Akatsuki in the Party

.

.

.

.

Naruto © Masashi Kishimoto

.

.

.

Picture isn't mine

.

.

Warning : OOC, Typo, garing, gaje, bahasa abal, mungkin ada sedikiiiit yaoi, de el el.

Rate : T untuk keanehan

Pair : Siapa aja boleh

.

"BANGOOOOOOEEEEEENNNNNN!" Pagi itu indah. Kalau tidak dirusak oleh teriakan super cempreng makhluk ber-tindik yang sekarang lagi berdiri diatas batu sambil bawa-bawa toa. Feel like a boss gitu.

"Apaan sih, pagi udah teriak-teriak ga jelas!" Semprot Konan, cewek berambut biru pendek, sambil pasang tampang sangar ala emak-emak naik motor matic.

Pein si makhluk bertindik langsung stay cool begitu lihat sang pujaan hati. Jaga imej dikit lah. Padahal kelakuan bejatnya kan udah kebongkar, ngapain stay cool coba.

"Ada yang mau aku umumkan," Ucap Pein datar. Cowok berambut oren duren itu masih mencoba menjadi cooler, dan coolest. "Tapi pertama-tama kita kumpulkan dulu anggota lainnya."

"Hadeh," Konan memutar bola mata, copot, eh bosan. "Lu aja yang ngumpulin, Pein! Lu kan ketua!"

"Eh, iya ya." Pein manggut-manggut dengan begonya. Kemudian ngacir entah kemana.

Konan nepuk jidat. Pasrah dengan kelakuan partnernya. Kadang dia heran juga, kenapa Pein yang dulu dikenal sangar dan kuat sekarang malah menjadi raja bokep?

Ups.

Konan sendiri sebenarnya rada-rada amnesia. Bingung. Kok bisa yah, dia gabung ama makhluk-makhluk nista macam Akatsuki?

Akatsuki? Kalau nyari di wikipedia pasti nemu kok.#dipentung.

Katanya, organisasi yang di dalangi oleh mbah Madara Uchiha ini dulunya adalah sekumpulan orang-orang yang ditakuti, bahkan ampe 5 desa pada takut. Namun saat mereka ikut wirid, setelah mendengar ceramah dari Ust. Naruto, si bocah Kyuubi berbokong sembilan, para anggota Akatsuki pun mengaku tobat. Nggak membunuh dan mencuri bijuu lagi gitu. Seketika itu juga kelima desa besar langsung menggelar syukuran besar-besaran. Bahkan sampai mendatangkan penyanyi dangdut terkenal, bang haji Roma Kelapa yang rambutnya udah kayak sarang burung. (#Peace bang).

Tapi sekarang Akatsuki malah jadi sableng.

"Pein kenapa sih tadi teriak-teriak, un?" Tanya cowok cantik berambut pirang yang di kuncir tinggi-tinggi belakangnya. Dari tadi sebenarnya ini orang udah bangun. Tapi yah, si cowok cantik, alias Deidara ini malah sibuk ngemil kerupuk cabe dipojokan gua yang mereka jadikan markas.

"Tau tuh, ada yang mau dibilang katanya," jawab Konan.

"Mengganggu aja tuh orang, un," gerutu Deidara. Karena stok kerupuk cabenya udah habis, terpaksa dia ikutan Konan nongkrong di dekat pintu markas, nungguin Pein.

"Tadi malam kemana lu, Dei?" Tanya Konan. Mencari topik hidayat. Eh, topik pembicaraan.

"Ada kok un, dikamar bareng—" ucapan Deidara terputus. Mukanya merona tiba-tiba.

Konan langsung pasang kuda-kuda karate. Siap-siap mental euy. Pasti jawabannya bareng banci-banci di taman lawang, pikiran si Konan. Meskipun udah tau, yang dia antisipasi itu nama orang yang kemungkinan besar bakal di sebut Deidara. Mungkin Orochikampret si ular sanca. Ngeri-ngeri sedap.

"B-bareng siapa Dei?" Konan pura-pura penasaran. Nggak enak kalau dia langsung nyerocos nama si Bences Orochimaru.

"S-s-s-sssssssssssassssori-dannnnna, un," jawab Deidara terbata-bata. Duh, ini sih bukan terbata lagi yah.

Konan langsung melotot angker. Pikirannya ternodai. Ih, ngapain aja Sasori ama Deidara tadi malam? Batin Konan, mulai mikir yang nggak-nggak. Padahal Konan sudah menduga Deidara sibuk arisan dikamar bareng Orochimaru, atau ngomongin tas selempang yang lagi diskonan di pasar gelap bareng itu ular. Dih, lagian sejak kapan Deidara akrab dengan Orochi?

"Kalean ngapaen sih?" Kisame si hiu darat berkulit biru yang kebetulan lewat ikutan nimbrung. "Bicarain siapa seeh?"

"Ini nih, si Dei," Konan nunjuk-nunjuk Deidara yang lagi nunduk-nunduk ga jelas. Malu kali yah.

"Aku cuma, mmm, itu, bareng Sasori-danna, un." Sambil bicara begitu, Deidara malah garuk-garuk pipi pake lempung yang dia ambil dari kantongnya. Jadi makin mencurigakan.

"Itu apa itu?!" Pein langsung tiba-tiba muncul dari balik pintu gua begitu dengar kalimat yang ambigu. Dasar, ketua mesum. Giliran yang beginian aja nongol. Padahal katanya mau nyariin anggota yang lain tuh. Konan langsung pasang tampang Dewi Kematian begitu Pein muncul.

"Aah, ini rahasia un. Meskipun kita sahabat tetap aja malu bilangnya, un." Ucap Deidara sambil naut-nautin jari telunjuk. Persis kayak cewek yang malu-malu habis ditembak. Kawaii gitu.

Kisame langsung dehidrasi dan buru-buru nyemplung ke empang begitu liat Deidara yang berubah kiyut. Sementara itu Pein usap-usap dada, tobat tobat.

"Ceritain dong Dei!" Ujar Konan. Pikirannya udah kemana-mana sekarang. Konan mikir, Sasori kan badannya kugutsu, gimana bentuk itu nya yah. Duh, pikiranmu apa nggak terlalu liar itu nak? Ketularan Pein sih. (Atau pikiran Author(?) yang liar).

"Emm, kami...," Ucapan Deidara langsung dipotong oleh kemunculan tumbuhan ijo yang tiba-tiba muncul dari tanah.

"Baa!" Cangkang (tumbuhan kok bercangkang?) ijo tumbuhan tersebut terbuka, menampilkan sosok ajaib setengah item setengah putih dengan warna rambut yang senada sama cangkangnya. "Gosip apa ini?"

"Ini nih si Dei. Argh, lu ngeganggu aja, Zetsu!" Ucap Pein sambil ngelemparin kain segitiga yang kebetulan nyangkut dilangit-langit gua kearah si Zetsu.

Tunggu, itu kan...

"Woi! Sempak gue tuh!" Itachi, si Uchiha berambut hitam kinclong—dan berwajah keriputan—langsung keluar dari kamar mandi—bobrok—begitu barang berharganya di lempar-lempar. Instingnya tau kali yah.

"Dih, baun!" Bagian item Zetsu si tumbuhan bercangkang ngelemparin sempak Itachi keluar markas. "Dah berapa abad nggak dicuci tuh?!"

Itachi tadinya mau ngejar sempak tercinta, namun dicegat oleh Pein. "Gue mau ngomong elah!" Kata Pein si duren oren.

"Eh, gue masih penasaran sama Deidara dengan Sasori!" Konan mengembalikan pembicaraan ke topik semula. Deidara langsung merona begitu namanya dan sang master disebut-sebut.

"Duhh, un, aku nggak bisa bilang," Deidara masih pasang tampang malu-malu. "Malu, un."

"Tobi tau Deidara-senpai ngapain sama Sasori-senpai tadi malam!" Tobi si makhluk bertopeng spiral oren tiba-tiba masuk kedalam gua sambil bawa-bawa sempak Itachi.

"SEMPAK GUE!" Teriak Itachi dengan tidak elitnya sambil merebut sempaknya yang dijinjing-jinjing Tobi.

"Diem Tobi, un!" Seru Deidara sambil ngelemparin lempung. Untuk belum dikasih bom itu tanah liat.

"Lho, kenapa? Kan Dei-senpai cuma makan sate Madara bareng Sasori-senpai tadi malam," ucap Tobi dengan tampang polosnya. Duh, padahal ketutup topeng yah. Aura kepolosannya menguar aja gitu. Padahal tampang yang dibalik topeng gaada polos-polosnya.

"Sate Madura kali," ralat Pein, sok tau nih.

"Emang namanya Madara!" Ujar Tobi.

"Dih, ngapain bahas sate sih?" Itachi melipat sempaknya menjadi bagian kecil-kecil. Nggak sadar ya, kegiatannya merusak nama baik Uchiha? Ckckck.

"Gue kirain lu ngapa, bareng si Sasori!" Pein kecewa. Kalau cuma makan sate doang sih, apa yang mau di malu-maluin.

"Iya Dei, ribet amat," sahut Konan.

"Yahh, habis kan un, maluuu," Deidara kembali naut-nautin jari telunjuk plus dengan wajah memerah karena malu. Membuat Kisame yang baru aja balik dari empang kena dehidrasi lagi. Kali ini si Kisame ngacir ke samudra pasifik.

"Eh, itu si Kisame kenapa coba?" Tanya Zetsu putih keheranan. "Tau ah, gelap." Jawab bagian itemnya Zetsu.

"Wih, tumben pagi-pagi udah ngumpul." Sesosok cowok berambut ubanan klimis muncul sambil bawa-bawa sabit, mana jubah—item dengan awan merah—khas Akatsuki-nya nggak dikancingin bagian dadanya, bisa dikira begal itu orang. "Pada menyembah Jashin ya?" Cowok yang diketahui bernama Hidan itu duduk disamping Itachi yang kini sibuk menggosok sempak. Belum dicuci udah digosok aja, dasar Itachi (lagian mana ada sempak digosok?).

"Kagak mungkin kami menyembah Jashin, Hidan-senpai!" Seru Tobi sambil nari dangdut. Ga jelas ini orang.

"Pada mau bayar uang kas?" Rentenir bangkotan berhijab dan bercadar ikutan nimbrung. Diketahui dialah koruptor pencuri jantung (kenapa ga hati? eaakkkkk) yang hobi malakin duit kas Akatsuki. Ngakunya sih namanya Kakuzu, si bendahara Akatsuki yang seharusnya nggak diakui.

"Sebenarnya mau bahas apa sih, un?" Deidara kembali ke point utama mereka berkumpul.

"Oh iya lupa," Pein tepuk jidat. "Betewe, Kisame ama Sasori kagak ada nih!"

"Sasori ada tuh di dapur! Lagi ngemil singkong rebus." Kata Itachi yang sudah siap merawat sempak kesayangannya. Padahal belum dicuci itu sempak, tapi udah berkilau aja warnanya.

"Ya udah, nanti lo bilangin aja ke Kisame ama Sasori," ucap Pein mulai kzl. "Jadi nih, gue mau ngomongin sesuatu yang penting."

"Penting-penting, dari tadi ga jadi-jadi. Cepetan dong! Waktu adalah uang! Membuang-buang waktu berarti membuang uang!" Cerocos Kakuzu. Ini orang pikirannya nggak bisa jauh-jauh dari uang apa?

"Jangan motong ucapan gue!" Bentak Pein.

"Kau bertele-tele!" Balas Kakuzu.

Sebelum pertengkaran duo maniak itu berlangsung sengit, Hidan langsung ngelemparin mereka dengan sempak-sempak Itachi yang nyangkut dilangit-langit gua. Masih banyak ternyata.

"Itu sempak gue kenapa disana semua?!" Itachi yang tadinya udah duduk anteng berdiri dengan esmosi. "Kerjaan siapa ini?!"

"Kisame kayaknya un," tuduh Deidara. Selagi nggak ada orangnya. Kalau nuduh Sasori dia nggak tega.

"Cih!" Itachi buang muka. Mau marah tapi nggak jadi. Kisame gitu lho, partnernya tersayang(?).

"Kok Itachi-senpai nggak marah?" Tobi ngompor-ngomporin.

"Suka-suka gue dong!" Itachi langsung pasang sharingan. Tobi buru-buru sembunyi dibelakang Pein.

"GUE MAU NGOMONG OI!" Terik Pein pake toa yang digunakannya buat teriak-teriak tadi.

Kali ini baru teman-temannya terdiam.

"Mantap djiwa." Gumam Zetsu putih.

"Jadi gini nih, kita—Akatsuki—diundang ke acara pesta di Konoha," Pein mulai menjelaskan. "Besok malam. Di kantor hokage."

"Pesta apa?" Tanya Konan.

"Ulang tahun Ton-Ton katanya." Jawab Pein singkat.

"Siapa Ton-Ton? Teronton, un?" Tanya Deidara kebingungan.

"Babi." Kata Hidan tiba-tiba. Menimbulkan kesalahpahaman ini. Dikira Deidara 'babi' yang dimaksud Hidan itu dia. Langsung saja terjadi adegan lempar-melempar lempung oleh Deidara dan lemparan sempaknya Itachi yang menggantung dilangit-langit gua dari Hidan. Padahal maksudnya Hidan, Ton-Ton itu seekor babi.

"Udah, stop woi!" Lerai Kakuzu. Mencegah terjadinya pemborosan lempung dan sempak.

"Gitu aja Pein?" Itachi menatap bosan.

Pein mendengus kesal. "Yaaa, gue pengin kalian nggak malu-maluin di pesta nanti."

"Gue sih nggak mungkin malu-maluin," ucap Konan pede. Untuk urusan parti-partian sih dia lumayan. Perempuan gitu lho, pikir Konan.

"Tobi mau jadi cool di pesta nanti!" Teriak Tobi sambil jingkrak-jingkrak. Membuat para anggota Akatsuki yang ngumpul di dekat pintu gua saat ini semakin meragukan ucapan Tobi barusan.

"Mustahil tau un! Imposibru!" Deidara melempar sisa lempungnya kearah Tobi.

"Ih! Liat aja nanti, Tobi buktiin!" Kata Tobi mewek.

"Ngapain sih, kita repot-repot ke pesta? Mending nyari duit." Komentar Kakuzu. Pein langsung menampar muka Kakuzu pake sempaknya Itachi.

"Lu mau makan gratis kagak?!" Kata Pein dengan seenak Jidat membuang sempak Itachi kebelakang. Membuat sang empunya sempak histeris.

Mata ijo Kakuzu langsung muncul lambang dollar begitu dengar kata 'gratis'. "Gue ikut deh!" Ucapnya dengan berapi-api. Sudah bisa Kakuzu bayangkan, dia akan memborong hidangan pesta untuk dijual lagi. Ckck, jangan ditiru ini yah!

"Emang kita mau ke pesta dengan penampilan kaya begini?" Tanya Zetsu hitam keheranan. Dia juga bingung, masa kepesta bawa-bawa cangkang ijonya? Dikira tumbuhan berjalan ntar. Mana jubah mereka aneh lagi kalau dipake buat pesta.

"Aku nggak lah, un," Deidara ngibas-ngibasin tangan. Tapi sesaat kemudian cowok penggila seni ledakan itu terdiam. "Emang kita punya baju selain jubah Akatsuki un?"

Akatsuki minus Kisame dan Sasori cengo.

"Hai," sapa cowok pendek berambut merah yang tiba-tiba muncul dengan tampang triplek khasnya dari ruangan—yang katanya—dapur. "Ngapain?"

"Telat lu ah," ujar Itachi. "Orang sibuk ngurusin pesta lu malah ngemil di dapur."

"Sori deh," cowok pendek bernama Sasori itu ikutan duduk di lantai gua. "Pesta apaan?"

"Ultah Ton-Ton." Jawab Konan singkat.

Sasori cuma manggut-manggut. Males mau nanya lebih lanjut. Ntar juga ngerti sendiri, jenius gitu lho. Begitu kira-kira pikiran Sasori yang mendadak narsis.

"Jadi, gimana nih? masa kita mau ke pesta pake baju kayak begini. Maloe-maloe in kelezzz." Ucap Hidan diikuti bola matanya yang muter-muter nggak jelas.

"Gimana kalau kita beli baju, un?" Usul Deidara yang langsung dihadiahi pelototan bernafsu dari Kakuzu. Nafsu pengin melelang Deidara di toko banci.

"NO! NO! NOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOORRRGGHH!" Teriak Kakuzu sambil nge-jrengin gitar listrik yang sempat di comotnya di toko alat musik. Ckck, emang lagi nge-rock apa? Pake ditambahin gitar listrik segala.

"Pelit banget sih senpai! Hueeee!" Rengek Tobi. "Kalau pake jubah Akatsuki nanti ga boleh masuk! Nanti Kakuzu-senpai ga bisa ngambil makanan gratis buat dijualin!" Buset, tau aja ini anak pikirannya si Kakuz.

Para anggota Akatsuki yang lagi mejeng di dekat pintu markas mereka cengo tingkat dua. Lho, Tobi tumben pinter. Keselek lolipop tipe apa?

Kakuzu nampak merenung. Kayak orang lagi merenungi dosa-dosa di masa lalu. Sesekali menghapus air mata yang berjatuhan dari matanya. Lebay lu Kakuz.

Akhirnya setelah melewati perang batin, cobaan, siksaan, ujian, dan penderitaan (halah), dengan berat hati akhirnya Kakuzu mengatakan, "baiklah." yang membuat makhluk-makhluk nista di gua tersebut langsung gelar acara syukuran.

Dan begitulah, setelah Kisame—yang kebingungan—kembali dari samudra pasifik, Akatsuki langsung berencana tancap gas ke mall terdekat.

TBC.

A/N : Aloha! Saya Yuki, Author baru di ffn :) Sebenarnya sih udah lama banget jadi reader disini, eh iseng-iseng coba nulis fic gaje begini :')

Ini kali pertama saya nulis humor (yang jadi) :') Maklumi kegaringan saya yah, kedepannya saya usaha lagehh :v

Review nya dung :v

Kritik dan saran yang membangun sangat ditunggu ^^v

, Kuroyuki.