Diam bisa mempunyai banyak arti. Mengerti, diam. Terlalu benci, diam. Katakan saja.
Bleach © Tite Kubo
OOC. AU-Kingdom Style. 3rd POV.
Diam © Rhea .H
Dan di taman kerajaan inilah seorang putri kerajaan ini berjalan-jalan.
Rambutnya panjang terjuntai. Setengah di bagian depan menutupi dadanya dan setengahnya lagi di belakang. Kepangan manis menemani tiara cantik yang berkilau. Gaun panjang yang senada dengan warna rambut dan matanya mengikuti gerakan gemulai Sang Putri satu ini. Dia menikmati pemandangan taman itu. Bukan karena bunganya. Namun karena yang merawat bunga-bunga itu adalah pemuda yang telah lama ia perhatikan. Setiap hari Sang Putri selalu menghabiskan sorenya berjalan-jalan dibanding duduk di acara tea time kerajaan.
Tapi…ada satu yang mengganggunya.
"Hei," panggilnya kepada lelaki yang mengikutinya dari belakang sejak tadi tanpa membalikkan badan. "Bunganya indah, bukan?"
Tak ada jawaban meski Putri ini masih merasakan kehadiran lelaki itu.
"Bunga itu cocok itu perempuan. Apalagi dinikmati seorang Putri sepertiku."
Tak ada yang reaksi.
Inoue, nama putri ini, akhirnya membalikkan badannya. Menatap kesal pada lelaki yang menatapnya tanpa berkedip itu. Dengan nada tegas ia mengatakan, "Namamu Ulquiorra, kan? Ulquiorra, ini perintah. Aku ingin menikmatinya sendiri."
Hening.
Masih tak ada jawaban. Ia memicingkan mata. Tak lagi menahan ekspresi kesal di wajah. Tetapi lelaki berambut hitam itu hanya diam tanpa mengubah ekspresi. Kali ini tanpa menahan kemarahan, Sang Putri berkeluh, "Aku tahu kau pengawal baruku tapi aku tak perlu pengawalan kalau hanya berjalan di taman istana seperti ini! Mengerti?"
Lagi-lagi, tak ada apapun yang ditunjukkan sebagai reaksi.
"Huh!" ia berdecak kesal. Sambil melanjutkan jalan-jalannya, Sang Putri terus mengeluh, "Sudah kuperintahkan untuk berhenti, malah masih! Lagian kenapa pria tak berekspresi yang punya lukisan di wajahnya (yang kukira tangisan) bisa diterima jadi pengawalku sih? Aku kan cuma mau jalan-jalan saja. Bukan ke medan perang seha––" tanpa memperhatikan jalan, kakinya tersandung. Tak siaga, ia––
pluk
––terjatuh ke belakang. Bukan terjatuh, mungkin lebih tepat tidak sakit karena Ulquiorra menggunakan tangannya menahan tubuh Putri yang ia jaga agar tak menyentuh tanah. Inoue bisa melihat jelas wajah Ulquiorra. Meski masih tak memiliki perubahan reaksi apapun, ada yang berbeda dengan tadi.
"Ini yang kau sebut 'tak perlu pengawalan', Onna?"
DEG!
Wajah Inoue memerah. Kesal bercampur malu dalam dada. Tapi ada hal lain yang membuat dadanya berdebar. Bukan, itu bukan kesal. Bukan marah. Sedikit malu…dan senang? Rasa aneh yang tak bisa dijelaskan mendengar kata-kata pertama pengawal barunya itu. Padahal Inoue bertanya dan berbicara macam-macam tadi, bahkan memberi perintah tapi Ulquiorra tetap diam. Sementara dia nyaris jatuh, Ulquiorra mengatakan sesuatu untuk pertama kalinya dari sejak penerimaan pengawal baru itu.
Timbul niat dalam hati, ingin membuatnya berbicara lebih meskipun ditukar dengan keselamatannya.
Rhea desu~
Ini pertama kalinya Rhea nulis di sini, mohon kritik dan sarannya :)
Onegaishimasu~
