Mereka berdua berjalan beriringan dengan senyuman yang terpampang diwajah mereka masing-masing. Namun, saat tiba di depan rumah chanyeol melihat sesuatu kemudia ia pun berlari mendekati sebuah keranjang yang terletak didepan pintu rumah tersebut.
"apa ini.?" ucap chanyeol penasaran, kemudian ia pun memeriksa isi dari keranjang tersebut. Baekhyun yang melihat chanyeol sedang memegang sebuah keranjang pun kemudian melangkahkan kakinya untuk melihat apa yang ditemukan oleh chanyeol. Setelah, sampai dihadapan chanyeol dan melihat keranjang yang kini tengah berada di tangan chanyeol baekhyun pun terkejut dan menghentikan langkahnya, "hah. Itu adalah pita yang kugunakan untuk mengikat rambutku." Ujar baekhyun ketika ia melihat pita yang terikat pada keranjang yang ditutupi oleh kain.
"eh," Chanyeol yang mendengar pernyataan baekhyun pun refleks menurunkan keranjang itu kemudian kain yang menutupi keranjang itu terjatuh menampilkan isi dari keranjang tersebut yang tak lain adalah apel merah dengan hiasan bunga mawar kuning.
.
.
.
TBC
Karena jalan ceritanya sama, Cuma saya ubah castnya dan ubah dikit-dikit tetep aja ini cerita punya sorata-chan. So, reviewnya itu buat penulis dan pengarang aslinya aja ok ok ^^ but, saya juga butuh review untuk yang chanbaek vers juga hohoho,, monggo yang mau FF ini lanjut ke vers chanbaek tinggalin jejaknya.. makasih ^^
