Disclaimer : Detektif Conan milik Gosho Aoyama.


Hanya Dirimu

By Enji86

Cerita Satu

Prolog

Kematian profesor Agasa saat terjadi konfrontasi di markas besar organisasi hitam membuat Shinichi dan Shiho menerima pukulan telak. Shiho mengalami depresi berat sehingga Yusaku dan Yukiko memutuskan untuk membawa Shiho tinggal bersama mereka di Amerika agar dia bisa melupakan kenangan-kenangan buruknya di Jepang. Sementara itu, Shinichi tetap tinggal di Jepang. Walapun Shinichi kelihatan normal, tapi sebenarnya muncul obsesi baru di dalam dirinya. Dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menghancurkan semua organisasi kejahatan yang ada di dunia ini.

Shiho bisa mengatasi depresinya setelah menjalani terapi selama dua tahun. Dia memutuskan untuk masuk sekolah mode di Paris karena sejak dulu dia memang sangat menyukai dunia fashion. Dia menyelesaikan pendidikannya selama empat tahun dan kembali ke Amerika untuk bekerja menjadi editor sebuah majalah fashion.

XXX

"Hmm, lezat seperti biasanya." ucap Yusaku saat makan malam, sebulan setelah kedatangan Shiho.

Hidangan malam itu adalah masakan Prancis yang dimasak oleh Shiho.

"Terima kasih, Paman." ucap Shiho sambil tersenyum.

"Bukankah ini sangat menyenangkan. Shiho-chan sudah kembali dan bulan depan Ran-chan juga akan tinggal di sini." ucap Yukiko.

"Ran-san akan tinggal di sini?" tanya Shiho sambil mengangkat alisnya.

"Ya, begitulah. Kau tahu kan, Ran-chan sedang hamil tua. Dua bulan lagi dia akan melahirkan. Sementara Shin-chan sedang sibuk mengejar mafia, entah apa itu namanya, jadi untuk melindungi Ran-chan, Shin-chan menitipkan Ran-chan di sini sampai melahirkan." jawab Yukiko.

"Sepertinya Kudo-kun tidak pernah berubah. Walaupun istrinya sedang hamil tua, dia tetap saja mengejar penjahat. Pasti berat punya suami seperti dia." ucap Shiho sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Karena itu kami melarangmu berhubungan dengan dia." ucap Yusaku dengan memberi penekanan pada kata dia.

"Ya, itu benar. Kau sudah kami anggap sebagai putri kami sendiri. Kami tidak mau kau mendapatkan orang yang dingin dan kasar seperti dia. Apalagi profesinya juga sangat berbahaya." ucap Yukiko.

Shiho hanya menghela nafas mendengar nasehat orang tua angkatnya itu tentang kekasihnya. Sejak Shiho memperkenalkan kekasihnya itu di bandara, orang tua angkatnya ini sudah menunjukkan tanda-tanda tidak suka pada kekasihnya. Namun tentu saja mereka tidak bisa disalahkan, mengingat kekasihnya itu mempunyai penampilan dan kepribadian yang tidak biasa. Dia selalu memakai pakaian berwarna gelap, selalu berwajah sinis, kata-kata yang keluar dari mulutnya juga sinis, arogan dan tidak punya sopan santun, pokoknya bukan tipe menantu idaman para orang tua. Selain itu, kekasihnya ini juga terkait dengan masa lalu Shiho yang kelam. Shiho sendiri juga tidak mengerti kenapa dia bisa jatuh cinta padanya walaupun dia tidak pernah ragu bahwa dia benar-benar mencintai kekasihnya itu.

"Dimana dia sekarang?" tanya Yusaku.

"Afrika. Menyelidiki jaringan perdagangan senjata ilegal." jawab Shiho.

"Lihat kan, bagaimana mungkin kami mengijinkanmu menikah dengannya. Pokoknya kau harus segera mengakhiri hubunganmu dengannya." ucap Yukiko yang langsung mendapatkan anggukan persetujuan dari Yusaku.

"Ya, ya. Aku tahu. Tapi aku yakin dia akan berubah. Jadi aku harap Paman dan Bibi mau memberinya kesempatan, oke?" ucap Shiho.

Yusaku dan Yukiko hanya bisa menghela nafas. Lalu mereka bertiga mulai membicarakan hal-hal lain sambil meneruskan makan malam mereka.

XXX

Mereka bertemu di Paris. Saat itu Shiho sedang duduk sendirian memandangi laut. Di tangannya ada sebuah buku. Kemudian Shiho membuka buku itu dan mengambil foto yang ada di dalamnya. Air matanya mulai mengalir. Foto itu adalah foto orang yang sudah dianggapnya sebagai ayahnya sendiri. Air matanya mengalir semakin deras karena mengingat bahwa dia belum sempat memanggilnya ayah. Belum sempat mengatakan padanya betapa dia sangat menyayanginya. Tiba-tiba ada orang yang duduk di sebelahnya. Shiho segera menghapus air matanya dan bangkit berdiri namun orang itu menahannya sehingga dia terduduk kembali. Shiho langsung menoleh ke orang itu dengan wajah marah dan tatapan membunuh namun ekspresi wajahnya langsung berganti menjadi terkejut setelah melihat orang itu.

"Kau?" ucap Shiho. Yang dilihatnya adalah Shuichi Akai.

"Semua wanita sama saja. Mereka suka sekali menangis." ucap Shuichi sinis.

"Lalu apa urusannya denganmu?" tanya Shiho sinis.

"Wanita yang menangis itu merepotkan laki-laki dan aku adalah laki-laki." jawab Shuichi.

Shiho hanya menatap Shuichi dengan tatapan seperti sedang melihat orang gila kemudian dia bangkit berdiri namun Shuichi menahannya lagi sehingga dia terduduk kembali.

"Apa yang kauinginkan?" tanya Shiho kesal.

"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu." jawab Shuichi kemudian dia berdiri di hadapan Shiho dan melakukan pertunjukan sulap yang semuanya berakhir dengan kegagalan.

Shiho menonton pertunjukan Shuichi dengan wajah tanpa ekspresi.

"Apa sih yang coba dilakukannya." pikir Shiho.

"Hmm, sepertinya aku memang tidak berbakat." ucap Shuichi sambil duduk kembali di samping Shiho setelah menyelesaikan pertunjukan sulap gagalnya.

"Kenapa kau lakukan itu?" tanya Shiho.

"Melakukan apa?" Shuichi balik bertanya.

"Kau dengan sengaja membuatnya gagal." jawab Shiho.

"Kau menyadarinya?" tanya Shuichi.

"Aku tidak bodoh." jawab Shiho.

"Sebenarnya aku mencoba menjadi badut. Aku selalu melakukannya di depan Jodie dan Akemi kalau mereka habis menangis agar mereka tertawa kembali. Tapi sepertinya tidak berhasil untukmu." ucap Shuichi.

"Err, jadi kau tadi berusaha membuatku tertawa, begitu?" tanya Shiho.

"Ya, begitulah." jawab Shuichi sambil mengangkat bahu.

Dan Shiho tertawa. Sudah lama sekali dia tidak tertawa lepas seperti ini. Shuichi memandangnya dengan tatapan bingung.

"Kenapa kau tertawa?" tanya Shuichi ketika Shiho sudah berhenti tertawa.

"Karena kau berusaha membuatku tertawa." jawab Shiho.

Shuichi masih memandang Shiho dengan bingung karena dia tidak mengerti dengan jawaban Shiho.

"Terima kasih, Rye. Aku harus pergi sekarang." ucap Shiho sambil bangkit berdiri.

"Aku akan ada di Paris sampai misiku selesai." ucap Shuichi datar.

"Minggu depan. Jam dan tempat yang sama." ucap Shiho kemudian melangkah pergi.

Dan Shuichi tersenyum. Benar-benar tersenyum, bukan senyum sinis yang biasa menghiasi wajahnya.

Setiap minggu mereka bertemu di tempat itu. Awalnya mereka selalu membicarakan Akemi lalu mereka mulai membicarakan hal-hal lainnya. Dan dalam pertemuan terakhir mereka di Paris sebelum Shuichi kembali ke Amerika, Shuichi mencium bibir Shiho. Pernyataan cinta yang cukup kasar, tapi apa boleh buat, Shuichi memang orang seperti itu. Shiho pun menerimanya dan mereka menjadi pasangan kekasih.

XXX

Suatu malam Shiho sedang sibuk mengedit bahan-bahan untuk majalahnya di depan laptopnya di kamarnya. Bahunya sedikit pegal karena sudah tiga jam lebih dia duduk di depan laptopnya. Tiba-tiba seseorang melingkarkan lengannya di bahu Shiho dan mencium pipinya.

"Apa kau tidak tahu yang namanya sopan santun, Rye?" tanya Shiho dengan wajah kesal.

"Bukankah kau sudah tahu dari dulu kalau aku memang tidak punya, Sherry?" jawab Shuichi.

Shiho menghela nafas.

"Bagaimana kau bisa masuk?" tanya Shiho.

"Kau membiarkan jendelanya terbuka." jawab Shuichi.

"Kalau tidak salah rumah ini dilengkapi dengan pintu." ucap Shiho.

"Memang, tapi aku pikir paman dan bibimu tersayang menginginkanku masuk lewat jendela, buktinya mereka selalu menatapku dengan rasa tidak suka ketika aku lewat pintu." ucap Shuichi.

Shiho tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tersenyum mendengar ucapan Shuichi.

"Kau tahu, kalau paman dan bibiku tahu kau menyelinap ke kamarku, mereka tidak akan pernah menerimamu untuk selama-lamanya." ucap Shiho.

"Kalau begitu jangan biarkan mereka tahu." ucap Shuichi.

Shiho kembali tersenyum sambil menyentuh dahinya dengan jari-jarinya seperti orang pusing.

"Lebih baik kau pergi sekarang. Aku sibuk sekali." ucap Shiho.

"Aku baru pulang dari Afrika dan kau menyuruhku pergi begitu saja?" tanya Shuichi dengan nada tidak percaya.

"Kita masih bisa bertemu besok." jawab Shiho.

"Aku harus ke Meksiko besok." ucap Shuichi sehingga membuat Shiho mengalihkan perhatiannya dari laptop ke Shuichi.

"Kau baru pulang dari Afrika dan kau akan ke Meksiko besok?" tanya Shiho sambil mengerutkan keningnya.

"Ya, dengan begitu aku bisa mendapatkan cuti selama sebulan setelah misi di Meksiko selesai sehingga kita bisa menghabiskan waktu bersama." jawab Shuichi.

"Ya sudah. Kita bertemu lagi kalau kau sudah pulang dari Meksiko." ucap Shiho sambil mengalihkan perhatiannya kembali ke laptop.

Shuichi melepaskan lengannya dari bahu Shiho dan menegakkan badannya. Shiho mengira Shuichi sudah menyerah untuk mendapatkan perhatiannya tapi ternyata dia salah besar. Shuichi mengangkat Shiho dari depan laptopnya kemudian duduk di tempat tidur Shiho dengan Shiho di pangkuannya. Lengannya melingkar kuat di pinggang Shiho sehingga Shiho tidak bisa melepaskan diri.

"Kau tahu kan, aku tidak akan pergi sebelum mendapatkan apa yang aku inginkan." ucap Shuichi.

"Memangnya apa yang kau inginkan?" tanya Shiho.

Shuichi tidak menjawab tapi malah mencium bibir Shiho.

"Jadi ini yang kau inginkan?" tanya Shiho setelah Shuichi mengakhiri ciumannya.

"Sebenarnya aku menginginkan lebih." ucap Shuichi santai.

"Yah, maaf membuatmu kecewa tapi kau hanya bisa mendapatkannya kalau kita sudah menikah." ucap Shiho.

"Kalau begitu kapan kita menikah?" tanya Shuichi.

"Kalau paman dan bibiku sudah menerimamu dan mengijinkanmu menikahiku." jawab Shiho.

"Kalau begitu kapan paman dan bibimu menerimaku dan mengijinkanku menikahimu?" tanya Shuichi lagi.

"Lho, bukankah itu terserah padamu. Kau yang harus mengusahakannya." jawab Shiho.

Shuichi menghela nafas.

"Kau tahu, betapa inginnya aku membawamu lari dari sini." ucap Shuichi.

"Dan kau tahu aku tidak ingin kau membawaku lari dari sini karena itu artinya kau laki-laki pengecut." ucap Shiho.

"Yeah, kau benar." ucap Shuichi.

"Sekarang, bisakah kau lepaskan aku. Pekerjaan sudah menungguku." ucap Shiho.

Mendengar ucapan Shiho, Shuichi menjadi emosi. Padahal mereka sudah lama tidak bertemu tapi Shiho malah bersikap dingin padanya. Sepertinya Shiho tidak merindukannya sama sekali padahal dia sendiri rindu setengah mati pada Shiho. Sepertinya Shiho lebih mementingkan pekerjaannya daripada dirinya.

"Sherry, bisakah kau... apa kau tidak tahu kalau... argh... persetan dengan pekerjaanmu!" ucap Shuichi emosi kemudian mencium bibir Shiho lagi.

Memang hanya Shiho yang bisa membuat Shuichi yang dingin dan tanpa emosi menjadi OOC.

"Aku juga sangat merindukanmu, Rye." gumam Shiho dalam hati sambil menikmati ciumannya.

XXX

"Aku pulang." ucap Shiho setelah masuk ke dalam rumah. Saat itu hari sudah sore.

Sesampainya di ruang keluarga, Shiho langsung disambut oleh Yukiko yang kelihatan sangat senang.

"Lihat siapa yang datang." ucap Yukiko ceria sambil menunjuk ke arah sofa.

"Ran-san? Apa kabar?" ucap Shiho sambil menghampiri Ran yang sudah berdiri kemudian mereka bercipika-cipiki sebelum Ran menjawab.

"Aku baik-baik saja. Kau sendiri bagaimana?" jawab Ran sambil balik bertanya.

"Aku juga baik-baik saja. Sebelumnya, aku minta maaf karena aku tidak bisa datang ke pernikahan kalian karena saat itu aku sedang menghadapi ujian di Paris." ucap Shiho.

"Tidak apa kok. Terima kasih untuk kadonya. Aku dan Shinichi sangat menyukai kado yang kau kirim." ucap Ran.

"Benarkah? Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong, dimana Kudo-kun?" tanya Shiho.

Shiho bisa melihat bahwa Ran sedikit muram setelah mendengar pertanyaannya barusan walaupun dia tetap tersenyum.

"Shin-chan tidak ikut. Dia tetap tinggal di Jepang." Yukiko yang menjawab dengan kesal.

"Tidak ikut? Lalu Ran-san kesini dengan siapa?" tanya Shiho bingung.

"Tadi Shinichi mengantarku sampai bandara Narita lalu ibu menjemputku di bandara Los Angeles." jawab Ran.

"Apa? Dasar si bodoh itu. Seharusnya kau memberinya sedikit pelajaran kalau dia seenaknya begitu." ucap Shiho sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Ah, tidak begitu. Soalnya dia sudah mengejar mafia itu selama berbulan-bulan makanya dia tidak bisa melewatkan petunjuk yang baru didapatkannya." ucap Ran.

Shiho hanya memandang Ran dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan.

"Dia benar-benar Angel." pikir Shiho.

"Ah, lebih baik aku mulai menyiapkan makan malam." ucap Shiho.

"Aku akan membantumu." ucap Ran.

"Tidak usah repot-repot. Bibi bilang padaku kalau kau menderita hipertensi ringan jadi kau tidak boleh terlalu capek, ya kan?" ucap Shiho.

"Shiho-chan benar, Ran-chan. Kau harus banyak istirahat." ucap Yukiko.

"Baiklah kalau begitu." ucap Ran sedikit kecewa.

Shiho pergi ke kamarnya untuk berganti baju lalu pergi ke dapur sementara Yukiko dan Ran tetap tinggal di ruang keluarga.

Selama makan malam, Ran mulai mengamati Shiho dengan lebih seksama. Yah, tadi adalah pertemuannya yang pertama dengan Shiho secara langsung. Dia hanya pernah bicara melalui telepon dengan saudara angkat Shinichi itu. Ran merasa Shiho terlihat sangat familiar walaupun dia belum pernah bertemu dengannya sebelumnya. Shiho juga terlihat sangat cantik dengan rambut pendeknya yang berwarna coklat kemerahan itu. Selain itu, gaya berpakaiannya juga anggun. Yah, mungkin karena Shiho bekerja sebagai editor majalah fashion. Lalu masakannya juga enak.

"Laki-laki yang jadi suaminya nanti benar-benar beruntung." pikir Ran.


Catatan Penulis :

Buat yang belum nonton film-nya, silahkan ditebak sendiri plotnya karena aku nggak mau ngasih spoiler. He he he.

Oh ya, kemungkinan besar judulnya nggak nyambung sama ceritanya karena aku nggak tahu mau ngasih judul apa. Maaf ya.

Ada beberapa pembaca yang komplain soalnya aku nulis ShinShi terus tapi pada akhirnya tetep aja aku nulis ShinShi lagi. Sigh.

Kalau mau baca pairing lain yang kubuat, coba baca Demi Waktu Jilid Dua deh. Nanti kalau aku sudah dapat inspirasi, aku akan menulis Jilid Tiga-nya.

Jangan lupa komen ya!