A/N: YATTA! Akhirnya bisa juga update! Pengumuman! Ini adalah lanjutan fic Re yang 'Morto Perche Voglio Tu'. Bagi yang belum baca harap baca Morto Perche Voglio Tu dulu biar dapet gambaran cerita. Oke?

Hu Uh! Kayaknya tidak terlalu bagus. Tapi semoga kalian suka. Ini baru pembukanya saja. Re belum kepikiran acara utamanya. Soalnya Re lagi nyiapin diri mau ke Gunung Bromo nih.

Oke? Happy Reading!

HaikuReSanovA: Bukan maksudku untuk meninggalkanmu. Jiwa ini tidak akan pernah melupakanmu. Tapi maafkan aku. Waktuku telah habis.

Disclaimer : Masashi Kishimoto

Rating: T

Pairing: *tolong bantu Re menentukannya*

Genre : *sepertinya perlu sedikit ditambahkan* Romence/Angst/Tragedy

Warning: Gak tau mau ngasi warning apa. Yang jelas hati-hati aja dengan cerita di bawah. Re saranin sih siapin tissue. Kali aja perlu.

DEATH RAVINE

CHAPTER 1

Darah ini...

Kenapa darah ini harus mengalir dalam nadiku?

Darah iblis...

Kenapa harus aku?

Kenapa?

Kenapa harus aku yang membawa iblis ini dalam diriku?

Kumohon...siapapun tolong aku...

Bunuh aku dengan tanganmu...

Kumohon...hapus kutukan ini...

Langkah berat yang diiringi langkah terseok-seok terdengar dari sela-sela pepohonan. Semakin lama langkah kaki itu terdengar semakin keras hingga akhirnya para pemiliknya terlihat. Hanya dua orang, Mizuki, sang pemilik langkah berat dengan pemuda berambut pirang yang tengah dia seret disampingnya.

"Cepat!" katanya kasar sembari menyerat sang pemuda. Si pemuda hanya bisa meringis kesakitan saat lengannya dicengkram begitu kuat. Hingga dia nyaris yakin besok pagi lengannya pasti memar-memar. Tapi tidak dibiarkannya rintih kesakitan lolos dari bibirnya.

Mizuki menyeret pemuda pirang itu ke sebuah kuil tidak terurus. Sulur-sulur tanaman menjalar menghiasi dinding muka kuil itu. Beberapa bagian kuil malah telah rusak. Sama sekali tidak ada tanda kehidupan disana. Dan malam yang pekat sama sekali tidak membantu penglihatan.

Dengan sama kasarnya Mizuki menyeret sang pemuda menaiki tangga. Menendang pintu kuil tanpa sopan santun dan mendorong pemuda yang ada dalam cengkramannya ke lantai.

Membuat sang pemuda merintih dengan suara pelan.

"Kau harus tinggal di tempat ini, Iblis!" kata Mizuki kasar. Tampak nyata kilat kebencian yang ada dimatanya.

Pemuda itu, Naruto, tidak mampu mengangkat kepalanya. Dalam bayang kegelapan, tidak ada yang akan bisa melihat kesedihan dimatanya.

"Bersyukurlah Yang Mulia Minato tidak memerintahkanku untuk membunuhmu meski aku ingin sekali melakukannya," tambahnya sinis.

Pemuda yang terduduk di depannya hanya diam.

"Huh! Kau tidak akan bisa bertingkah lagi pengeran kecil! Ah! Bukan, kau sudah dibuang dari keluarga Namikaze. HAHAHAHA...!"

Tawa itu sungguh membuat hati Naruto sakit. Serasa ditusuk ribuan pisau tidak terlihat.

"Dasar iblis! Sekarang nikmatilah kesendirianmu! Kau sudah dianggap mati oleh semua orang HAHAHAHA...!" tawa menjijikkan itu terus terdengar ditelinga Naruto sampai Mizuki menghilang dari hadapannya. Meninggalkan Naruto sendirian dalam kegelapan kuil tanpa cahaya.

Wajah Naruto terus tertunduk menatap lantai. Tidak bisa dihapusnya satu kata yang menggema dalam pikirannya.

"Iblis..."

"Iblis..."

"Iblis..."

"Iblis..."

"Kenapa...?" rintih Naruto pelan. Tanpa terasa air matanya jatuh perlahan ke lantai batu yang dingin. Mata Shappire itu menangis. Menunjukkan luka yang begitu mendalam.

"Kenapa harus aku...?"

Naruto memeluk dirinya sendiri. Merasakan dingin yang menusuk hingga kedalam hatinya. Rasa dingin yang tidak akan hilang selama dia masih hidup.

"Bunuh saja aku..."

"Jika aku adalah iblis...bunuh saja aku..."

Begitu hinakah diriku? Apa aku hanya sampah?

Aku tidak meminta dilahirkan seperti ini

Bukan mauku untuk dibenci

Kumohon...

Jangan tatap aku seperti itu...

Perih...

Sakit...

)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(

Sasuke berjalan di koridor panjang yang kosong. Bosan. Sungguh membosankan. Kenapa dia harus berada di tempat membosankan seperti ini? Istana iblis ini bukanlah tempat yang akan membuatnya senang. Istana yang selalu diselimuti kegelapan. Dan statusnya sebagai Pangeran Kegelapan sama sekali tidak membantu. Apalagi umurnya yang belum genap tujuh belas tahun membuat kekuatannya belum sempurna. Itulah yang membuatnya tetap terkurung di tempat ini. Jika tidak, dia tentu sudah pergi sejak dulu. Selalu, ini selalu menjadi pertanyaan yang tidak bisa dia jawab.

Kenapa dia belum bisa menggunakan kekuatannya dengan sempurna?

Setahunya semua iblis yang dia temui bisa menggunakan kekuatan mereka sejak muda, bahkan kakaknya Itachi, Sang Raja Iblis.

Tapi tentu saja sebagai seorang pangeran dia sangat dikagumi. Kulitnya yang seputih salju, rambut yang sehitam malam, mata hitam yang akan menenggelamkan setiap mahkluk yang menatapnya ke dasar kegelapan dan tentu saja wajahnya yang sempurna. Belum dihitung dengan kemampuan otaknya yang jenius, bahkan untuk ukuran iblis. Dia juga dikenal sebagai pangeran es. Pribadinya yang dingin dan angkuh menjelaskan hal itu.

Jubah hitamnya bergerak sesuai dengan langkahnya. Tidak ada yang menarik dari tempat ini.

"Membosankan," gumam Sasuke.

Dia mendorong pintu ganda besar dihadapannya. Ruang yang luas dan kosong menyambutnya begitu pintu terbuka. Tapi diseberang sana ada sebuah pintu lagi. Pintu ganda, tapi tidak sebesar pintu ganda yang dia buka barusan.

Itu adalah pintu dimensi yang akan membawa siapa saja yang masuk kedalamnya kedimensi lain. Sesuai dengan keinginan orang yang memasukinya.

Sasuke menarik pintu itu hingga terbuka. Memperlihatkan pusaran warna yang memusingkan. Sudah saatnya pergi dari istana ini. Tanpa ragu dia pun melangkahkan kakinya masuk kedalam pintu itu

)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(

Sudah beberapa hari ini Naruto tinggal di dalam kuil yang berada tepat di jantung hutan. Tentu saja Naruto tahu persis tempat ini. Karena disinilah dia dilahirkan. Sepagian dia gunakan untuk membersihkan tempat ini agar layak dihuni manusia. Atau benarkah begitu? Masih bolehkan dirinya menyebut dirinya manusia?

Kebingungan menyelimuti hati Naruto. Tanpa seorangpun yang bisa dijadikannya sandaran. Pemikirannya mulai kacau, setidaknya dia belum mulai meracau.

Tidak jauh dari tempat itu ada sebuah sungai yang cukup dalam. Mungkin dalamnya dua kali tinggi Naruto. Dan disinilah Naruto menjajal kemampuannya. Ya, tentu saja dia harus menombak ikan disungai ini untuk terus bertahan hidup.

Bajunya sudah basah kuyup ketika akhirnya dia mendapatkan beberapa ikan.

"Hupf, akhirnya aku mendapat ikan juga!" seru Naruto senang. "Tidak sia-sia aku melatih kecepatanku."

"Yay! Saatnya dibakar!"

Hanya inilah saat-saat Naruto bisa melupakan kesedihannya. Mencoba melupakan jika dirinya telah dibuang. Melupakan dirinya yang kini telah dianggap mati.

Mencoba menerima, inilah hidup yang harus dia jalani sekarang.

Asap mengepul ke angkasa saat Naruto menggunakan kayu yang masih setengah basah. Sepertinya untuk yang satu ini dia belum cukup cakap.

"Uhuk! Uhuk! Asapnya tebal sekali!" Naruto menutupi matanya yang berair.

"Perih~"

Bau ikan yang terpanggang memancing seekor hewan untuk mendekat. Itu menarik minat Naruto. Dilihatnya seekor rubah merah kecil dibalik semak-semak yang hanya menunjukkan moncongnya.

Naruto tertawa kecil.

"Kemarilah!" katanya ramah. Mencoba membujuk rubah itu agar mendekat padanya. Naruto yakin dirinya tidak bisa bahasa hewan. Tapi begitu dia berkata rubah kecil itu langsung mendekat padanya. Membuat Naruto sendiri terheran-heran.

"Ayo, kemari tidak apa-apa..." Naruto tersenyum tulus.

Ragu-ragu rubah itu mendekat. Dan Naruto mengangkat satu ikan bakarnya dan menyodorkannya pada rubah itu. Rubah itu mengendus pelan. Naruto tersenyum melihatnya.

"Ayo. Tidak apa-apa..."

Rubah itu menggigit ikan itu cepat. Tapi dia tidak lari dari tempat itu. Dia malah duduk dengan tenang memakan ikannya disamping Naruto. Naruto yang gemas menggosok kepala rubah itu.

"Anak pintar!"

Naruto mengangkat wajahnya, menatap kedepan dengan pandangan kosong.

Inikah akhirnya? Apa hidupku akan aku habiskan selamanya disini?

Naruto menggeleng.

Tidak. Aku tidak harus berakhir di tempat ini. Aku bukan orang lemah!

Naruto kembali memandang kosong.

Tapi...untuk apa lagi aku ada?

Naruto memejamkan matanya sejenak.

Tidak ada yang membutuhkanku. Aku iblis...

Aku hanya akan membuat masalah. Merepotkan semua orang.

Aku...tidak ada gunanya lagi aku hidup...

Lebih baik...

Sundulan dikakinya membuat Naruto tersadar dari lamunannya. Ditundukkannya wajahnya dan mendapati mata sang rubah memandangnya dengan tatapan memelas. Meminta ikan lagi.

"Kau ini..." kata Naruto tersenyum tipis. Dia mengangkat satu ikan lagi dan memberikannya pada rubah itu.

"Kau lapar ya?"

Naruto meringis senang. Nampaknya dia sudah menemukan teman disini.

Sudut mata Naruto menangkap sesuatu yang aneh di permukaan sungai. Tidak aneh sih jika yang dia lihat itu batang pohon yang hanyut. Tapi yang dia lihat itu bukan batang pohon tapi...

"Manusia!" serunya kaget.

Langsung saja Naruto berlari ke sungai dan melompat. Berenang ke tengah menggapai orang yang, menurut Naruto, masih hidup.

Tubuh orang itu hilang timbul ditelan riak air. Naruto menggapai leher orang itu dan menariknya berenang ke tepian. Nafas Naruto terengah-engah saat dia berusaha menarik orang, yang sekarang dia sadar seorang pemuda, ketepian. Nampaknya pemuda ini seusia dengannya.

Naruto terbatuk beberapa kali. Tadi tanpa sengaja dia menelan air sungai.

Perhatiannya kembali teralih ke seorang pemuda yang kini terbaring tidak berdaya di rerumputan. Buru-buru Naruto memeriksa denyut nadi pemuda itu. Dan menghela nafas lega ketika merasakan denyut nadi meski terasa lemah.

Naruto menekan dada pemuda itu berkali-kali. Berdoa dalam setiap tekanannya agar pemuda itu sadar. Minimal dia terbatuk atau apalah. Menunjukkan dia hidup dan bukannya telah berubah menjadi mayat.

Dan akhirnya doanya terkabul. Pemuda itu terbatuk, memuntahkan semua air yang sempat dia telan.

"Syukurlah..."

Tidak akan pernah kusangka sebelumnya

Kau akan datang dalam hidupku

Tidak akan pernah kusangka sebelumnya

Kaulah yang akan mengisi ruang kosong di hatiku

Dan tidak pernah kusangka sebelumnya

Kaulah yang akan menghancurkan hidup ini...

)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(X)(

TBC

A/N: Yap, segitu aja dulu. Re rada bingung bikinnya. Re udah punya naskah yang asli sih, malah udah hampir selesai. Tapi gara-gara seseorang….Ah, bukan. Ini si gara-gara para pereview yang bikin otak Re berubah pikiran. Hiks! Hiks! Naskah aslinya terpaksa Re rombak. Hiks! Hiks! Sia-sia sudah Re ngetik.

Oh ya! Sedikit penjelasan. Ada yang bingung ngak ama seting tempat, waktu and jaman? *Sweatdrop* sama aja kali, ya?

Oke.

Ini pake seting 5000 tahun lalu. Pada kaget ngak? *ngak deh kayaknya*

Masih ada kerajaan gitu. Dan...ya..pake iblis-iblisan lagi. Ukh! Kok ngak jauh-jauh sih ide cerita Re? *Sweatdrop*

Cassie: Lo kan emang iblis...

Re: Diem de, lo kan kepala divisi konsumsinya!

Cassie: Enak aja!

And pakaiannya masih pake jubah, tapi kaya jubah apa ya? *errrr...?* Ngak mentok kaya Harry Potter. Divariasiin dikitlah biar lebih keren.

Trus ada yang mau tahu apa itu Morto Perche Voglio Tu? Itu artinya "Mati karena Mencintaimu"

Oh ya, mau yang lebih angst lagi ngak? Ato yang lebih tragis? Re siap bikinnya. Siapin aja Tissue and Review yang banyak.

OKE?

WiTh LovE,

HaikuReSanovA.