Summary : Senna lari dari rumah karena tidak ingin dijodohkan dengan putra kurosaki. Karena itu, Rukia harus menggantikan Senna….R&R please…^^
Author: Juzie chan
Disclaimer : Om Kubo lah...Author cuma minjam tokoh om Kubo hingga batas waktu yang terhingga
Pairing : IchiRuki, slight IchiSena, RukiRen, ByakuRuki (ini mudah-mudahan enggak...)
Warning! : banyak Typo, AU, OOC, EYD tidak sesuai, Gaje, Jayus, penuh kenistaan, membosankan, dan segala kekurangan-kekurangan yang lainnya.
Oh, ya...
Salam kenal semua ya...Juzie adalah author baru belajardan tidak berpengalaman di dunia fanfiction. mohon dimaklumin ya sodara-sodara jika story yang Juzie buat sangat sangat tidak mengundang selera tapi kalau ada yang R&R Juzie akan sangat berterima kasih...
Mohon bimbingannya...
CH 1
Love in Hueco Mundo
Lama ketiga pria nampak duduk berbincang di sebuah café espada. Ditemani oleh minuman dan music jazz ditambah dengan cahaya remang-remang yang menjadi cirri khas café tersebut. Jumlah pengunjung café tersebut memang tidak banyak dan yang cukup meramaikan café itu adalah sekelompok gadis yang bisa dikatakan para gadis royal yang duduk lumayang jauh dari ketiga pria itu.
Ketiga pria itu, mungkin lebih tepatnya dua di antara ketiga pria itu sangat serius berbincang mengenai berbagai hal karena seorang yang lainnya malah memperhatikan salah satu gadis dari kelompok gadis royal itu sambil meneguk minumannya. Dia, pria berambut orange, bernama Ichigo Kurosaki tersenyum sendiri ketika melihat tingkah gadis berambut ungu yang menurutnya lucu, pria itu bahkan tidak bisa melepaskan pandangannya ke gadis cantik itu.
"Jadi, bagaimana menurutmu, Kurosaki?" tanya grimjow tiba-tiba. Pria berambut biru dan bermuka sangar itu mengerutkan keningnya ketika mendapati kawan yang dia ajak bicara daritadi malah memperhatikan yang lain.
"Kurosaki, Hei!" tegurnya dan sukses mengalihkan perhatian kurosaki.
"Hah? ada apa?" tanya ichigo sedikit bingung.
Grimjow menepuk jidatnya. "Astaga kurosaki! Daritadi aku bicara denganmu panjang lebar. Jadi daritadi apa yang kamu perhatikan?"
"Oh, maaf." Kata ichigo dengan entengnya.
Grimjow hanya menggeleng-gelengkan kepalanya melihat kelakuan teman yang benar-benar tidak merasa bersalah sedikitpun.
Pria lainnya, berkacamata dan berambut hitam bernama ishida mencoba cari tahu sebenarnya apa yang menjadi perhatian sahabatnya. Ia pun melemparkan pandangannya ke arah pandangan ichigo sebelumnya. Melihat sekelompok gadis-gadis itu ishida mengerti betul apa yang dipikirkan sahabatnya itu. Ichigo memang tipe pria yang mudah mengagumi kecantikan seorang gadis. Jika ichigo sudah tertarik dengan seorang gadis maka pikirannya akan terus tertuju ke gadis itu. Ishida sangat tahu betul itu.
Ishida lalu memperbaiki letak kacamatanya yang sebenarnya tidak salah "Apa kau mengenal salah satu dari mereka, Kurosaki?"
"Mereka?" Grimjow merupakan kebalikan dari Ichigo, ia tidak begitu suka memperhatikan wanita, tapi bukan berarti Grimjow tidak menyukai wanita, hanya saja tingkat kesadarannya lebih tajam dibanding Ichigo.
"Para gadis itu…" jawab Ishida memperjelas.
Grimjow lalu melemparkan pandangannya ke sekelompok gadis itu, "Astaga….jadi, itu yang kamu lihat daritadi, Kurosaki?" serunya sambil tertawa mengejek.
Ichigo tidak menjawab, ia hanya menuangkan minuman di gelasnya lalu meneguknya.
"Sepertinya kau sudah lama menjomblo Kurosaki, kenapa kau tidak memperkenalkan dirimu dengan gadis-gadis di sana?" ujar Ishida.
Grimjow masih tertawa, "jangan bilang kamu malu, Kurosaki?"
"Aku tidak malu," sahut Ichigo.
"Kalau begitu cepat buktikan!" tantang Grimjow masih disertai tawa.
Ichigo meneguk minumannya sekali lalu beranjak ke arah gadis-gadis itu. Melihat kelakukan Ichigo yang sepertinya tidak main-main menanggapi tantangan Grimjow, mungkin karena pengaruh alkohol juga Ichigo bertingkah demikian, Ishida dan Grimjow terbegong-bengong, tidak percaya bahwa Ichigo benar-benar akan mendatangi gadis-gadis itu, padahal Grimjow tadinya cuma bercanda menyuruh sahabatnya itu.
"Ishida, dia benar-benar melakukannya?" Grimjow belum bisa percaya.
Ishida hanya memperhatikan gerak gerik Ichigo, apakah temannya itu benar-benar akan memperkenalkan dirinya ke gadis-gadis itu.
Ichigo tetap melangkah ke arah sekelompok gadis itu, pandangannya terpusat ke gadis berambut ungu itu. gadis itu sedang tertawa bersama temannya, entah apa yang mereka bicarakan. Kini posisi ichigo tepat di belakang gadis cantik berambut ungu. Ichigo hendak bersuara tapi gadis itu tiba-tiba berdiri sambil memegang gelas minumannya kemudian berbalik dan ….
Byur…segelas minuman gadis cantik itu membentur dada bidang ichigo dan mengotori kemeja putih serta jas yang dikenakan ichigo. Ichigo, gadis itu beserta teman-temannya sangat terkejat, bahkan Ishida dan Grimjow yang memperhatikan dari kejauhan juga terkejut.
"Ma…maaf! aku tidak sengaja!" seru gadis itu panik dan cepat-cepat mengambil tissue dan mengelapnya di kemeja ichigo yang kotor. "ah….ini mesti dicuci…" gumam gadis itu. "aku pasti bertanggung jawab, biar aku yang membawanya untuk dicuci," tawar gadis itu.
"Tidak perlu." Ujar Ichigo, "kalau kau membawa pakaianku lalu aku pakai apa?"
"Oke, beritahu kau tinggal di hotel mana? biar besok pagi aku ambil pakaianmu."
"Senna, tadikan dia sendiri yang bilang tidak perlu," salah satu teman gadis berambut ungu itu berujar.
Jadi….namanya Senna, batin ichigo
"Aku tetap akan tanggung jawab, aku tidak suka merasa berutang sama orang asing"
Ternyata dia lumayang keras kepala juga. "Oke. kalau kamu memaksa. aku tinggal di hotel Arrancar. Besok pagi kita ketemu di lobi."
"Oke. Aku juga menginap di hotel Arrancar. Besok aku tunggu di lobi."
Ichigo lalu berbalik dan kembali bersama kedua temannya yang masih terbengong-bengong.
"Hei…kau benar-benar melakukannya, kawan!" seru Grimjow yang tidak bisa menahan tawanya. "tapi yang tadi itu sebenarnya kamu beruntung"
"memang," kata Ichigo percaya diri, "dan mungkin tidak lama lagi aku akan mendapatkan pacar."
Tawa Grimjow semakin menggelegar, Ishida hanya memperbaiki letak kacamatanya.
Gadis berambut ungu yang dikuncir dengan pita merah itu daritadi duduk sendiri di sofa lobi hotel sendirian menunggu pria berambut orange yang ia temui kemarin di café. Gadis itu bernama Senna. Dari tadi ia terus-terus melirik jam tangannya dan menggeruti karena pria yang ia tunggu-tunggu daritadi tidak juga nampak.
"Lama sekali si rambut orange itu!" gerutu Senna, "kalau tahu begini aku tidak perlu bersikeras bertanggung jawab segala, lagipula….dia sendiri yang tiba-tiba muncul di belakangku jadi, aku tidak sepenuhnya salah kan!" Senna lalu mendesah "yang lain pasti sedang bersenang-senang di pantai, bodohnya aku menolak tawaran mereka tadi."
Gadis itu terus-terusan mengeluh dan menggerutu sendiri hingga tidak sadar di kejauhan Ichigo sedang mengamatinya. Ia sengaja membuat gadis itu lama-lama menunggunya. Ichigo tertawa menyeringai sambil memperhatikan gadis cantik itu. Baginya gadis itu terlihat sangat lucu jika sedang marah. Tapi Ichigo juga khawatir nantinya gadis bernama senna itu malah pergi karena sudah tidak sabar. Dengan terpaksa akhirnya Ichigo mendatangi gadis itu.
Sementara Senna terus-terusan menggerutu, ichigo tiba-tiba muncul dan duduk di depan gadis itu dengan sikap yang cool tentunya.
"Lama sekali kamu! Buang-buang waktuku saja" Senna mengomel ketika ichigo tiba-tiba duduk di hadapannya, "mana pakaianmu cepat? Aku ada keperluan penting."
"Ups. Sepertinya aku lupa membawanya." Sahut Ichigo seenak jidatnya
"APA?"
"Ya…seperti yang kamu dengar tadi. Aku lupa."
"Oke. Cepatlah ambil, aku akan menunggu di sini." Sena berusaha untuk bersikap sabar.
Ichigo malah berakting sedang berpikir, "mmm…aku taruh dimana ya pakaianku itu?"
Senna memutar kesal bolamatanya. "Maaf, tuan berambut orange…"
"Ichigo! Namaku Ichigo." Potong ichigo cepat.
"Terserah namamu strawbery, melon, apel, atau jeruk, aku tidak perduli. Aku tidak sedang main-main sekarang, aku serius ingin bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak kusengaja karena kau tiba-tiba muncul di belakangku! Andai kau tahu berapa lama aku menunggu tadi?"
Ichigo lalu melihat jam tangannya, "hm…kira-kira dua jam 15 menit."
"APA?" Senna mendengus marah "Jadi, kau mempermainkanku daritadi?"
"mmm… Mungkin."
"Kalau begitu aku permisi," habis sudah kesabaran Senna. Ia mengambil tasnya dan hendak meninggalkan Ichigo tapi saat ia melewati Ichigo, Ichigo menarik lengan Senna sehingga mau tidak mau sena berdiri tepat dihadapan ichigo.
"Aku tahu kau belum sarapan, Senna."
"Darimana kau tahu namaku?"
"Kemarinkan temanmu memanggilmu Senna." Sahut Ichigo. "Bagaimana kalau kita sarapan bersama sambil berbincang-bincang, mungkin kita bisa lebih dekat."
"Aku tidak tertarik." Kata Senna sambil melepaskan genggaman Ichigo
"Tapi aku tertarik!" Ichigo kembali menarik lengan Senna.
"Apa-apaan kau ini?" Senna melepas paksa tangan Ichigo lalu lari meninggalkan pria itu.
Ichigo mendesah pelan, "benar-benar gadis keras kepala."
Di restoran las noches, Senna dan teman-temannya menikmati makan malam.
"Senna, bagaimana pertemuanmu tadi dengan pria berambut orange?" tanya salah satu teman Senna berambut hijau dan bertubuh seksi. Namanya adalah Neil
Wajah Senna yang tadinya cerah ceria langsung berubah menjadi masam mengingat pria berambut orange bernama Ichigo. "bisa tidak sih kita tidak membicarakan dia!"
"Loh, memangnya kenapa?" kata gadis berambut kuning pendek dan berkulit coklat bernama Harribel.
Senna memanyunkan bibirnya "Pria itu sangat menyebalkan."
"Benarkah?" kata Neil, "tapi pria itu benar-benar tampan dan juga kaya. Kalau aku menjadi kamu sudah aku goda dia." sekelompok gadis-gadis itu tertawa
"Neil..Neil….benar-benar kamu ini," kata gadis berambut panjang
"Kalau begitu kamu saja yang berurusan dengan si strawberi itu," sewot Senna.
"Strawberry? namanya Ichigo kah?" seru Neil, "namanya manis sekali untuk pria."
"Ah….biasa aja," kata Senna.
Tidak lama kemudian seorang pelayan pria muncul membawakan ice cream dan meletakkannya di meja tepat di depan Senna.
"Eh, aku tidak pesan ice cream," kata Senna, "kalian yang pesan?" tanyanya ke teman-temannya. Tapi semuanya malah menggeleng-geleng.
"Mungkin ini bukan untuk meja di sini," kata Senna kepada pelayan itu.
"Tidak. Ini memang untuk anda. Tadi ada pria muda yang memesan untuk anda," sahut pelayan itu.
" Siapa?" tanya senna penasaran.
"Dia tidak menyebutkan namanya, Nona."
"Apa dia masih di sini?"
"Dia sudah pergi."
"Apa rambut pria itu berwarna orange?" Tanya neil berseru.
"Ya….rambut pria itu memang berwarna orange," kata pelayan itu lalu permisi pergi.
Neil dan yang lainnya malah semakin menggoda Senna dan Senna sangat tidak menyukai dengan sikap teman-temannya itu.
"Neil, kamu saja yang makan ice cream ini!" kata Senna.
"Loh? Kenapa malah dialihkan ke aku? Tidak baik mengoper pemberian orang ke orang lain."
Tidak lama kemudian datang lagi dua orang memainkan biola ke meja mereka.
"Kami tidak memanggil kalian, pergilah!" Senna mengusir kedua pemain biola itu. tenti ia sudah bisa menebak siapa yang menyuruh pemain biola tersebut.
"Maaf, kami hanya disuruh seseorang," kata sala satu pemain biola.
"Siapa? Apa dia berambut orange?" lagi-lagi Neil bertanya dengan semangatnya disertai dengan tawa yang lainnya, tawa menggoda Senna tentunya.
"Benar, Nona."
"Cepat pergi kalian!" sena benar-benar marah sekarang, kedua pemain biola itupun pergi.
"Ada apa denganmu, Senna? Kau tidak perlu marah-marah seperti itu kan." kata Lolly…., "lagian apa salahnya kalau pria itu berusaha mendekatimu? Toh kamu sedang tidak ada pacar kan?"
"aku Cuma tidak suka cara dia saja…"
"Menurutku, dia tipe pria yang romantic," kata Neil, "lagipula dia sangat tampan dan….seksi," tambahnya dengan nada genit.
"Romantis apanya?"
"Ya….dia memesankan ice cream dan pemain biola untukmu, itu sangat romantis."
"Sudahlah…selera makanku langsung hilang karena mengingat si rambut orange itu."
Akhirnya makan malam selesai, sebelum mereka beranjak keluar dari restoran, seorang pria memberikan sepucuk surat ke Senna.
"Nona, ada pesan dari seseorang untuk anda."
"Siapa?"
"Mungkin namanya ada di dalam surat." Lalu pria itu pergi tanpa permisi lagi.
"Cie…pasti dari si rambut orange," seru Neil menggoda Sena.
"Diam kamu!" gertak Senna lalu membuka isi surat itu.
Senna…
Aku tunggu kamu di gerbang taman Las Noches jam 9 pagi.
Kumohon kali ini beri aku kesempatan karena besok adalah hari terakhirku di Huecomundo. Jadi, datanglah besok.
-ichigo, si rambut orange-
Sudah sejam lebih Senna berdiri di depan gerbang taman. Menunggu ichigo tapi belum ada tanda-tanda bahwa pria berambut orange itu datang. Kesal? Tentu saja. Ia malah merasa bodoh mengapa ia harus mengikuti permohonan ichigo untuk kencan di hari terakhirnya di las noches. Sena benar-benar merasa dipermainkan, padahal ia ingin memberi ichigo kesempatan untuk berkenalan dengannya mengingat juga hari ini adalah hari terakhir ichigo di las noches apalagi pria itu bisa dikatakan memang tampan dan diam-diam sebenarnya sena menganguminya hanya saja ichigo terlalu berlebihan mempermainkannya.
Seorang pria berjaket hijau dan bertopi yang tidak lain adalah ichigo muncul tanpa sepengetahuan Senna, iapun mengendap-ngendap menghampiri Senna dari belakang. Ada-ada saja kelakuan ichigo, bukannya langsung menyapa Senna ia malah bermain-main dengan menutup mata Senna dari belakang.
"Tebak, siapa aku?"
Senna mendengus dan ia benar-benar tidak ingin "lebih" dipermainkan lagi. Dengan kasar dia melepaskan tangan ichigo dari wajahnya.
"Kau mempermainkanku lagi kan? kau menyuruhku menunggu di sini jam sembilang tapi kau sendiri muncul di jam…"
"10.25."
"Astaga….aku pasti sudah bodoh karena mengikuti permintaanmu, bodohnya aku karena mempercayai kalau hari ini adalah hari terakhirmu di sini!"
"Hari ini memang hari terakhirku di sini, besok pagi aku sudah harus pulang di Karakura."
"Oh ya? Aku tidak percaya lagi!"
"Terserah. Tapi kau datang sekarang."
"Ya, dan sekarang aku berencana untuk kembali ke hotel." Senna hendak benar-benar ingin pulang tapi Ichigo langsung menarik lengannya.
"Hei, aku baru saja datang, kenapa kau langsung ingin pulang saja?" protes Ichigo. "Oke, aku minta maaf karena sedikit telat…"
"Kau bilang sedikit telat? Hei, kau telat sejam lebih, Tuan!"
"Iya iya…aku mengaku salah." Kata ichigo "untuk itu aku membayarnya dengan mengajakmu jalan-jalan," lanjutnya sambil mengulurkan tangannya.
Senna masih kesal. Ia sebenarnya ingin menyambut tangan ichigo tapi mengingat sikap ichigo yang snagat keterlaluan itu. "Aku menolak. Kau pasti mau mempermainkanku lagi kan?"
"Tidak sama sekali."
"Aku tidak percaya!"
"Lalu kenapa kita tidak buktikan?"
"Hah?"
"Mana ditahu aku akan mempermainkanmu atau tidak kalau kau menolak ajakanku. Ayolah…aku tidak akan mempermainkanmu, malah aku akan memperlakukanmu dengan sangat sangat baik." Ichigo berusaha meyakinkan Senna.
Sena masih menimbang-nimbang.
"Oke kalau begitu. Awas saja kalau kau bermain-main lagi, tanpa pikir aku akan meninggalkanmu!"
"Tidak akan. Tenang saja."
Senna lalu menyambut tangan Ichigo lalu mereka jalan bersama mengitari taman bermain terbesar di Hueco Mundo. Hari minggu memang hari paling ramai di sana, banyak pasangan muda-mudi berkencan di sana.
Tanpa terasa hari sudah mulai gelap, sebelum pulang Senna ingin menaiki bianglala. Sewaktu tiba di Huecomundo sena sangat ingin menaiki bianglala karena ketika berada di paling atas ia bisa melihat pemandangan kota yang penuh dengan gemerlap lampu malam secara keseluruhan.
Mereka berdua dari tadi hanya berdiaman saja di bianglala, Ichigo tentu hanya menatap Senna namun yang ia tatap malah lebih menikmati pemandangan kota.
"Senna…"panggil ichigo memecah hening.
Senna lalu menoleh, "Apa?"
"Apa kau mempunyai pacar sekarang?"
"Apa aku harus jawab?"
"Ya."
"Ck, aku punya pacar atau tidak itu bukan urusanmu."
"Tentu itu menjadi urusanku, Senna."
Senna mengerutkan alisnya.
"Kalau aku mendekati seorang gadis tentu aku harus tahu dia sudah punya kekasih atau tidak."
Senna ingin sedikit menantang ichigo "Kalau aku sudah punya pacar, kamu mau apa?"
"Aku akan merebutmu darinya."
Senna kaget dengan jawaban ichigo barusan. Mungkin ichigo tidak serius dengan apa yang ia katakannya barusan tapi dilihat tari tatapan Ichigo Senna yakin bahwa ichigo benar-benar sedang tidak main-main, tapi senna tidak ingin percaya begitu saja. Senna sudah cukup banyak dipermainkan oleh Ichigo jadi tidak aneh kalau ichigo sedang mempermainkannya sekarang.
"Oh…. 'bahaya' sekali kamu rupanya," kata Senna dengan nada mengejek.
"ya. Aku memang 'bahaya'. Untuk mendapatkan pujaan hatiku aku akan melakukan apa saja untuk mendapatkannya."
"Oh ya?" suara Senna masih bernada mengejek walaupun sebenarnya ia sangat kege-eran dengan pernyataan Ichigo barusan.
Ichigo hanya membalasnya dengan senyuman.
"Bagaimana kalau aku menolakmu?."
"Berarti aku akan membuatmu menyukaiku," jawab Ichigo penuh yakin.
"Oh, percaya diri sekali kamu."
Tanpa dirasa mereka sudah berada di bawah dan pintu terbuka dan mereka lalu keluar dari kincir raksasa itu.
"Aku mau pulang sekarang, pulang sendiri tentunya."
"Tunggu dulu," ujar Ichigo, "Kau belum menjawab pernyataanku tadi!"
"Pernyataan apa?" balas Senna bingung.
"Nona, apa kamu tidak mengerti juga? Semua yang aku katakan di dalam tadi menyatakan bahwa aku ingin menjadi pacarmu. Apa kau bersedia?"
Senna terperangah. Ia tidak tahu mau jawab apa. Ini terlalu cepat untuk menerima ichigo menjadi pacarnya walaupun memang pria itu sangat menarik hari sena namun Senna tentu ingin mengenal Ichigo lebih dekat lagi sebelum menjadikan pria berambut orange itu sebagai pacarnya.
"Ayolah Nona, aku bukan tipe pria yang bisa menunggu lama jawaban seorang gadis."
Jika Ichigo tetap memaksa Senna untuk memberikan jawaban saat itu juga berarti jawaban Senna adalah tidak. Ia pasti akan menolak Ichigo mentah-mentah. Tapi sebenarnya ia ingin lebih mengenal Ichigo karena pria itu benar-benar telah menculik perhatiaannya. Senna mempunyai rencana. Ia ingin sedikit mempermainkan Ichigo. Salah sendiri Ichigo telah mengatakan bahwa apapun akan ia lakukan untuk mendapatkan pujaan hatinya. Selain itu ia ingin benar-benar tahu apakah yang tadi Ichigo katakan benar-benar serius atau hanya sebuah bualan untuk merayu Senna.
"Baiklah….aku akan menjawab."
Ichigo merasa sedkit lega karena gadis pujaannya akan menjawab perasaannya dan ia penasaran tentunya.
"Aku akan menjawab…tapi nanti setelah kita bertemu lagi." kemudian Senna berlari menghentikan mobil TAXI lalu cepat-cepat naik dan meninggalkan Ichigo yang terus saja berdiri kaku. Terlihat jelas kekecewaan dari wajah Ichigo. kali ini Senna yang menang, ia benar-benar berhasil telah membuat Ichigo kesal.
