Hai, Yixing.
Mulai saat ini aku adalah penggemar rahasiamu.
Aku harap kau tidak akan risih dengan surat-surat yang akan aku kirim padamu untuk waktu selanjutnya.
Jangan terlalu dipikirkan siapa aku.
Aku berjanji tidak akan menganggumu diluar surat-surat ini.
Salam kenal,
JM-S
_0_0_0_
Secret Admier
_0_0_0_
Joon Myeon – Yi Xing
Kris
_0_0_0_
Genre: Romance
Rate: T
Warnin': Typo, 5k+
_0_0_0_
_Hye Fye_
_0_0_0_
Happy Reading
_0_0_0_
Untuk kesekian kalinya pemuda itu meletakkan bunga mawar di sebuah loker. Setelah meletakkannya, pemuda itu menutup Loker tersebut hingga dapat terlihat nama sang pemilik. Zhang Yi Xing.
Melihat sekitar yang telah sepi pemuda itu pergi. Disetiap langkahnya, senyum terus terukir. Rasa bahagia selalu menghampirinya setelah ia meletakkan bunga di Loker Yixing. Walau ia merasa senang dan tersenyum, setelah kakinya keluar dari kampus perasaan sedih yang melanda.
Suho, pemuda itu akan, ah, selalu merasa sedih karena sifat pecundangnya. Ia hanya mampu mengutarakan perasaannya melalui surat dan bunga, terkadang coklat, minuman, bahkan dengan sebuah kue. Ia hanya mampu mengagumi dan memuja seorang Zhang Yixing dari jauh dan secara diam-diam.
Tahun ini adalah tahun terakhir ia (dan Yixing) duduk di bangku sekolah. Dua bulan lagi mereka akan melepas seragam. Itu berarti ia tidak akan bisa bertemu Yixing lagi. Suho tidak tahu Yixing akan meneruskan pendidikannya di universitas mana. Mungkin jika masih di kota yang sama, Suho masih bisa melihat Yixing. Tapi jika Yixing kembali ke Cina, maka Suho benar-benar seorang pecundang sejati. Cintanya akan pergi tanpa ia ungkapkan.
Suho menyukai Yixing sejak tahun ke dua. Ia sangat mengagumi Yixing. Rasa suka dan kagumnya berubah seiring berjalannya waktu. Perasaan yang selalu dikatakan Cinta tumbuh dalam hidupnya. Perasaan Cinta yang mengelilingi Yixing seorang.
Waktu akhir semester pertama di kelas 2, Suho harus merasakan patah hati. Yixing, pujaannya menjalin hubungan dengan seorang senior yang sangat tampan —Suho akui itu— . Sempat ia mogok makan selama tiga hari karena patah hati, namun di hari ke 4 Suho kembali seperti sedia kala. Ia brrpikir, meski telah dimiliki orang lain, tidak ada salahnya untuk tetap mengagumi Yixing. Ia bertekad akan terus mengirimi Yixing ungkapan perasaannya. Tanpa memiliki niat untuk menghancurkan hubungan Yixing dan kekasihnya, ia hanya ingin mengungkapkannya saja, tidak lebih.
Selama menjadi Secret Admire, Suho memiliki kepuasan sendiri. Ia puas dengan apa yang ia lakukan, setidaknya meski tidak secara langsung, ia telah mengungkapkan perasaannya pada Yixing. Ia tidak peduli Yixing menyukainya atau tidak, karena baginya melihat Yixing bahagia sudah cukup. hanya cukup.
Ketika menginjak kelas tiga, Suho mendengar kabar Yixing mengakhiri hubungannya dengan kekasihnya. Banyak yang mengatakan karena kekasihnya akan kuliah di luar negeri, sehinggga Yixing lebih memilih memutuskan hubungan. Ia juga mendengar Yixing baik-baik saja walau berpisah dengan kekasihnya. Suho dapat melihat Yixing tetap tersenyum seperti biasanya, tidak ada sedikitpun kesedihan karena hubungan Yixing berakhir dengan si senior.
Sejujurnya Suho sangat bahagia mendengar kabar itu, dengan begitu ia akan lebih mengekspresikan perasaannya, meski dengan cara yang sama. Ketika kabar Yixing yang telah berpisah dengan kekasihnya menyebar, Suho memberikan semangat pada Yixing dengan memberinya sebuah boneka unicorn. Di hari ke dua, Suho memberikan sebuah miniatur penari balet dengan sebuah bunga. Suho mencoba menghiburnya dengan memberikan berbagai macam barang dan kata-kata penghibur serta penenang.
Kegiatan itu terus berlanjut sampai sekarang. Suho masih tidak berani menunjukkan diri pada Yixing, meski Yixing pernah memintanya bertemu lewat sebuah surat balasan di loker. Suho menolaknya dengan membalas bahwa Yixing akan kecewa jika mereka betemu.
Selama seminggu Yixing memberikan surat balasan dengan isi yang sama: meminta bertemu. Suho tidak pernah membalas keinginan Yixing, ia menghiraukannya dengan mengirimi berbagai benda seperti biasanya, dengan rangkaian kata-kata seperti biasa. Sejak Suho mengabaikan permintaan Yixing, Yixing tidak pernah meminta lagi untuk bertemu. Sampai saat ini Yixing tidak pernah membalasnya lagi.
Bunga yang tadi Suho letakkan adalah bunga terakhir yang akan diberikan pada Yixing. Ia memang telah bertekad untuk melupakan Yixing. Ia bahkan memberi surat terakhir untuk Yixing dan mengatakan dua bualan dari sekarang Yixing tidak akan pernah mendapatkan surat atau benda apapun di lokernya lagi. Suho berpikir, mereka tidak akan bertemu lagi. Dua bulan lagi mereka akan menempuh hidup yang baru dengan jalan berbeda, karena itu ia bertekad memberikan bunga dan surat terakhir.
Suho tersenyum menatap gedung sekolah, ia akan sangat merindukan gedung dimana ia menemukan cinta pertamannya dan menjadikannya seorang pecundang sejati. Suho akan mengenangnya, mengenang setiap lantai yang ia tapaki untuk mengikuti setiap gerak langkah Yixing. Ia akan mengingat setiap tempat dimana ia bisa mengagumi Yixing, ia akan mengingat semuanya.
Suho membalikkan badannya, ia berjalan menuju tempat dimana sepedanya diparkirkan. Dengan perasaan yang sedikit berat, Suho mendekati sepedanya dan menjalankannya. Ia mulai mengayuh sepedanya dan meninggalkan sekolah.
Ia akan memulai hari baru di esok hari. Hari baru tanpa menjadi Secret Admire seorang Zhang Yixing lagi. Mulai besok ia hanya seorang Suho yang akan melepas seragamnya dua bulan lagi, dan akan menjadi mahasiswa.
Dan dalam perjalanan pulang, Suho membisikkan salam perpisahan untuk Zhang Yixing, meski tidak langsung pada orangnya.
o~0~o~0~o
hey, dua bulan lagi kita akan lulus.
Kau tahu artinya?
Kita akan melepas seragam kita.
Hal itu berarti, bunga mawar ini adalah bunga terakhir untukmu.
Surat inipun akan menjadi yang terakhir.
Aku berharap kau akan mengingatku dalam perjalanan hidupmu.
Aku ingin kau mengingat bahwa kau memiliki seorang Secret Admire sepertiku.
Aku ingin menjadi kenangan yang tak terlupakan olehmu.
Dan aku pun akan mengenangmu sebagai pujaanku.
.
Your Secret Admire:
JM-S
o~0~o~0~o
satu tahun berlalu, kini Suho seorang mahasiswa. Tidak banyak perubahan dalam diri Suho. Ia masih menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Ia masih seorang yang cukup sulit bergaul, namun sekarang ia memiliki cukup banyak teman. Tidak seperti di bangku sekolah, temannya dapat dihitung dengan jari. Sesekali Suho pergi hang out dengan teman-temanya.
Yang berubah dari suho hanya sekarang ia lebih sering pergi keluar bersama teman-temannya. Seperti nongkrong di café atau sekedar kumpul-kumpul di sebuah taman. Teman-teman Suho sangat mengasyikan dan tidak membeda-bedakan, serta mudah bergaul. Mereka sangat welcome kepada siapa saja, bahkan karena terlalu asyik mereka sering menjahili siapapun. Siapapun yang berarti tidak memandang kenal atau tidak, senior atau junior.
Jika aksi mereka telah keterlaluan (menurut Suho), maka suho akan memperingati mereka. Suho memeperingati dengan memberi nasehat atau kata-kata yang seperti menunjukkan usiannya jauh lebih tua dari mereka. Karena sifat Suho yang seperti itu, teman-temannya memanggilnya Leader ke dua. Leader pertama mereka, Kris, adalah orang pertama yang akan mengagguk jika Suho sudah memperingatinya. Meski Kris mengangguk, tapi tetap saja ia akan melakukan kejahilan lagi beberapa jam kemudian. Karena Leader pertama mereka seperti itu, teman-teman Suho yang lain tentu lebih 'mengikuti' Leader pertama. Dan suho, ia hanya akan menghela napas dan kembali memberi nasehat (dan seterusnya seperti itu).
Suho menatap malas pada Kris yang sedang melakukan kejahilan, menyingkap rok mahasiswi baru. Sungguh Suho sangat binggung dengan tingkah teman-temannya yang seperti anak sekolah dasar. Suho sangat menyayangkan sifat mereka, padahal wajah teman-temannya sangat tampan. Terlebih Kris, wajah blesterannya sungguh dapat menarik perhatian dan mampu menjerat pesona siapapun. Disayangkan wajah dan tingkah lakunya berlawanan, membuat Kris yang tadinya dikagumi malah berbalik disindari.
'Orang-orang aneh.' Pikir Suho begitu melihat kawanan teman-temannya makin menjadi.
Suho terdiam dengan pikirannya. Matanya kemudian membola, 'Tunggu! Kalau mereka aneh, berarti aku juga aneh!?' pikir Suho horror, 'Pantas mereka mau berteman denganku.' Suho meratapi nasibnya dengan menyandarkan kepalannya pada tangan yang terkelungkup di atas meja.
"YO! JUNMEN!"
Sedang meratapi diri, Suho tiba-tiba dikejutkan oleh suara berat yang menepuk pundaknya kasar. Sontak Suho menatap tajam orang yang melakukan kekerasan terhadap telinga dan jantungnya. Matanya berkilat tajam (walau tidak dapat dilihat orang lain, karena Suho memakai kacamata), menatap sang pelaku dan mendesisikan nama si pelaku, "Kris."
Kris, sang pelaku meloncati bangku yang diduduki Suho dan duduk disebelahnya kemudian, membuat Suho memutar matanya bosan, 'Banyak gaya.' Pikir Suho.
"Kenapa diam saja? Kau tahu, asyik sekali menyingkap rok mahasiswi baru itu." Kris merangkul bahu suho dan mengguncangnya.
Suho melepas kasar rangkulan Kris, "Tingkahmu sungguh tidak beradab." Peringat Suho tajam, "Kau sungguh tidak sopan! Yang kau lakukan sama saja dengan pelecehan, Idiot Kris!"
Mendengar nasehat Suho, Kris hanya cengegesan. "Ayolah, Junmen! Kalau mereka gadis baik-baik, mana mungkin aku melakukan hal yang—katamu—pelecehan." Terang Kris yang membuat Suho menatap heran.
Mengerti pandangan Suho, Kris kembali merangkul Suho dan berbisik, "Gadis itu seorang pelayan, setiap akhir pekan ia selalu melayani om-om di hotel, bahkan di pinggir jalan pun jadi." Jelasnya dengan nada yang aneh, membuat Suho merinding.
Ia meotot pada Kris, "Kenapa kau bisa tahu?" Tanya Suho curiga, "Kau pemakai?"
Kris menggeleng, "Setiap akhir pekan, aku membantu orangtuaku di café (kadang-kadang), gadis itu sering menemani om-om yang berbeda-beda tiap waktu."
Suho mengangguk mengerti, "Pantas saja, setelah berteriak gadis itu malah menatap nakal padamu."
Kris menepuk-nepuk bahu Suho, "Ada alasan mengapa aku melakukan hal itu," ujar Kris. Suho menatap Kris penuh ketertarikan, "Apa?" tanya Suho.
Kris terdiam sesaat, ia mengalihkan pandangannya sesaat pada gadis tadi, lalu kembali pada Suho. "Dia menyukaimu." Bisik Kris.
"APA!?" suho berteriak tepat di muka Kris, matanya melotot tidak percaya, tiba-tiba tubuhnya merinding.
Kris menatap Suho serius, "Sejak penerimaan mahasiswa baru, gadis itu selalu menatapmu dengan tatapan genit dan nakal. Yang ku dengar, Ia menyukaimu."
"Kenapa bisa?" heran Suho, "Kau tahu kan, aku ini… aneh?" Suho memelankan kata terakhirnya. Sepertinya ia mengakui kalau dirinya memang aneh.
Kris mengangguk mantap, "Aku juga sangat heran. Padahal dia termasuk cantik. Ck, aku bahkan jauh lebih tampan darimu. Sepertinya gadis itu buta,"
Suho mengalihkan pandangannya kea rah lain, ia malas mendengar ucapan Kris yang semakin jauh maah semakin menjelekkannya dan memuji dirinya sendiri. Penyakit percaya diri Kris kambuh. Suho lebih memilih sekitar dan mengacuhkan Kris yang semakin menjadi. Ketika Suho mengedarkan matanya, seperti waktu berjalan lambat, Suho terpaku.
Mata Suho terpaku pada satu objek yang membuat jantung Suho berdetak lebih cepat. Objek yang membayang di matanya adalah seseorang yang selalu Suho kagumi.
Zhang Yixing.
Orang yang ia kagumi seperti seorang Fan gila.
suho terhanyut dalam pemandangan. Pemandangan dimana Yixing berjalan dengan anggun dan senyum yang selalu membuat Suho berbunga-bunga. Pandangan Suho mulai berimajinasi. Setiap langkah Yixing disertai angin yang berhembus lembut, mengibaskan rambut Yixing yang (Suho yakini) sangat lembut. Bunga-bunga bermekaran di sekeliling Yixing. Telinga Suho seperti mendengar iringan music surga, menyertai langakah Yixing. Oh, Suho terhanyut, bahkan kini bibir Suho tersenyum seperti orang gila. Gila karena ia mulai membayangkan Yixing berjalan menghampirinya.
berjalan menghampirinya.
WHAT‼?
Sekita Suho tersadar dan membulatkan matanya, SHIT! Yixing benar-benar menghampirinya! suho gelagapan. Ia segera merapikan pakaiannya, menyisir rambutnya dengan tangan, dan membenarkan tata letak kacamatanya. Dengan jantung yang berdegup kencang, Suho mulai memasang senyuman. Senyum Suho semakin lebar dan melambaikan tangan ketika Yixing semakin dekat dan melambai padanya, sepertinya akan menyapa Suho—
"WUFAN‼"
— ternyata menyapa Kris.
Bibir tersenyum Suho berubah menjadi menganga. Tubuhnya kaku, dan secara tiba-tiba wajahnya berubah merah. Malu!
"Yixing! Wah, aku tidak menyangka kau kuliah disini. Aku tidak pernah melihatmu."
Kris balas menyapa Yixing dan merangkul Yixing. Mengajak Yixing duduk di sebrangnya dan Suho. Suho memperhatikan interaksi antara Yixing dan Kris. 'Sepertinya mereka sangat dekat.' Batin Suho miris melihat Kris dan Yixing yang asyik mengobrol, melupakan bahwa Suho ada.
Suho menundukkan wajahnya. Seharusnya ia sadar. Mana mungkin Yixing mengenal dirinya. Suho bukan orang yang mudah dikenal seperti Yixing. Suho mengangkat sedit wajahnya, melihat Yixing kembali. Dan Suho kembali merasakan sakit hati. 'Sepertinya mereka berpacaran.' Batin Suho pilu.
Suho mengigit bibir bawahnya melihat tangan Yixing dan Kris saling bertautan di atas meja. Bahkan sesekali Suho mendengar Kris memanggil Yixing dengan panggilan sayang. Honey. Suho menahan napas ketika Yixing pamit pada Kris dengan cara, mencium pipi Kris.
Ketika melihat adegan Yixing mencium Kris, rasanya Suho ingin mencabut jantungnya dan mencincang hatinya kerena merasa sakit. oh, ayolah. Bukankah Suho sudah berniat akan melupakan Yixing? Tapi kenapa malah seperti ini Suho menatap kepergian Yixing dengan sendu.
"Junmen!"
Suho mengerjap, ia berdehem dan menatap Kris yang memanggilnya. "A-apa?" gagap suho.
"Kau kenapa? Sedari tadi kau diam saja." Tanya Kris heran.
"Aku hanya tidak ingin menganggu perbincanganmu dengan, dengan gadis tadi." Ucap Suho dengan suara lirih pada kalimat terakhir. Kris mengangguk, kemudian Kris mengajak Suho berbincang kembali. Err.. sebenarnya melanjutkan celotehannya tadi, memuji dirinya sendiri dan membandingkan dirinya dan Suho.
o~0~o~0~o
Hei, aku tidak tahu kalau ternyata kau satu fakultas denganku.
Aku juga tidak tahu kalau selama ini kita selalu berada di kelas yang sama (sejak semester ini), di tiga pelajaran tertentu.
Mungkinkah kau mahasiswa pindahan?
JM-S
o~0~o~0~o
suho menatap surat dan bunga mawarnya sebelum memasukkan keloker Yixing.
Ya, Suho kembali menjadi pengagum rahasia Yixing. Sudah dua bulan ia menjalani hari-harinya seperti SMA dulu. Hanya saja, kali ini jadwal mengirimi Yixing surat adalah satu bulan sekali. Dan kali ini adalah kali ke dua ia mengirim Yixing surat. Surat pertama yang Suho berikan berisikan bahwa ia menjabut niatanya, ia menulis ia akan menjadi pengagum rahasia Yixing lagi.
Suho memasukkan surat itu melalui celah pintu loker. Bunga mawarnya ia tempel di pintu loker. Kali ini suho gagal membuat duplikat kunci loker Yixing, hal itu yang menyebabkan Suho hanya mengirimi Yixing surat sebulan sekali.
Suho melangkah pergi meninggalkan loker Yixing. Hari masih terlalu pagi untuk masuk ke kelas. Suho melangkah menuju kantin, membeli sarapan. Ketika sampai di kantin dan langsung membeli sarapannya, Roti dan susu, suho memelih bangku pojok untuk menikmata sarapannya.
Ketika asyik menikmati sarapannya, tidak sengaja Suho melihat Yixing dan Kris menuju kantin. Suho terdiam sesaat memperhatikan Kris dan Yixing yang terlihat semakin dekat setiap harinya. Mata Suho tertuju pada bunga mawar dan surat yang dibawa Yixing. Kris mengajak Yixing duduk di meja yang tidak jauh dari Suho. Kris meninggalkan Yixing, sepertinya Kris mau memesan makanan.
Bibir Suho tersenyum ketika Yixing membuka suratnya dan membacanya. Suho kembali menikmati sarapannya. Melihat Yixing membaca suratnya membuatnya senang, ia tidak peduli jika setelahnya Yixing akan membuang surat dan bunganya. Setidaknya Yixing menghargainya dengan membaca suratnya dan membawa serta bunganya.
o~0~o~0~o
"Hei, Junmen." Bisik Kris pada Suho yang sedang memperhatikan penjelasan dosen. Suho membalas bisikan Kris dengan berbisik pula. "Apa" tanya Suho tanpa mengalihkan matanya dari dosen. "Kau tahu Yixing, kan?" tanya Kris berbisik. Suho mengangguk. Kini konsentrasinya mulai terslihkan, dari telinganya mendengarkan penjelasan dosen, beralih membuka lebar telinganya ketika mendengar nama Yixing pada Kris.
"Bantu aku aku mencari tahu siapa Secret admier Yixing."
Oh, betapa jantung Suho seakan dihantam batu. Tubuh Suho langsung kaku. Ia menatap Kris terkejut. Kris berdecak mendapat ekspresi Suho, "Ayolah. Aku pernah cerita tentang pemuja rahasia Yixing-Ku kan?" decak Kris.
Suho mengangguk kaku. "A-apa yang harus kubantu?" tanya Suho dengan jantung yang seakan lari marathon.
Kris menepuk bahu Suho, "Kau tahu, kan. Aku sangat jengkel dengan pria pengecut itu. Jadi, bantu aku mengawasi loker Yixing setiap pagi. Aku yakin si pengecut itu mengirimi Yixing surat pada pagi hari."
Suho menelan ludahnya tegang. Tiap pagi? Oh, itu sungguh keterlaluan! Jika jadwal kuliah mereka pagi semua, itu tidak masalah. Tapi dari sekian pelajaran, empat diantaran masuk sore hari. Masa Suho harus membuang waktunya hanya untuk menemukan dirinya sendiri menjadi buruan Kris.
"Kura tidak perlu setiap hari, Kris. Jadwal kita di pagi hari hanya dua pelajaran." Bisik Suho mencoba merayu Kris.
"Ayolah, Junmen. Kita tidak tahu kapan si pengecut itu mengirimi Yixing surat. Aku tidak mau terlewat seharipun." Ujar Kris dengan nada memaksa agar Suho setuju, bukan membujuk.
"Apa yang tidak ingin terlewat seharipun, wufan!?"
Oh, Sial! Pertanyaan itu bukan dari Suho. Melainkan dari Dosennya! Kris menatap dosennya dengan gugup dan tersenyum canggung. "Ah, err… pe-pelajaran anda, pak." Dusta Kris dengan raut yang tegang.
Suho menatap dosen yang entah sejak kapan berada di depan mereka. Oh, padahal seingat Suho, ia dan Kris duduk di bangku paling belakang. Kenapa dosennya bisa menangkap basah mereka yang berbisik-bisik? Apa dosennya memiliki pendengaran yang tajam? Atau mungkin matanya seperti bunglon? Suho bergidik ngeri membayangkan kalau hal itu benar.
"Benarkah? Satahu saya sedari tadi kalian berbisik-bisik." Dosen itu menatap Suho dan Kris yang tegang. Sebuah senyum, yang diyakini Suho dan Kris adalah seringai tercetak sebelum berkata, "Kelas bukan untuk Berpacaran. Silahkan keluar dan kalian bisa berpacaran sepuas kalian. Dan atau mungkin kalian bisa membuat anak. Itu juga kalau diantara kalian memiliki rahim."
Betapa wajah Suho dan Kris merah karena malu. Sangat malu. Bahkan telinga mereka ikut memerah ketika mendengar gelak tawa mahasiswa lain yang mendengar sindiran sang dosen dengan seringainya yang mengerikan.
Suho dan Kris segera beranjak dari bangku mereka dan melangkah meninggalkan kelas diiringi oleh seruan mahasiswa lain, serta siulan dan berbagai macam godaan.
Bersyukur di pelajaran ini tidak sekelas dengan Yixing. Kalau sekelas, Suho bisa pingsan berdiri.
o~0~o~0~o
hey, kenapa lokermu selalu di jaga oleh dua orang laki-laki?
Gara-gara hal itu, aku harus ekstra hati-hati ketika mengirimu surat.
Aku tidak ingin mereka tahu siapa aku.
Katakan padaku kalau kau tidak suka dengan surat-suratku.
Mungkin kau muak padaku yang mengirim surat padamu lagi.
Tapi, kalau kau tidak membalas suratku dengan mengatakan kalau kau keberatan, aku akan tetap mengirimnya.
Jika kau membalas dengan menulis bahwa kau keberatan, aku akan berhenti.
Lagipula, sepertinya kau sudah memiliki kekasih.
Meski sejujurnya aku kembali patah hati, tapi aku senang.
Dengan adanya kekasihmu, itu berarti kau telah melupakan senior kita dulu.
JM-S
o~0~o~0~o
Yixing menghela napas setelah membaca surat dari pengagumnya. Ini kali ke tiga Yixing mendapat surat itu setelah sekian lama ia tidak mendapatkannya. Yixing memainkan bunga mawar yang disertakan dengan surat itu. Yixing bukannya tidak suka kalau ia dikirimi surat, tapi ia hanya kecewa. Kecewa karena pengagumnya kini hanya memberinya sebulan sekali. Tidak seperti masa sekolah, sering sekali Yixing mendapat surat.
Sejujurnya Yixing sangat bahagia ketika mendapati lokernya terisi lagi. Satu tahun tidak mendapat surat dari JM-S, Yixing merasa ada yang hilang. Yixing tidak menyangka, keputusannya untuk pindah ke universitasnya kini, akan kembali mempertemukannya dengan surat-surat si JM-S itu.
Alasan Yixing pindah sebenarnya karena ia berharap akan bisa bertemu dengan JM-S itu. Pada awalnya ia memang kuliah di Cina. Namun satu tahun tidak mendapat surat, karena telah menjadi rutinitasnya, Yixing kembali ke Korea. Dan kejutan menyapanya. Ia bisa bertemu kembali dengan surat pemujanya. Dan kini ia bertekad untuk bertemu langsung dengan pemujanya.
Hal itulah yang membuatnya meminta tolong pada Kris untuk memata-matai lokernya.
"Hey, Honey!"
Rasanya ingin sekali Yixing memukul Kris karena telah mengejutkannya. Terlebih ketika Kris memeluknya dari belakang. Tapi hal itu urung karena Kris keburu melepas pelukannya dan duduk di depannya. Bersama seseorang yang tidak Yixing kenali.
Yixing metap Kris dan temannya curiga. Seingat Yixing, jam segini mereka ada pelajaran. "Seingatku kau ada kelas jam ini, Kris." Ucap Yixing. Bukan sebuah pertanyaan, lebih mengarah ke pernyataan.
Kris menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku. "Kami diusir." Cuek Kris. Ia menatap langit-langit kantin, tangannya ia lipat di belakang kepala.
"Kapan kau akan berubah? Kalau begini, aku yakin orangtua kita akan membatalkan pertunangannya." Dengus Yixing.
o~0~o~0~o
"Kapan kau akan berubah? Kalau begini terus, aku yakin orangtua kita akan membatalkan pertunangannya."
DEG
Suho dapat mendengar jantungnya seperti berhenti selama beberapa detik. Dibalik kacamatnya, mata Suho menatap Yixing dengan sorot sakit. ia meraba dada kirinya dan meremasnya. Sakit. mendengar kenyataan dari mulut Yixing Suho merasakan sakit hati melebihi ketika ia tahu Yixing memiliki kekasih. Tunangan? Mungkin kalau hanya kekasih, Suho tidak akan ambil pusing. Tapi tunangan? Harap Suho sepertinya telah pudar.
"Tidak akan. Aku sudah lama menantikan pertunangan ini. tentunya tidak akan kubiarkan batal begitu saja."
Suho menatap Kris. Matanya mulai buram. Sebesar apakah Kris mencintai Yixing? Sampai-sampai Kris tidak akan membiarkan pertunanganya dengan Yixing batal. Suho mengalihkan pandangannya ketika merasa matanya mulai berkaca-kaca. 'Tidak, jangan menangis.' Batin Suho pilu. Suho merasa tuli. Ia tidak mendengar percakapan Yixing dan Kris lagi. Ia terhanyut dengan pikirannya.
Suho tersentak dari lamunanya ketika merasakan tepukan di bahunya. Suho menatap pada Kris, orang yang nepuk bahunya. Suho bergumam 'apa' bertanya pada Kris.
"Kau melamun?" Kris berbalik bertanya.
Suho menggeleng, "Aku, aku hanya sedang memikirkan sesuatu." jawab Suho. Tidak berbohong, hanya tidak secara gamblang mengatakannya.
Kris mengangguk, "Perkenalkan dirimu pada Yixing. Aku lupa mengenalkanmu padanya." Perintah Kris.
Suho menatap Yixing. Cukup lama. Ia mengulum senyum dan mulai memperkenalkan diri, "Suho." Ucapnya pendek. Ia sudah tidak ada mood.
Yixing menatap Suho heran, "Hanya itu?" tanya Yixing.
Suho memasang ekspresi datar, guna mencoba meredakan jantungnya yang berdetak tidak karuan. "Ya." Jawabnya pendek. Bukan maksud Suho untuk bersikap dingin. karena patah hati untuk kesekian kalinya pada orang yang sama, Suho mencoba untuk tidak bersikap baik. Hal itu hanya akan membuat Suho semakin sakit.
"O-oh." Respon Yixing. Entah ia harus menanggapi Suho bagaimana.
o~0~o~0~o
Yixing menatap Suho yang kini berbincang dengan Kris. Mendebatkan prihal mengapa sikap Suho begitu dingin pada Yixing. Yixing menatap Suho lekat. Meneliti penampilan Suho yang tidak biasa.
Yixing pikir Suho adalah tipe pemalu dan penyendiri, kalau dilihat dari penampilan Suho. Tidak Yixing sangka ternyata Suho malah bersikap dingin dan begitu datar menanggapinya. Tapi begitu Suho menanggapi Kris, Suho seperti orang yang cerewet dan mudah kesal.
Yah, siapa yang akan tahan dengan Kris yang menyebalkan. Yixing sendiri akan kesal dalam hitungan menit, bahkan dalam beberapa detik jika berbicara dengan Kris. Yixing beralih pada surat yang ia pegang. Daripada melihat perdebatan (yang kini burubah menjadi pertengkaran) antara Suho dan Kris, Yixing memilih untuk membaca surat itu.
Yixing membuka surat itu dan membacanya. Mata Yixing menelusuri setiap kata dalam surat itu. Selesai membaca, Yixing kembali memasukkan surat itu. Ia menghela napas. Beralih matanya pada bunga mawar. Selalu bunga mawar. Padahal dulu JM-S selalu mengirim benda yang berbeda-beda mengiringi surat itu.
Yixing tidak menyangka, permintaannya pada Kris agar mengamati lokernya sia-sia. Pemujanya masih bisa memberikan surat tanpa diketahui oleh Kris. Padahal Yixing yakin sebulan ini Kris melakukannya dengan baik. Tentunya Kris mau melakukan itu juga karena kesal dengan pemuja Yixing.
"Aku duluan!"
Yixing mengalihkan perhatiannya pada Suho yang pamit dengan nada ketus pada Kris. Dengan langkah yang terhentak Suho meninggalkan Yixing dan Kris. Entah kenapa Yixing terpaku pada punggung Suho. Meski Suho memiliki tinggi badan yang tidak setinggi Kris, tapi entah kenapa Yixing merasa punggung itu begitu kokoh dan akan terasa hangat jika dipeluk.
Hah? Dipeluk!?
Yixing membuatkan matanya dan mengeleng kepalanya kasar, menghilangkan pikirannya yang tiba-tiba aneh. Yixing menampar pipinya menyadarkan diri bahwa apa yang dipikirkannya hanya selewat. Mana mungkin ia memuji laki-laki aneh macam Suho.
"Kris," panggil Yixing mengalihkan pikirannya. Kris menatap Yixing penuh tanya, "Kenapa kau bisa berteman dengan orang unik macam Suho?" tanya Yixing penasaran.
Bagaimana tidak penasaran, kalau Kris yang tampan dan tentunya belagu bisa berteman dengan Suho yang berbanding terbalik dengan Kris.
Kris berdehem sebelum menjawab, "Awalnya hanya iseng, tapi lama-lama setelah mengenalnya, sifat dan sikapnya tidak seperti penampilannya. Aku pikir dia tipe penyendiri, ternyata kalau sudah diajak ngobrol, sangat cerewet." Jelas Kris.
"Yah, awal aku melihatnya pun begitu. Kupikir ia tipe penyendiri dan terbully. Tenyata jauh dari kata itu." Ungkap Yixing.
Kris mengangguk, "Oh, bagaimana kabar pemuja rahasiamu itu" tanya Kris yang sadar akan sesuatu.
"Dia kembali mengirimiku surat." Acuh Yixing, "Kau gagal, tuan." Sinis Yixing.
"Aneh, padahal aku selalu mengawasi lokermu dari pagi, sangat pagi malah." Kris mengernyitkan darinya.
"Sepertinya kau harus lebih pagi memulainya." Saran Yixing masih dengan nada sinis.
Kris memukul kepala Yixing tanda protes. Apa yang dilakukan Kris menuai emosi Yixing sehingga ia berteriak dengan nyaring, "YAK! Aku ini perempuan! Tidak sopan!" marah Yixing sembari mengusap-usap kepalanya.
"Kau pantas mendapatkannya!" kesal Kris. "Aku tidak mau hanya karena pemujamu itu aku harus mengurangi jam tidurku."
Bibir Yixing merenggut, "Aku kan hanya minta tolong."
"Lakukan sendiri!" kris kembali memukul kepala Yixing. Tidak memperdulikan teriakan marah Yixing, Kris pergi meninggalkan Yixing.
o~0~o~0~o
akhir-akhir ini, Kris sangat heran dengan Suho. Sudah tiga minggu ini Suho menghindar. Ya, Kris yakin Suho menghindarinya. Sejak perkenalan suho dengan Yixing, Suho mulai jarang berbaur denganya dan teman-temannya. Setiap diajak bergabung dan kumpul bersama, Suho selalu menghindar. Bahkan beberapa kali menghilang. Kris tidak menemukan Suho dimanapun.
Ketika Kris meminta bantuan Suho lagi untuk mencari tahu siapa pemuja Yixing, Suho menolak. Suho berkata bahwa itu bukan urusannya, dan lagi ia tidak emngenal Yixing. Kris mau tidak mau jafi menjalankan misi sendirian. Dan karena hal itu, sejak kemarin ia berhenti melakukannya lagi. Ia tidak mau mencari tahu lagi, meski rasa penasaran sangat tinggi.
Ketika Kris memberitahukan bahwa ia berhenti pada Yixing, Kris yakin Yixing sangat kecewa. Tapi mau bagaimana lagi? Toh sebenarnya kalau dipikir-pikir, Pengagum Yixing itu tidak menganggu sama sekali. Dan Kris juga menduga, alih-alih merasa risih, Yixing malah terlihat menikmatinya.
"Kau kenapa?"
Kris terlonjak ketika merasakan tepukan yang sangat keras di bahunya. Ia mengeram kesal ketika melihat Yixing, sang pelaku duduk di sampingnya. "Apa!" sewot Kris.
"Hey, aku bertanya baik-baik."
Kris mendengus, "Tidak baik, jika kau memukul bahuku."
"Ok, aku minta maaf." Yixing mengusap bahu Kris sebagai tanpa maaf, "Akhir-akhir ini kulihat kau tidak bersama teman ajibmu."
"Dia menghindariku." Jawab Kris sembari memangku dagunya di tangan kiri.
"Kenapa? Kuperhatikan sejak kepindahanku, kau sangat akrab dengannya. Aku sampai berpikir kalau kalian pasangan gay." Ucap Yixing dengan nada mengejek.
"Kalau aku gay, untuk apa aku bertunangan dengan perempuan." Sinis Kris menatap Yixing.
"Siapa yang tahu kalau kau bertunangan hanya untuk status sosial." Cuek Yixing.
Kris menahan kekesalnya. Ia tidak mau ambil pusing dengan ucapan Yixing, toh ia sudah sering mendengar hal itu. Ia dan Suho selalu digosipkan sebagai pasangan gay. Kris dan Suho tidak menganggap serius gosip itu, mereka menganggapnya hiburan. Dan mungkin hal membantu mereka untuk terkenal dan menjadi sejarah di kampus mereka. Yah, setidaknya walau negative, yang penting terkenal.
"Apa mungkin karena gossip itu, ya?" gumam Kris ketika menyadari hal itu.
"Mungkin saja. Aku pun akan merasa risih jika digosipkan lesbi. Lebih baik aku menghindar kalau itu terjadi padaku." Ujar Yixing.
"Hmm.. kalau begitu aku harus bicara dengan Suho untuk memastikan. Suho itu hanya memiliki kami. Karena penampilanya, banyak yang tidak ingin berteman dengannya karena berpikir dia adalah orang aneh. Dia itu baik, suka meneraktir kami. Padahal kalau mereka tidak memperdulikan penampilan Suho, mereka bisa menghemat biaya makan. Selama berteman dengan Suho, aku bisa menghemat sampai 50%. Bayangkan, Xing! Aku bisa membelikanmu apapun kalau terus berteman dengan Suho!" cerita Kris dengan antusiasme yang tinggi. Ia bahkan menatap Yixing penuh keyakinan.
"Jadi, kau berteman dengan Suho kerena uang?" alis Yixing terangkat sebelah.
Kris membungkam mulutnya, "Err.. pada awalnya kami memang seperti itu. Tapi sekian lama berteman, sedikit demi sedikit Suho merubah kami. Kau tahu sendiri bagaimana bengalnya aku. Sejak ada Suho, kami tidak hanya kumpul bersama, tapi kami pun belajar bersama. Karena itu alasan kenapa nilai aku dan anak-anak yang lain membaik. Yah, walau untuk mendapat nilai itu Suho selalu mengiming-imingi kami dengan uang yang cukup banyak." Jelas Kris lagi. Kali ini ia nyegir begitu mengatakan Suho mengiming-imingi mereka uang.
Yixing memicingkan matanya, "Kau memanfaatkan orang sebaik Suho!? Kau dan teman-temanmu sungguh keterlaluan. Aku tidak menyangka kau orang seperti itu!"
BUK
Yixing memukul kepala Kris dengan tasnya sebelum meninggalkan Kris.
o~0~o~0~o
beruntung dosen dipelajaran hari ini tidak masuk, Yixing bisa menenangkan diri karena kekesalannya pada Kris. Ia sungguh tidak menyangka Kris memanfaatkan Suho. Memangnya Suho sekaya apa sampai bisa membuat Kris bisa menghemat sampai 50%?
Kalau diperhatikan, selama ia mengenal Suho (dari Kris), pakaian yang dikenakan Suho sederhana. Pakaian khas anak kuliahan, kemeja dan yang membedakan dari mahasiswa lainnya, Suho memakai celana bahan. Seperti bapak-bapak, Yixing selalu berpendapat seperti itu tentang gaya pakaian Suho. Tapi bukan hanya itu, ada lagi yang membedakan Suho dengan mahasiswa pada umumnya. Suho itu…
Culun.
Ya, gaya pakaian Suho sangat culun. Dimulai dari rambutnya yang hampir nenutupi matanya (yang menggunakan kacamata), kacamata bulat yang sungguh terlalu besar untuk ukuran wajahnya, sepatu kets yang seperti tidak pernah dicuci, tas punggung yang terlalu menempel pada punggung, dan… selalu membawa botol minum. Yah, setidaknya Suho tidak mengancingkan kemejanya sampai mencekik lehernya.
Dilihat dari penampilan, tentunya diragukan ucapan Kris. Penampilan Suho saja seperti itu, bagaimana bisa ia selalu mentraktir teman-temannya? Apalagi sepengetahuan Kris, Suho selalu memakai sepeda sebagai alat transportasi ke kampus.
Yixing menghala napas. Kenapa ia harus repot-repot memikirkan Suho? Ah, tapi kana pa yang dilakukan Suho menyangkut Kris, dan apapun hal yang bersangkutan dengan Kris, akan menjadi urusannya juga. Ah, Yixing masih mencurigai alasan Kris. Ia tidak percaya Suho memiliki uang yang banyak. Yixing yakin, suho pasti orang dari kalangan biasa seperti dirinya dan Kris. Yang sekarang ia pikirkan adalah darimana Suho bisa mendapatkan uang banyak?
Yixing kembali menghela napas. Ia mendudukkan diri di sebuah bangku yang menghadap ke sebuah danau. Ternyata terlarut dalam pikiran membuatnya tidak sadar telah sampai di belakang gedung kampus. Yixing masih terpekur dalam pikirannya, menebak-nebak darimana Suho mempunyai uang. Laki-laki culun dan sedikit… errr— suram seperti Suho tentunya tidak mungkin menjadi— gigolo. Hell! Mana ada yang mau membayar laki-laki dengan dandanan aneh dan suram.
"ARGGHH‼"
Yixing berteriak sembari mengacak rambutnya. Ia pusing memikirkan Suho. Ah, sudahlah apa gunanya juga bagi dia. Toh itu urusan Suho mendapat uang dengan cara apa. Yixing terdiam sebentar dan menghela napas, tapi tetap saja hal itu menyakut Kris juga.
"Yixing-sshi."
Yixing menoleh ke samping kirinya, dimana asal suara yang memanggilnya. Alis Yixing terangkat ketika mendapati Suho —orang yang dipikirkannya— duduk diujung bangku. Yixing menganga, ia menutup wajahnya karena malu. Yixing yakin, saat ia berteriak dan emngacak rambutnya Suho telah berada di sampingnya. Atau mungkin—
"Sejak kapan kau disini" tanya Yixing dengan wajah yang merah.
"Sebelum kau duduk di bangku." Jawab Suho datar.
—sebelum Yixing datang.
Yixing menekuk wajahnya. Apa yang dilakukan Yixing mengundang pertanyaan, "Apa terjadi sesuatu? kenapa kau berteriak seperti itu?" tanya Suho dengan nada Khawatir yang kentara.
Yixing mengangkat wajahnya dan menatap Suho, "Hanya berpikir kenapa orang sepertimu bisa berteman dengan Kris." Jawab Yixing apa adanya.
Mendengarnya, Suho menunduk. Ia meremas buku yang ia baca tadi, "Apa kau malu kalau Kris memiliki teman sepertiku?" tanya Suho dengan lirih.
"Tidak juga. Hanya saja, tidak pernah terpikir olehku Kris akan berteman dengan orang unik macam dirimu, Suho. Sejak kecil Kris itu cukup pemilih dalam hal berteman." Jelas Yixing.
Suho terdiam mendengar penjelasan Yixing tentang Kris. 'sejak keci? Bahkan mereka menghabiskan masa kecil bersama. Pantas saja mereka bertunangan. Kalau begini, aku benar-benar tidak ada harapan.' Batin Suho mengasihani dirinya. Suho menatap pada Yixing. Suho sedikit terkejut ketika mendapati jarak Yixing dan dirinya sangat dekat. 'sejak kapan?' pikir Suho.
"Boleh aku bercerita, Suho-sshi?" tanya Yixing tanpa mengalihkan pandangannya dari danau.
Suho ikut menatap danau, "Silahkan." Ucap Suho mempersilahkan.
"Aku… aku memiliki pengemar rahasia," Suho menahan napas mendengar awal ceria Yixing. Tiba-tiba ia menjadi tegang. "Sejak SMA ia mengirimiku surat dan berbagai macam benda. Awalnya aku sangat risih dan takut, tapi tiap kali aku membaca suratnya aku merasa bahwa pengemarku orang baik. Dia tidak pernah melakukan apapun padaku selama kegiatannya mengirimi surat. Bahkan ketika aku memintanya untuk bertemu, ia menolak."
Yixing menatap pada Suho, suho yang merasa ditatap balas menatap Yixing. Pandangan mereka bertemu, "setelah lulus, aku memutuskan untuk kuliah di Cina. Tapi ternyata keputusanku salah," Yixing terdiam sebentar, ia memutus kontak matanya dengan Suho. Kembali memandang danau.
"Selama dua tahun menerima surat dan perhatian pengemarku melalui surat, aku merasa kehilangan. Satu tahun kuliah di Cina membuatku merasakan ada yang kurang. Aku terbiasa membaca surat-surat dari pengemarku. Hal itulah yang mengakibatkan aku pindah ke kampus dimana ada Kris. Tidak kusangka, keputusanku ke kampus ini tepat."
Yixing kembali terdiam, ia kembali menatap Suho dan kali ini tersenyum pada Suho, membuat jantung Suho berdetak tidak karuan melihat senyum manis gadis di sebelahnya. "Aku mendapatkan surat darinya lagi. Dari pengemarku. Aku sangat bahagia."
Pernyataan Yixing membuat Suho merasa berbunga-bunga. Ia tidak menyangka Yixing sangat bahagia mendapat surat darinya. Segaris senyum Suho tampilkan. Ia sangat suka melihat senyum Yixing. Ini adalah kali pertama Yixing padanya, karena dirinya walau secara tidak langsung.
"Kenapa, kenapa kau menceritakan hal ini padaku?" tanya Suho setelah bisa mengendalikan rasa bahagianya.
Yixing mengulum senyum, ia menarik tangan Suho dan berkata, "Karena Kris bilang, kau pendengar yang baik." Jawab Yixing.
Bibir Suho kini menekuk ke bawah, 'Karena Kris ya..' miris Suho. Rasa berbunga-bunga Suho karena Yixing menyentuh tangannya, kini layu. Suho melepaskan tangan Yixing, "Kenapa kau begitu bahagia ketika mendapat surat dari pengemarmu lagi?" tanya Suho sangat ingin tahu.
"Karena aku sangat ingin bertemu dengannya. ingin berterimakasih atas perhatiannya padaku selama ini." ekspresi Yixing berubah suram, "Tapi, surat terakhir yang kudapat dia menulis bahwa surat itu akan menjadi yang terakhir. Padahal aku belum pernah bertemu dengannya. aku sangat penasaran dengan wujudnya."
"Bagaiman pada saat kau bertemu dengannya kau akan kecewa?" Pertanyaan Suho membuat Yixing terkejut, "Kenapa?" tanya Suho heran melihat reaksi Yixing.
"Dia juga mengatakan itu. Dia selalu menulis bahwa jika aku bertemu dengannya, aku akan kecewa." Jawab Yixing. "Sebenarnya aku juga sangat takut untuk bertemu dengannya. Aku takut… emh… dia orang aneh. Sepertimu—" Yixing meneruskan dengan matanya yang menatap pada penampilan Suho.
Suho yang mendapat tatapan Yixing dan ucapannya merasa terseinggung. Ia menunduk dan membenarkan letak kacamatanya, lau memasukkan bukunya k etas dan berdiri. "Maaf kalau aku orang aneh." Setelah mengatakan itu, Suho meninggalkan Yixing.
Yixing membantu. Ia menatap Suho yang menjauh. "Su-Suho!" panggil Yixing begitu ia tersadar dan mulai mengejar Suho.
Yixing merasa bersalah.
o~0~o~0~o
genap satu bulan Suho menjauhi Kris. Kris berjalan lemas menghampiri Yixing yang tengah duduk di kantin. Kris duduk disamping Yixing dan menyandarkan kepalanya pada bahu Yixing. Yixing yang merasakan bahunya berat menoleh dan mendapati Kris yang tengah memejamkan mata.
"Kenapa?" tanya Yixing. Yixing meletakkan sendok yang sebelumnya ia pegang.
Tanpa membuka mata Kris menjawab, "Suho." Jawabnya Singkat. Yixing mengangguk mengerti.
"Kalau kau saja sulit mendekatinya lagi, apalagi aku." Ucap Yixing. Kris mengangkat kepalanya dan menatap Yixing penuh tanya. "Aku membuatnya tersinggung." Kata Yixing begitu menyadari tatapan Kris.
"Apa yang kau katakan pada Suho memangnya?" tanya Kris penasaran.
"Aku mengatakan kalau dia aneh." Jawab Yixing berbisik.
Kris menatap aneh pada Yixing, "Hanya karena itu?" tanyanya tidak percaya.
Yixing mengangguk, "Aku sungguh merasa bersalah padanya. harusnya kau tidak menyinggung penampilannya."
"Ini aneh." Gumam Kris. Yixing mentap Kris penuh tanya. Kris menatap Yixing serius, "Selama ini, jika ada yang mengatakan atau menyebutnya aneh, ia akan acuh. Suho bahkan menganggap angin lalu tanggapan orang lain mengenai penampilannya. Kenapa saat kau mengatakanny, Suho tersinggung?" heran Kris.
"Mungkin karena aku perempuan?" pendapat Yixing tidak yakin.
Kris menghela napas, ia kembali mendarkan kepalanya ke bahu Yixing. "Ck, entahlah. Sejak menghindariku, Suho menjadi semakin aneh!" dengus Kris.
Mata dibalik kacamata itu mengamati setiap gerak yang dilakukan Kris dan Yixing. Sudah sejak tadi Suho menatap Yixing dari kejauhan. Suho awalnya menikmati memandang Yixing, tapi begitu Kris datang dan menyandar pada Yixing, Suho beranjak meninggalkan kantin.
Suho tidak ingin merasakan sakit hati lagi karena melihat kedekatan Kris dan Yixing. Ia sudah cukup tersinggung dengan ucapan Yixing. Sejak kejadian di danau itu, Suho semakin Yakin Yixing tidak akan pernah mau melihatnya. Karena hal itu, kali ini Suho benar-benar akan melupakan Yixing.
Yixing telah menjadi milik Kris.
Kris adalah sahabat pertamanya.
Dengan emngetahui hubungan ornag yang ia cintai dan sahabtnya, cukup bagi Suho memiliki alasan untuk menjauh. Tidak mungkin Suho merebut Yixing dari Kris. Selain itu…
Mana mau Yixing dengan orang seaneh dirinya.
Suho sadar diri.
Karena itu, mulai saat ini ia akan menjauhi Kris dan Yixing. Berada di dekat Kris, tentunya aka nada Kris. Menjauhi salah satunya akan menjadi kesia-siaan, karena itu ia akan kembali seperti dulu.
Hidup menyendiri, tanpa teman.
Dan Suho akan melupakan cintanya.
o~0~o~0~o
