Bleach don't belong to me

Ulquiorra and Orihime are Kubo Tite's

This story is mine.


Mannequin's Charm

Orihime kecil hanya punya satu permohonan dalam hidupnya, yaitu ia ingin memiliki sebuah keluarga. Ketika sebuah boneka manekin memasuki ruang di hatinya, kehidupan Orihime perlahan berubah. Karena boneka manekin berwujud seorang lelaki berambut hitam dengan tubuh ramping, kulit pucat, memiliki alur berwarna hitam menyerupai air mata bertengger di masing-masing pipinya dan sosok itu, sungguh mempesona. Tetap bungkam dalam diam, kesunyian apa yang dapat menghangatkan Orihime?


Orihime kecil hanya punya satu permohonan dalam hidupnya, yaitu ia ingin memiliki sebuah keluarga. Setelah kakaknya, keluarga satu-satunya yang ia miliki meninggal saat dirinya berumur 10 tahun, Orihime hidup sendirian di sebuah rumah kecil miliknya. Orihime selalu berusaha menjadi gadis yang ceria, namun bagaimanapun juga kepergian kakaknya telah menciptakan ruang kosong dalam relung hatinya. Gadis kecil itu berusaha untuk hidup tegar meski dalam kesendirian.

Setahun kemudian, saat sedang melakukan kunjungan wisata ke sebuah museum dengan rombongan sekolahnya, Orihime tidak sengaja menemukan sebuah manekin berbentuk manusia yang ditempatkan di sebuah gudang. Orihime yang ketika itu tengah berjalan untuk kembali bergabung dengan temannya seusai dari toilet, tidak sengaja melihat daun pintu yang menuju ruangan gelap di penghujung sebuah lorong terbuka. Dengan segala rasa penasarannya, Orihime dengan ragu mendekati ruangan itu. Entah apa pun yang menariknya kesana, namun Orihime tetap melanjutkan langkahnya dengan perlahan.

Saat mencapai daun pintu, gadis kecil itu mengintip ke dalam ruangan yang gelap, matanya tertegun dalam kagum ketika melihat apa isi ruangan itu. Berbagai macam benda asing, pernak pernik, asesoris, kostum, hiasan ruangan, miniatur dan berbagai macam benda menakjubkan yang belum pernah ia lihat berada di dalam ruangan itu. Ruang penyimpanan, Orihime mengobservasi dalam diam, terpesona pada ruangan yang seperti di dunia dongeng yang pernah ia baca dalam buku cerita, megah namun terlihat begitu tua. Cahaya keremangan yang menyelinap memasuki ruangan memperkuat aura magis yang seakan menari-nari mengisi seluruh ruangan, memantulkan citra funitur yang tertutup debu, kain dan sarang laba-laba. Orihime menyusuri setiap benda disana dengan jemari mungilnya. Setelah melangkah lebih jauh, gadis kecil itu terkesiap saat menangkap suatu sosok yang berdiri di pojok ruangan. Kaget karena menyangka seseorang telah memergokinya sedang berada dalam ruangan yang mungkin seharusnya tidak terbuka untuk umum, Orihime mengangkat kedua lengannya untuk menyembunyikan wajahnya, sesuai insting perlindungannya.

Namun setelah beberapa saat gadis itu menunggu, tidak ada yang terjadi, Orihime mengintip dari balik jemarinya. Sekali lagi, orihime mengarahkan pandangannya pada sosok itu, kali ini mengamati baik-baik apa atau siapa yang sedang berdiri disana. Orihime kemudian mendesah lega ketika menyadari bahwa sosok itu bukanlah seorang manusia, tepatnya manusia hidup. Benda itu adalah sebuah patung atau boneka berupa manekin yang bagian rambutnya telah tertutup lapisan debu dan badannya dikerubungi sarang laba-laba. Orihime tertegun sejenak, mengamati lagi. Manekin itu menyerupai seorang lelaki berambut hitam, tubuhnya ramping dan tingginya kira-kira dua kali dirinya. Ketika mendongak lebih tinggi Orihime meyadari ada sebuah alur berwarna hitam menyerupai air mata berada masing-masing di kulit putih pucat pipinya. Tanpa sadar diam-diam Orihime terkagum pada sosok itu, sungguh cantik. Seakan penciptaannya diprakarsai oleh seorang seniman professional sehingga jika hanya sekilas pasti orang-orang akan salah mengenalinya sebagai manusia normal yang hidup. Gadis itu lalu tersenyum sebelum sedikit membungkukan tubuhnya seolah sedang mengucapkan salam, seolah sosok itu hidup.

"Hallo, aku Orihime." Sesaat kemudian Orihime memandang ke sekeliling mencari jika ada sosok yang lain, setelah tak menemukan yang lain, tatapannya kembali ke manekin itu dengan pandangan sayu nan haru.

"Apa kau dipisahkan dari teman-temanmu?"

Tidak ada jawaban. Tentu saja. Dari awal pun Orihime tidak mengharapkannya. Meski demikian gadis kecil itu lanjut bicara, "Kau sudah lama disini ya?" Kemudian Orihime mengambil beberapa langkah ke depan, berhenti tepat saat berada di depan manekin itu sambil mengeluarkan sebuah sapu tangan mungilnya. Dengan lembut Orihime membersihkan badan manekin itu, mengenyahkan debu dan semua kotoran yang menempel, namun meski setelah berjinjit sekalipun Orihime tidak bisa meraih bagian dada sampai kepala sang manekin sebelum akhirnya ia kembali mundur ke posisi awalnya.

"Kasian sekali kau, dibiarkan disini sendirian lama sekali," gumamnya dengan raut wajah terluka. Lalu seakan lebih kepada dirinya, Orihime berbisik. "Apa.. kau kesepian?"

Setelah cukup lama memandang sosok di depannya. Orihime kembali pada kenyataan sambil bergumam kaget, menyadari dirinya harus kembali pada rombongan sekolahnya. Bergegas untuk kembali, Orihime berbalik dan mengambil langkah menuju pintu, sampai kemudian sebuah ide gila terbersit di benaknya. Dengan cepat, Orihime berbalik dan kembali menghampiri manekin yang tetap bungkam itu.

Sambil tersenyum lebar, gadis itu bertanya, "Apa kau, mau ikut denganku?" Orihime menyimpulkan diamnya sang manekin sebagai jawaban iya. Lalu dengan gesit dan tanpa ragu Orihime mendorong manekin itu, "Waw, kau ringan!"

Orihime mendorong manekin itu keluar, sebelumnya jemari kecilnya meraih selembar kain yang ada diruangan itu lalu menyelimutkannya pada manekin pria tersebut, berharap bisa menyembunyikan seluruh tubuh sang manekin dan ternyata berhasil. Orihime hanya tidak bisa meninggalkan sebuah manekin kesepian sendirian begitu saja di ruangan yang hampa itu.

XXX

Beberapa saat kemudian, entah ada keajaiban apa atau entah keberuntungan seperti apa yang telah menimpa Orihime, dengan tubuh kecilnya ia berhasil membawa keluar sebuah benda berukuran cukup besar yang terselimut kain itu, yang ukurannya dua kali dirinya, lolos dari perhatian pengunjung dan petugas keamanan, bahkan dari kamera CCTV. Mungkin dewi fortuna yang sungguh cantik dan baik sedang mendampinginya saat itu.

Tidak berhenti sampai disana, Orihime bahkan dapat menyelinapkan benda asing tersebut masuk ke dalam bagasi bis yang ditumpanginya juga mengeluarkannya pada saat rombongan wisata itu telah kembali ke kotanya, Kota Karakura, tanpa ketahuan dan dicurigai sedikitpun, terkecuali oleh sahabatnya yang kala itu menangkap kelakuan Orihime yang mencurigakan. Alhasil, saat gadis kecil berambut merah-jingga itu tengah melakukan aksinya menurunkan sebuah buntalan kain yang super besar dan menyeretnya, Tatsuki menepuk bahunya membuat Orihime terlonjak. "Apa itu Orihime? Kenapa juga kau mengendap-endap?" Bukannya panik, Orihime malah mendesis lega ketika mendengar suara sahabatnya, "Ahh… hanya Tatsuki-chan."

"Kenapa denganku?" Tanya Tatsuki keheranan, kini sudah berada tepat di depan Orihime. "Kau bawa apa itu?"

"Sssst!" Orihime menarik tangan Tatsuki dan berbisik. "Kau harus membatu aku membawa ini, Tatsuki-chan."

"Memangnya apa itu?" Tanya Tatsuki lagi.

"Nanti akan kuberitahu kalau sudah sampai di rumahku. Oke?" jawab Orihime polos. Sama polosnya, Tatsuki kecil mengangguk dan dengan begitu saja ia mempercayai apapun yang dikatakan atau dilakukan sahabatnya, dan mulai membantu mendorong, menyeret dan menggotong benda apapun itu.

"Tapi, bagaimana kalau ketahuan?" bisik Tatsuki.

"Tidak akan. Ada ibu peri baik hati yang sepertinya sedang menjagaku sekarang." Jawab Orihime, dengan senyum manis nan lebar membuat sahabatnya mengangguk.

Jadilah saat itu, terlihat dua orang gadis cilik yang tengah memangku ganjil sebuah benda besar, selain tas dipunggung mereka, melewati jalanan yang dengan ajaibnya tiba-tiba sepi saat itu dan tanpa ketahuan apapun juga siapapun.

Ketika sampai di rumahnya, Orihime segera mengunci pintu rapat-rapat, memposisikan manekin yang selama itu terbungkus kain putih, lalu saat Tatsuki kembali mendesaknya, Orihime menarik kain itu sehingga menunjukan sosok manekin yang seutuhnya. "Waahh.." kagum Orihime saat kembali melihat sosok dibalik kain itu. Sekarang, saat keadaan sepenuhnya terang, tampang manikin itu terpampang dengan jelas, meski wajah sang manekin tetap tidak bisa dilihat karena adanya perbedaan tinggi.

Mata Tatsuki melebar saat itu juga. "Ya ampun, Orihime!" pekiknya, "Benda apa ini, dan darimana, dan mengapa bisa kau bawa?" tanyanya bertubi-tubi.

Orihime terkikik ditempatnya, "Tenang Tatsuki-chan. Dia tampaknya kesepian, jadi aku ajak saja kesini." Jawab Orihime polos sambil menunjuk ke arah sang manekin.

"K-kau, jangan bilang, mengambilnya dari museum? Apa ini sebuah benda museum?"

Orihime mengangguk. "Sepertinya. Tapi dia sudah tidak dipakai, jadi kurasa tidak apa-apa." Ujar Orihime. Melihat sahabatnya tampak kelagapan mencerna semua ini, Orihime balik berkata lagi. "Dia kesepian berdiri diujung ruangan itu, sendirian, apa tidak boleh mengajaknya kesini, Tatsuki-chan?

Tatsuki langsung terdiam dari uring-uringannya saat melihat Orihime yang menunjukan wajah seakan ingin menangis. Tidak tega, lalu Tatsuki mendesah dan berkata, "Kurasa tidak apa-apa, asal jangan bilang siapa-siapa ya?" meski masih anak-anak, Tatsuki sudah tahu tentang hal apa saja yang masih boleh dilakukan dan apa saja konsekuensinya, tapi berdasarkan pada hal-hal gila yang selama ini dilakukan Orihime dan pandangan polosnya terhadap kehidupan dunia ditambah lagi tak tega melihat sahabatnya itu sedih, mau tidak mau Tatsuki akan mendukung keinginan Orihime.

"Hm! Janji" Ucap Orihime sambil mengangguk dengan semangat. Mata berairnya sama sekali tergantikan dengan senyum bahagia yang kini menghiasi wajah mungilnya.

x

x

x

To be Continued...


Salam.

Tolong maafkan segala OOC dan keanehan cerita yang seperti biasa.

Ngarang dikit-dikit abaikan saja. LOL

Selamat membaca dan menikmati.

Berbagai saran yang datang sungguh berharga, jadi jangan lupa direview yaa..

Thanks^^

PS : Doakan segala aspirasi dan ide dan perlindungan Tuhan selalu menyertaiku, agar aku bisa menyelesaikan semua cerita yang sedang tertunda. Semuanya dalam proses. Arigatooou..