Disclaimer :

-All Naruto Chara inside is belong to Masashi Kishimoto

-The Story is belong to Ayame Yumi

Warning :

-Sasori dalam cerita ini warna matanya biru bukan coklat.

-OOC, TYPO, Gaje, DLDR

-Apabila masih banyak kekurangan mohon dimaklumi.

.

.

Enjoy Reading minna-san~

.

.

.

.

The Story of The Second Heir

"Dasar anak tak berguna!"

PLAK!

Sebuah tamparan mendarat dengan mulus di pipi seorang pemuda yang memiliki surai rambut berwarna merah.

"Kizashi! Jangan kasar padanya" mohon seorang wanita berambut pirang sambil memegangi lengan pria yang barusan menampar pemuda berambut merah tadi.

"Semua ini juga karena kau yang terlalu memanjakannya, jika kau tidak memanjakannya tentunya dia tidak akan seperti ini!" bentak pria bernama lengkap Haruno Kizashi sambil memandang mata emerald istrinya, Haruno Mebuki dengan penuh amarah di wajahnya yang sudah menampakkan sedikit kerutan pertanda usianya yang sudah tak lagi begitu muda.

"Jangan membentak kaa-san, tousan! Dan ini adalah jalan yang kupilih, sejak awal aku tidak menyukai menjalani bisnis layaknya ayah, aku lebih suka berada di dunia musik, aku lebih bisa mengekspresikan apa yang aku inginkan. Jujur saja, selama ini aku benci diatur oleh ayah dan para orang tua menyebalkan yang ada di perusahaan, ak-"

PLAK!

Satu tamparan kembali mendarat di pipi pemuda bernama lengkap Haruno Sasori. Tanpa ada rasa takut di mata sapphirenya ia memandang mata sang ayah yang memiliki warna yang sama dengan miliknya.

"Tampar terus aku Tou-san! Tampar sampai kau puas! Oh aku lupa, kau tak pernah puas menamparku, kau-"

"Berhenti Sasori jangan diteruskan!"seru Mebuki dengan air mata berlinang, ia menatap putra sulungnya itu dengan tatapan memohon.

"Benar kata kaa-sanmu. Apapun yang akan keluar dari mulutmu tidaklah lagi penting bagiku. Kau tidak mau mengikuti apa yang telah aku tentukan untukmu? Baiklah tak apa. Kau boleh mengikuti apa keinginanmu, pergilah dan jangan kembali ke rumah ini lagi! Dan jangan bawa apapun yang telah tou-san berikan padamu"ucap Kizashi dengan suara bergetar menahan amarah dan kesedihan.

Sasori dan Mebuki terbelalak kaget. Namun, Sasori lebih cepat menguasai dirinya. Ia mengeluarkan Handphonenya, lalu dompet beserta kunci mobil sportnya. "Baiklah, akan kubuktikan pada tou-san, walaupun aku hanya berbekalkan pakaian yang aku pakai kini itu tak masalah bagiku. Suatu saat nanti aku akan kembali dengan bangga ke hadapan tou-san sebagai orang yang bisa sukses di dunia yang dianggap sebelah mata oleh tou-san"

Sasori berjalan mendekati Mebuki dan memeluknya. "Kaa-san jangan menangis, aku berjanji akan kembali, kaa-san doakan saja aku agar sukses di dunia yang aku pilih ini kaa-san, aku sangat membutuhkan dukunganmu"

Mebuki memeluk erat Sasori , ia tak sanggup berkata-kata. Sebagai seorang istri, Mebuki tidak bisa berbuat banyak untuk mengubah keputusan suaminya.

Mata sapphire Sasori tak sengaja melirik sosok gadis kecil yang ada di balik dinding yang tak jauh dari tempat mereka bertiga berdiri. Ia melepas pelukan kaa-sannya lalu melangkah menghampiri gadis kecil yang sedang menangis itu.

"Saku kenapa menangis ?" tanyanya dengan lembut seolah tak terjadi apa-apa.

"Hiks... Sa-Saso-nii jangan hiks... tinggalin Saku" ucap gadis kecil itu dengan sesegukkan.

"Saso-nii harus pergi Saku, ini adalah jalan yang nii-chan pilih. Tapi nii-chan janji akan kembali suatu saat nanti" jelasnya sambil mengelus surai merah muda adik kesayangannya itu.

Ketika gadis kecil itu baru membuka mulutnya, tiba-tiba tubuhnya terasa melayang.

"Cepat pergi dari sini!" bentak Kizashi yang tengah menggendong gadis kecil bernama lengkap Haruno Sakura.

Sasori terdiam sebentar. Lalu ia membungkuk hormat dan berjalan pergi. Ia tak melirik kedua orang tuanya dan adik semata wayangnya yang menangis kencang dengan tangannya yang berusaha menggapai-gapai Sasori..

Blam!

Suara debuman pintu terdengar cukup keras, menandakan bahwa pada hari itu mereka telah kehilangan satu sosok keluarga yang pergi untuk menjalani pilihannya sendiri. Demi keegoisan dan kepuasan dirinya sendiri, tanpa berpikir bahwa akan ada sosok lain yang begitu ia cintai yang akan merasakan akibat dari kepergiannya. Bahkan lebih buruk daripada yang dialami olehnya sebelumnya hingga membuat sosok itu menjadi sosok yang benar-benar berbeda.

Haruno Sakura. Yang pada saat itu baru berusia 8 tahun, mau tidak mau harus menerima pendidikan keras dari ayahnya. Ia disekolahkan di Amerika. Hidupnya tidak seperti anak sebayanya yang lain. Di saat banyak anak menghabiskan waktu untuk bermain, ia menghabiskan waktunya mendapatkan privat tentang bisnis dari sekretaris ayahnya. Di saat beberapa anak mendapatkan dongeng sebangai penghantar tidur, ia malah diberi doktrin tentang bisnis. Ia termasuk gadis yang sangat jenius. Di usianya yang baru 20 tahun saja dia sudah menyelesaikan S2 di Harvard University jurusan bisnis sebagai mahasiswa dengan nilai terbaik dan mendapatkan gelar kehormatan summa cum laude.

Haruno Sakura dulunya adalah gadis yang begitu polos dan manis. Kini di usianya yang sudah 21 tahun, ia menjelma menjadi gadis yang lebih pendiam, ia berbicara seperlunya dan biasanya itu untuk urusan pekerjaan. Bahkan dengan keluarganya sendiri ia berbicara apabila ditanya.

Tidak ada lagi senyum ceria di wajah sang gadis Haruno, yang ada hanya ekspresi datar. Senyum yang kini tersungging di bibirnya hanyalah senyuman palsu atau sebuah seringai kemenangan. Tidak ada lagi mata emerald berbinar-binar yang ada hanyalah sorot mata yang dingin. Haruno Sakura telah berubah 180 derajat dan itu terjadi atas keegoisan pria yang selalu menjadi panutan hidupnya dari dulu.

-o-

Haruno Sakura kini tengah memandang ke arah pemandangan kota Seattle dari kaca transparant yang ada di ruangannya. Rapat yang baru selesai dijalaninya beberapa menit lalu membuatnya sedikit pusing, dan dengan berdiri dan memandang indahnya kota Seattle membuatnya merasa cukup tenang.

Tok tok tok

"Come in," ucapnya sambil membalikkan badannya menghadap pintu yang telah memunculkan seorang pria berambut silver dengan kaca mata bulat yang menghiasi matanya.

"Oh Kabuto, apakah semuanya sudah beres ?" tanya Sakura to the point.

"Iya nona. Pesawat anda akan take off besok, tepatnya jam setengah empat," lapornya.

"Baiklah, terima kasih Kabuto," ucap Sakura.

"Baiklah Nona, oh ya Tuan Uchiha sedang menunggu anda di depan," Balas Kabuto

"Suruh dia masuk," perintah Sakura

"Baik," ucap Kabuto. Lalu ia membungkukkan badan dan berbalik keluar.

Tak lama sesosok pria lain kembali muncul, bedanya kali ini pria yang muncul memiliki rambut hitam kelam.

"Kau akan pulang besok Sakura ?" tanya pria itu.

"Iya, kalau tidak salah kau juga akan pulang besok kan ?" tanya Sakura, memastikan.

"Iya, aku tak sabar ingin bertemu kedua orang tuaku dan otouto menyebalkan itu" ucapnya dengan senyum bahagia ketika mengingat keluarganya yang berada di Jepang.

"Hn"

"Oh ya besok kau berangkat bersamaku saja, kebetulan pesawat kita sama, well sebenarnya aku sengaja membuatnya sama, bahkan kita duduk bersebelahan" ujarnya dengan cengengesan.

"Hn, baiklah"

"Kau ini 'Hn' terus, persis seperti baka otouto, apa tidak ada kata-kata lain ?" tanya Itachi jengkel.

"Aa"

"Ck, otoutoku juga menjawab seperti itu ketika kuajukan pertanyaan yang sama. Mungkin kalian berjodoh" ucap Itachi.

"Cih, lebih baik kau keluar jika tidak ada yang mau dibicarakan, aku butuh waktu sendiri" ucap Sakura ketus.

"Iya iya, baikah nona direktur yang terhormat" ucapnya setengah mengejek lalu mengambil langkah seribu sebelum terkena pukulan 'manisdari seorang Haruno Sakura.

-o-

Sebuah mobil sport merah memasuki pekarangan rumah mewah yang dipintunya terdapat simbol uchiwa ciri khas keluarga Uchiha. Seorang pemuda yang memakai almameter berlabelkan lambang Konoha University di dada bagian kanan blazer coklat batanya keluar dari mobil sport tersebut.

"Tadaima" ucapnya ketika memasuki ruang utama di rumah yang bak istana itu.

"Okaeri Sasu-kun" sambut seorang wanita paruh baya yang tengah tersenyum hangat ke arahnya, Uchiha Mikoto.

"Hn"

"Mandi dan ganti bajumu Sasu-kun, kau kelihatan kotor sekali"

"Ha'i"

Beberapa menit kemudian Sasuke turun untuk menonton TV bersama ibunya. Di rumah itu mereka hanya memiliki 1 buah TV, Mikoto sengaja meminta suaminya untuk menyediakan hanya 1 buah TV, well alasannya karena dia ingin menikmati waktu menonton bersama keluarganya, kebahagiaan yang sederhana.

"Ne Sasu-kun lusa pagi kau sibuk tidak ?" tanya Mikoto.

"Kurasa tidak" jawab Sasuke.

"Kalau begitu bisa tidak kau menjemput nii-sanmu ? Katanya sih dia sampai di Jepang jam setengah 6 pagi, tapi dia bilang jemput saja jam 6" jelas Mikoto.

"Aa" jawab Sasuke singkat.

"Ah... Sudah lama sekali Itachi tidak kembali, dia begitu sibuk" ucap Mikoto.

"..." Sasuke hanya diam mendengarkan, tidak ada niatan untuk membalas ucapan ibunya.

"Oh ya... kudengar dia besok akan kembali dengan anak bungsunya keluarga Haruno, siapa ya namanya ? Sakuya ? err... Tayuya... arghhh... Kaa-san lupa" kesal Mikoto.

"Kaa-san memang sudah tua" ledek Sasuke sambil terkekeh kecil.

Mikoto memukul bahu Sasuke main-main. "Dasar anak nakal"

-o-

Sebuah coffeeshop yang cukup besar yang berada di pinggir jalan Tokyo terlihat cukup ramai dikunjungi oleh berbagai kalangan, kebanyakan adalah kalangan pelajar yang ingin menghabiskan waktunya untuk belajar kelompok, maupun bersantai bersama teman-teman mereka setelah melalui hari yang penat di sekolah mereka masing-masing.

"Sasori!" Panggil seorang pemuda berambut oranye yang bername tag Yahiko kepada seorang pemuda berambut merah yang baru saja mengantarkan pesanan ke seorang pelanggan. Ia memberi kode kepada Sasori, pemuda Haruno yang diberi kode itu segera meletakkan nampan yang tadi dibawanya lalu naik ke atas panggung yang sudah dipersiapkan peralatan band, masing-masing alat musik telah diisi oleh beberapa orang yang sepertinya juga merupakan pelayan di coffeeshop tersebut.

"Selamat siang para pengunjung Akatsuki's Coffeeshop, pada kesempatan kali ini Akatsuki band akan mempersembahkan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Motohiro Hata yang berjudul Toumei Datta Sekai, selamat menikmati" ucap Sasori tak lupa disertai senyuman manis diwajah baby facenya yang membuat beberapa pengunjung wanita berdecak gemas melihatnya.

Kemudian merekapun mulai memainkan lagu tersebut, genre musik yang dipilih membuat mood para pengunjung meningkat, mengingat lagu ini cukup energik dan emosional.

Setelah lagu selesai dimainkan hampir semua pengunjung memberikan applause penampilan Akatsuki Band, bahkan ada yang berstanding applause bahkan ada juga jeritan genit dari para wanita ketika melihat band cafe idola mereka selesai menyanyikan lagu.

"Arigatou gozaimasu minna-san, selamat menikmati hidangan kalian dan jangan lupa untuk terus mampir ke cafe kami apabila ada kesempatan" ucap Sasori sebagai penutup untuk penampilan singkat mereka.

"Tadi itu bagus sekali, sekarang kalian beristirahatlah dibelakang sebentar" ucap Yahiko, pemilik coffeeshop tersebut.

Ketika teman-temannya yang lain lebih memilih beristirahat, Sasori lebih memilih untuk membaca sebuah majalah langganannya yang selalu memuat tentang pengusaha-pengusaha sukses dunia. Well, Sasori memang tidak menyukai hal-hal berbau bisnis seperti yang dimuat dalam majalah itu, ia hanya ingin melihat perkembangan perusahaan Haruno Corp yang kini dikelola oleh adik bungsunya tercinta, Haruno Sakura.

Sasori membaca dengan begitu seksama sampai tidak menyadari bahwa Yahiko telah berada di sebelahnya.

"Sakura-chan memang hebat. Di usianya yang cukup muda ia sudah bisa bersaing dengan pengusaha terkemuka di dunia" ucap Yahiko.

"Iya" Sasori tersenyum tulus. Ia memperhatikan dengan lekat foto adiknya yang tengah berada di tengah-tengah wartawan. Banyak yang berubah dari gadis itu. Gadis yang dulu begitu manis dan polos kini terlihat seperti gadis yang terlihat arrogant dengan wajah tanpa ekspresinya. Di dalam hati Sasori meringis, ia tahu penyebab hilangnya senyum yang dulunya sering terkembang di bibir pink imoutonya. Dulu setelah Sasori pergi ia tetap bisa mengamati perkembangan adiknya dengan bantuan sekretaris tou-sannya yang menjadi mentor Sakura.

"Kapan dia akan kembali ke Jepang lagi ?" tanya Yahiko. Beberapa tahun lalu Sakura sempat kembali ke Jepang untuk merayakan anniversary Haruno Corp. Saat itu atas bantuan Ayah Yahiko, Sasori dapat menyusup masuk untuk menghadiri acara itu. Kebetulan Ayah Yahiko merupakan salah satu kolega bisnis Haruno Corp. dan ia juga mengenal baik Sasori mengingat Sasori sempat memimpin perusahaan Haruno selama beberapa tahun, jadi ia dengan sukarela membantu putra sulung Haruno tersebut untuk dapat melihat adiknya sedikit lebih dekat lagi.

"Kudengar dari paman Inoichi ia akan kembali lusa, dan menurut informasinya tou-san akan menyuruh Sakura menetap di Jepang untuk mengurusi pusat perusahaan Haruno Corp. Katanya sekarang ia ingin bersantai dan melihat perusahaan Haruno berkembang di tangan Sakura" jelas Sasori.

"Well, setidaknya dia di Jepang dan kau memiliki kemungkinan cukup besar untuk sering mengawasinya dari kejauhan" ucap Yahiko.

"Ya, kau benar"

"Jam berapa dia sampai di Jepang ? Apakah ada yang menemaninya pulang ?" tanya Yahiko

"Jam setengah enam pagi, dia pulang bersama Itachi" jawab Sasori.

Yahiko tersentak, namun kemudian ia tersenyum. "Aku merindukan si keriput itu"

Sasori terkekeh. "Aku juga"

"Kurasa ia akan semakin keriput gara-gara mengurusi perusahaan Uchiha, mungkin kerutannya akan melebihi paman Fugaku" seru Yahiko yang kemudian disusul tawa dari keduanya.

-o-

Di salah satu pekarangan rumah elite terlihat sepasang pria dan wanita paruh baya yang tengah duduk sambil menikmati teh mereka.

"Menurutmu apakah tidak apa-apa jika diumurnya yang masih muda ini kau sudah melimpahkan seluruh kekuasaanmu kepadanya ?" tanya wanita bernama Mebuki tersebut.

Kizashi sedikit menyeruput tehnya lalu meletakkannya di meja kayu yang berada di tengah-tengah mereka. "Ia memang mudah, namun dia begitu cemerlang. Selama beberapa tahun sejak ia mulai menjadi direktur di perusahaan cabang Amerika ia menunjukkan begitu banyak perkembangan, dia brilliant jadi kau tak perlu terlalu khawatir,"

Mebuki mengangguk, kemudian ia melihat ke atas langit."Aku sampai sekarang tidak menyangka gadis kecilku sekarang sudah tumbuh dewasa dan sebentar lagi akan menjadi Presdir di Haruno Corp."

Kizashi melakukan hal yang sama dengan Mebuki. "Iya, dia tumbuh menjadi anak yang sangat melampaui harapanku, tidak seperti bocah merah itu" wajahnya yang tadi mengukir senyuman, seketika berubah menjadi masam ketika mengingat anak sulung yang dulu begitu diharapkannya dapat menjadi penerus bisnis keluarga pergi begitu saja meninggalkan rumah beberapa tahun silam.

"Aku tau kau tidak bisa melupakan apa yang terjadi beberapa tahun lalu, namun sebaiknya sekarang kita berharap agar apapun jalan yang Sasori pilih ia akan dapat hidup bahagia dan berkecukupan. Bagaimanapun ia tetaplah anak kita, sebagai orang tua yang kita bisa lakukan sekarang adalah mendoakannya" nasehat Mebuki beserta senyum manis andalannya yang dulunya menakhlukkan hati beku Kizashi ketika dibangku kuliah.

Kizashi mengelus surai pirang istrinya yang beberapa helainya telah berubah warna, mempertandakan usianya yang tak lah lagi muda.

"Kau benar, maafkan aku" ucap Kizashi. Sebagai sosok ayah walaupun ia merasa sangat kecewa dengan Sasori tapi jauh dilubuk hatinya ia menyesali karena dulu tidak mencegah kepergian Sasori, alhasil karena tak mau kehilangan satu buah hatinya lagi ia begitu menjaga Sakura, ia mendidik keras Sakura, ia tidaklah lagi memanjakan Sakura seperti sebelum kepergian Sasori. Ia tidak mau perhatian berlebihan maupun kebebasan yang ia berikan kepada anaknya malah membuat anak gadisnya itu pergi di kemudian hari, seperti kakak laki-lakinya.

"Oh ya Kizashi, aku sangat merindukan Mikoto, aku tak sabar ingin mengunjunginya ketika makan malam lusa" ucap Mebuki.

"Kaliankan baru saja tidak saling jumpa sekitar 2 minggu, jangan berkata seolah-olah kalian sudah tidak berjumpa selama bertahun-tahun" ketus Kizashi.

"Hahahaha... tapi Mikoto itu orangnya ngangenin" seru Mebuki sambil tersenyum lebar mengingat Mikoto, sahabat lamanya sejak dibangku SMA.

Kizashi mengacak rambut istrinya dengan gemas yang menuai protes dari sang empunya rambut.

-o-

Di sebuah ruangan bawah tanah bernuansa gelap terlihat sebuah sosok yang terlihat memiliki rambut panjang, sepertinya sosok itu adalah laki-laki jika dilihat dari postur badannya yang cukup lebar. Ia terlihat sedang menerima telepon. Di tengah kegelapan yang menyelimuti ruangan tersebut samar-samar terlihat pria yang memiliki kulit pucat itu menyeringai kejam.

"Itu kabar bagus. Sebaiknya kau tetap jaga kepercayaannya dan ketika waktunya tiba kita hancurkan dia." Ujarnya dengan suara mendesis seperti ular.

"Baiklah Tuan, sekarang aku tutup dulu telfonnya karena dia memanggilku keruangannya" ujar sebuah suara dari telfon yang dipegang pria itu.

Setelah terdengar bunyi pertanda sambungan telah terputus ia meletakkan handphonenya di meja kayu miliknya. Seringainya makin melebar.

"This is the beginning, bersenang-senanglah selagi kalian memiliki kesempatan" gumamnya pelan.

~TBC~

[REVISED : 7/8/2016]

Author's Note (Tolong luangkan sedikit waktu kalian untuk membaca ini) :

Keep Or Delete ? I really need your opinion for this!

Sebenernya Ayame nekat banget buat nge-post cerita ini di FFN, Ayame sadar banget kalau masih banyak typo bertebaran, penulisan atau deskripsi yang kurang enak di baca, dan kekurangan lainnya. Sebenernya Ayame udah ngetik cerita ini sampai chapter 5, sempat ada keinginan buat ngapus cerita ini, karena merasa gak pede sendiri sama nih cerita.

Jadi Ayame mohon banget sarannya ya para readers yang baik~ Sekalian kalau ada yang bersedia buat ngoreksi cerita yang udah aku buat, PM aja, butuh banget saran-saran sebelum nge-publish cerita.

Ayame gak terima flame dalam bentuk apapun, karena Ayame gak berminat buat jadi korban Cyber Bullying.

Ok, cukup cuap-cuapnya, Mind to give me a review *wink*

p.s : Maaf kalau judul gak sesuai isi cerita. Maaf juga kalu terlalu pendek. dan Maaf untuk segala kesalahan dalam fic ini. Maklum saya masih newbie