Pocky Game!


Durarara!

Author: shourarara

Rate: T

Pair: Shizuo x Izaya

OOC, abal, fic lama, shounen-ai, dan flashback / request dari teman lama.


A/n: Haruki/Shou sekarang dipanggilnya, kembali dengan Durarara!—yang sudah lama dipost namun di delete karena ketidakmauan author untuk melanjutkan fic lain dan akhirnya kembali berkecimpung ke fanfiction lagi. Mungkin ada yang sudah kenal dengan cerita ini, tetapi saya mengganti beberapa bahasa yang saya anggap tidak baku di fic ini. Selamat membaca lagi—

Durarara! bukan punya saya.

{Chapter 1}

"Tidak pernah kusadari bahwa hal tersebut menjadi kenyataan," gumam Shizuo sembari menengadah memandang langit biru yang terhias dengan taburan bintang berkelip. Namun, siapa yang telah membuat lelaki yang berlabel sebagai 'orang yang paling ditakuti seantero penjuru Ikebukuro' menjadi lebih tenang dari biasanya. Perilakunya yang emosional itu tidak berlaku hanya kepada Orihara Izaya.

Orihara Izaya—salah seorang musuh terbesar yang membuat geger Shizuo sampai-sampai ia selalu melemparkan mesin penjual minuman yang sering ia temukan di gang kecil maupun jalan raya Ikebukuro. Tetapi, setelah mengenal lebih dalam—Shizuo merasa dirinya cocok dengan Izaya.

Beberapa tahun kemudian, Shizuo dan Izaya resmi menjadi pasangan hidup.

Tapi apa yang sebenarnya telah terjadi pada kedua insan tersebut?

Flashback:

Shizuo dan Izaya sesama pelajar yang memperoleh pendidikan di Raira Academy—dan hubungan kedua orang itu bak anjing dan kucing. Permusuhan itu diakibatkan oleh sifat keduanya yang berbeda, namun orang yang berada di sekitar mereka menganggap hal tersebut menarik. Sebagian murid perempuan mengidolakan mereka berdua—dari sifat Izaya yang pembawaannya tenang maupun Shizuo yang keras kepala.

Hingga saat ini, belum ada seorangpun yang mengetahui perasaan Shizuo terhadap Izaya. Ia sudah lama memendam rasa suka yang bertepuk sebelah tangan. Dirinya juga tidak dapat memberanikan dirinya untuk memberitahu Izaya tentang perasaannya itu terhadap dia.

Namun sifat keras kepala milik Shizuo telah membuat Izaya tidak menyukai dirinya—yakni membencinya—cukup terlihat pada fisiknya. Menurut pendapat Shizuo, Izaya sama sekali tidak membencinya. Buktinya adalah setiap kali mereka bertengkar, Izaya akan selalu mengala entah dia tidak mau mengurusi hal macam bertengkar dengan Shizuo karena sudah pasti Shizuo akan mulai bertingkah geram atau memang ia tidak tertarik dengan Shizuo.

'Oi—Orihara, kenapa kau selalu mengalah, hah? Apa kau takut terhadap diriku?' batin Shizuo yang saat itu menyenderkan punggungnya pada kursi. Shizuo memejamkan kedua matanya dan mulai terlelap, hingga—salah seorang murid memukul kencang meja dimana Shizuo tempati.

"—zhuo, Heiwajima Shizuo!" teriak salah seorang murid yang belum diketahui identitasnya.

Shizuo terkejut dan melihat ke seluruh penjuru tempat dan ia menemukan murid tersebut. Ia adalah Izaya—yang saat itu terlihat heran.

"Kau ini—kenapa sama sekali tidak bergeming saat kupanggil? Apa yang kamu pikirkan?"

'Kau—' gumam pelan Shizuo.

"Kau bilang apa? Sama sekali tidak terdengar," tanya Izaya.

"E-Eh bukan apa-apa kok!" sambil menutup seluruh wajahnya yang memperlihatkan semburat merah

"Ngomong-ngomong—kenapa kau memanggilku? Mengganggu saja, aku kan sedang berkhayal."

Acuh—Izaya langsung meninggalkan Shizuo tanpa menanggalkan alasan wajar. Ia berjalan meninggalkan kelas menuju koridor. Perlahan-lahan, Izaya menghilang dari pandangan murid lain.

.

.

Namun, tiba-tiba terdengar suara pukulan keras terhadap meja dan terlihat air muka geram milik Shizuo. Berlari meninggalkan kelas mengikuti jejak Izaya.

Namun kesempatan untuk mengejar Izaya dicegah oleh salah seorang murid yang tanpa sengaja mendengar suara pukulan keras itu.

"Hei! Ada apa dengan dirimu—kenapa kau harus memukul meja sekeras itu!?" teriak murid itu.

Shizuo langsung menoleh ke arah murid tersebut dan langsung memberinya 'pandangan mematikan' khas dirinya. Murid tersebut langsung gemetar dan meminta maaf sekaligus membungkuk berulang kali.

"M-maaf—aku tidak akan mengulanginya lagi!"

Dari kejauhan terdengar suara tawa kecil yang berasal dari Izaya. Shizuo langsung mengetahui pemilik suara tersebut dan langsung berlari menuju keberadaan Izaya. Wajahnya geram serta kepalan tangannya siap untuk menhantam wajah milik Izaya.

Kembali terjadilah perkelahian antara Shizuo-Izaya yang tidak bisa dihentikan.

Murid lain hanya bisa pasrah terhadap kedua orang tersebut dan tidak ada seorangpun yang mau memberanikan dirinya untuk melerai mereka berdua. Semua tahu bahwa—jika mereka berdua tidak ada yang mau mengalah, maka perkelahian mereka berdua akan terus berlanjut hingga salah satu dari mereka ada yang tidak mau melanjutkan perkelahian itu.

Walaupun begitu, tidak disangka yang memberi bendera putih kali ini adalah Shizuo. Jika dihitung-hitung, ini adalah pertama kalinya Shizuo mau bertekuk lutut terhadap Izaya.

"Ck—" berdecak lidah, Shizuo membalikkan badan membelakangi Izaya.

"Saat ini suasana hatiku tidak mendukung untuk berkelahi dengan dirimu," berjalan meninggalkan Izaya dengan wajah yang terbilang sukar dimengerti.

Shizuo berlari menuju kamar kecil untuk membasuh wajahnya dari rasa malunya. Tetapi, ketika ia menoleh ke arah belakang dan menemukan Izaya yang sedari tadi menghalau dirinya. Dalam keadaan tidak sadar—ia mempercepat langkah kakinya dan tiba-tiba terasa bahwa seseorang telah lengannya.

Melihat ke arah peristiwa tersebut, pelakunya tidak lain adalah Izaya. Shizuo ingin sekali membentak lelaki bersurai hitam itu—namun ia tidak dapat melakukan hal tersebut karena Izaya menatap lembut wajah Shizuo.

Paras Shizuo yang biasanya terlihat geram, sesaat terlihat merah padam. Menunduk sembari menyembunyikan air mukanya yang berhiaskan merah membara itu, Izaya memberi pandangan menusuk.

"Kenapa kau? Tidak biasanya diam seperti ini—kau kan selalu melawan dan bicara bahasa yang kasar,"

Shizuo melepaskan genggaman jemari Izaya—berlari meninggalkan Izaya yang saat itu tetap dalam keadaan terheran-heran.

Ketika ia berlari, terdengar sebuah tabrakan keras yang mengakibatkan dirinya harus meminta maaf kepada orang yang telah menjadi korban itu. Hal tersebut jarang terjadi—ketika Shizuo membungkukkan badannya karena ia telah bersalah serta meminta maaf.

Di saat yang sama, terdengar sebuah teriakan keras yang berada jauh dari tempat kejadian itu.

"Kau! Seharusnya jangan pergi sebelum aku selesai bicara kepadamu—!" dari kejauhan tersebut, Izaya mengutuk Shizuo sambil membentaknya. Demi Tuhan—ia sangat kesal terhadap Shizuo karena tidak menanggalkan alasan mengapa ia pergi begitu saja.

Sebelum berhasil melarikan diri, kedua lengannya telah dicekam oleh jemari mungil milik Izaya. Sambil terus memegangi lengannya, Izaya menatap dalam mata lelaki berparas kesal itu. Murid lain sudah bisa merasakan bahwa hal tersebut akan mengacu terhadap 'Perang Dunia III' yang akan menghancurkan seluruh pelosok Raira Academy.

Shizuo memandang wajah Izaya dengan senyum tipis terlukis dibibirnya.

"Sepertinya—kita sudahi saja pertengkaran kita selama ini, aku sudah tidak memiliki hasrat untuk melawan kau," perlahan melepas genggaman tangan Izaya.

"—aku selama ini melakukan kesalahan fatal terhadap dirimu, semoga saja kita bisa berteman."

Shizuo berjalan berlawanan arah dengan Izaya yang saat itu membelalakkan kedua matanya.

.

.

{T B C}

.

.

A/n: halo saya kembali lagi dengan Pocky Game yang dulu dimiliki oleh Haruki Wakazuki—yaitu saya juga, dan semoga fic yang versi bahasa baku GAGAL ini bisa membuat anda lebih srek sama ceritanya. Btw cerita ini emang sengaja dibuat gantung bagi yang udah pernah baca.

Review? /tidak memaksa