"Siapa nama mu, adik kecil yang tampan?"
Seorang anak laki – laki yang sedang bermain pasir di taman bermain itu pun mendongak, "Nunna Nugutheyo?"
Seorang yang dipanggil Nunna itu pun tersenyum manis, "Aku adalah teman mu," dia pun langsung mengelus kepala anak laki – laki itu dengan lembut, "Jadi, siapa nama mu, hm?"
Anak laki – laki itu terdiam sebentar, "Oh Thehun," jawab nya dengan aksen cadel yang lucu.
"Oh Thehun?"
Anak itu menggeleng keras, "Oh Thehun," sambil tangannya membuat sebuah huruf hangeul.
"Ah, Oh Sehun?" anak itu menggangguk cepat, "Nama ku Hana. Sehun mau peluk Nunna, hm?"
Sehun berkedip polos. Dalam hatinya, rasa takut dan bingung bercampur menjadi satu dalam dadanya. Takut karena takut diculik dan bingung kenapa hanya dia dan Nunna cantik di taman bermain ini.
Dengan pelan, Sehun memeluk Hana dengan ragu, "Nunna hangat. Thehun menyukainya,"
Hana tersenyum tipis, "Begitukah?" tangan wanita itu langsung mencengkram leher si bocah itu dengan kuat, "Mianhaeyo, Sehun-ie. Takdir mu memang harus seperti ini,"
"AKHHHHHHH! THAKITTT! MAMAAAAH! THAKIT! THEHUN KETHAKITAN!"
Tangisan dan teriakan pilu tak membuat Hana berhenti mencengkram leher Sehun. Tak lama, sebuah tanda dengan huruf "Min" tercetak di leher putih Sehun.
Tak lama, anak laki – laki itu jatuh pingsan kedalam pelukannya, "Hari ini, Tanggal 28 Januari Tahun 1999, Oh Sehun ditakdirkan menjadi—"
Hana menghela nafas, "—Pembalas dendam dan cinta sejati Minahara Myeongseong."
.
.
.
Queeny
Chapter 1
Main Cast : Oh Sehun & Xi Luhan
Pairing : HunHan, etc.
Genre : Tragedy, Drama [T]
WARNING : you don't like my fanfic and my cast? Go away.
.
.
.
"Tuan Oh, anda akan menghadiri rapat dengan klien dari China sekitar—", orang yang berbicara dengan Tuan Oh itu pun langsung melihat jadwal rapat yang dipegangnya, "—1 jam lagi,"
Tuan Oh itu langsung melepaskan kacamata baca yang bertengger manis di hidung mancung nya, "Dimana Ren?"
"Di ruangannya, Tuan,"
Lelaki berumur 20 tahun-an yang memiliki nama lengkap Oh Sehun itu pun terdiam sebentar, "Katakan pada klien itu jika aku tidak bisa datang. Aku harus berziarah ke pemakaman kakek,"
Sehun berdiri dari kursi agungnya, "Dan aku tidak suka berbasa – basi. Jika klien itu tidak menyetujui persyaratan kita, cari perusahaan lain,"
Lelaki tampan itu langsung memakai kacamata hitam dan jas hitam megah nya, "Ravi, jika ada yang mencariku, katakan aku tidak ada,"
Ravi menggangguk paham dan membungkuk, "Baik, Tuan,"
Tanpa sepatah kata apapun, lelaki tampan itu langsung keluar dari ruangannya dan berjalan agung seperti Raja dan tidak membalas sapaan para bawahannya.
KRING KRING
Sehun mengambil ponsel dari dalam sakunya, "Halo? Eomma? Aku baru keluar dari kantor,"
"Cepat kesini. Akan ada kenalan dari Appa mu. Mereka bilang kalau mereka ingin memperkenalkan mu pada satu putrinya. Putrinya sangat cantik sekali! Ah Eomma tak sabar untuk me—"
Sehun menghela nafas, "Eomma, sudah ku katakan untuk mencari pendamping hidup sendiri. Eomma tak perlu mencarikan ku seorang wanita. Aku tidak suka,"
Terdengar decakan dari sana, "Kau benar – benar menghambat Eomma untuk menimang cucu, Oh Sehun,"
Sehun memutar matanya malas, "Ku tutup dulu,"
PIP
Sehun menghela nafasnya kasar, "Haraboeji? Apa Haraboeji bahagia disana? Kenapa meninggalkan Sehun sendirian?", tanyanya sambil menatap langit.
Lelaki itu tersenyum pahit, "Sehun merindukan Haraboeji. Seperti Appa dan Eomma yang merindukan Haraboeji. Apa Haraboeji sudah bertemu Halmonie disana?"
Lelaki itu menghapus air mata yang mengalir pelan di pipinya, "Ck, aku benar – benar masih cengeng. Kenapa semua mengira diriku kejam?"
BRUK
"Aw," suara kesakitan dari belakang Sehun membuat lelaki itu menoleh. Terlihat seorang gadis berambut panjang berwarna hitam sedang memegang kepalanya sambil meringis kesakitan.
"Kau baik – baik saja? Agasshi?" tanya Sehun hati – hati. Di jalan yang luas ini kenapa harus Ia yang ditabrak oleh gadis mungil ini?
Gadis mungil itu mendongak cepat, "K – kau? Bisa melihatku?" tanya nya dengan nada tidak percaya.
Sehun mengerutkan dahinya bingung, "Apa maksudmu? Memang kau siapa?"
Gadis mungil itu membuka mulutnya lebar, "Hantu,"
"MWOYA?!" teriak pria itu sambil melangkah mundur, "Aku benar – benar benci hantu," lirih nya miris.
Hantu gadis mungil itu mendekati Sehun dengan gembira, "Kau bisa melihatku!"
Sehun melangkah mundur lagi, "Tidak!"
Gadis mungil itu terkikik, "Akhirnya aku bisa bicara dengan manusia. Omong – omong, kau tampan,"
Sehun menggelengkan kepalanya, "Aku baru saja dipuji oleh seorang hantu. Aku pasti sudah gila,"
"Tuan Oh?"
Sehun menoleh, "Ah, ada apa Tuan Kim?"
Tuan Kim hanya menggeleng, "Anda tadi berbicara dengan siapa?"
Sehun menunjuk dirinya sendiri, "Aku? Ah tidak apa – apa,"
Tuan Kim terdiam dan langsung membukakan pintu mobil untuk Sehun dan melesat pergi dari gedung perusahaan.
.
.
.
Sehun melangkah masuk ke mansion nya dan mengangguk pada para pelayan yang menyambutnya didepan mansion, "Dimana Eomma?" tanya nya pada seorang kepala pelayan yang sudah mengabdi pada keluarga nya lebih dari 30 tahun.
"Berada di kamarnya, Tuan Muda,"
Lelaki tampan itu langsung ke kamar sang Ibu dan tidak memperdulikan beberapa suara mistis yang bisa terdengar oleh nya.
"Kau tau? Dia itu Tuan Muda disini. Saat aku masih ada, aku pernah memandikan dia. Sayang sekali aku sudah tidak ada,"
"Omo! Dia benar – benar tampan!"
"Yaampun! Dia kenapa sangat tampan?!"
"Ya! Nama mu Oh Sehun, kan?!
Sehun menggeram dalam hati. Apa ia sekarang menjadi orang gila atau bisa saja manusia yang punya indra keenam?!
Sehun menulikan pendengarannya dan tetap berjalan menuju kamar Ibu nya.
"BAAAAAAA!"
BRUK
"Bisakah kau tidak menampakkan diri dihadapan ku?!" amuk pria itu tanpa sadar membuat seorang hantu laki – laki menatapnya tak percaya.
Hantu itu menunjuk diri nya sendiri, "K – kau bisa melihatku?"
Sehun menghela nafas, "Ya. Puas?"
Hantu laki – laki yang mungkin lebih muda dari Sehun itu pun langsung bertepuk tangan heboh, "Ya! Dia bisa melihat ku! Tuan Oh Sehun bisa melihatku!"
Sehun mengerutkan dahinya, "Tuan?"
Makhluk astral yang berada di sekitar Sehun langsung bersujud padanya, "Apa yang mereka lakukan?" lirih nya.
"Hormat pada Tuan Oh Sehun! Mansae! Mansae! Mansae!"
Sehun semakin kebingunan, "Kalian kenapa?"
Hantu laki – laki itu mendekati Sehun, "Sudah ditakdirkan dari jaman Joseon bahwa Anda—"
"JEON JUNGKOOK!"
Hantu tampan bernama Jungkook itu menutup bibirnya, "Choesonghamnida," katanya sambil membungkukkan badannya dalam.
"Silahkan Anda menikmati perjalanan Anda lagi. Ibu Anda menanti kedatangan Anda," tutur hantu yang meneriaki Jungkook tadi.
Sehun hanya mengangguk dan para hantu di rumah itu langsung bubar dan mengintip Sehun dari kejauhan.
Sehun hanya diam dan melanjutkan langkahnya menuju kamar Sang Ibu. Lelaki yang masih bisa bermanja dengan orang tua nya itu pun mengintip dibalik pintu kamar Sang Ibu.
"Sehun-ie benar – benar tidak mengetahui apapun," ucapan lirih Ibu nya membuat Sehun penasaran.
"Tapi tetap saja. Dia sudah ditakdirkan seperti itu," suara asing terdengar.
"Takdir?" tanya Sehun pada dirinya sendiri.
"Sehun masih berumur 22 tahun. Apa ia sudah bisa menerima semuanya?"
"Tergantung. Pada waktu dekat, Yang Mulia akan mendatanginya,"
"Yang Mulia? Siapa dia?" Sehun merasa kalau akhir – akhir ini ia mengalami hal – hal yang diluar akal sehat.
Pertama, dia mulai bisa melihat hantu. Kedua, dia bahkan bisa berbicara dengan makhluk astral yang selama ini ia kira menyeramkan. Terakhir, keanehan dalam dirinya dan orang – orang disekitarnya.
Dia merasa bahwa tanda lahir di lehernya benar – benar sakit akhir – akhir ini. Terkadang, ia harus meminum obat tidur agar tidak menahan sakit dalam waktu lama. Dan juga, percakapan Ibunya dan orang asing itu.
Yang Mulia? Siapa itu Yang Mulia? Apa seorang Raja? Apa seorang Ratu?
Sehun memegang kepalanya yang terasa pusing, "Aku benar – benar mulai takut dengan hal ini,"
"Tuan Muda?"
Sehun menoleh, "Ah, ada apa Kim Ahjumma?"
Kim Ahjumma hanya menggeleng, "Nyonya sudah menunggu Anda. Kenapa Anda masih ada disini?"
Sehun segera tersadar tujuan awalnya kesini, "Ah, aku lupa. Oh iya, apa Eomma ada tamu?"
"Tidak, Tuan Muda. Sedaritadi Nyonya hanya terdiam diri dikamar,"
"Apa?"
Sehun masuk kedalam Sang Ibu dengan hati – hati. Suara sepatu nya itu membuat Ibu nya menoleh, "Sehun-ie,"
GREP
Sehun terdiam. Melihat tingkah Sang Ibu yang tiba – tiba memeluknya dengan erat, "Eomma? Waeyo?"
Sang Ibu, –Kim Jaejoong menggeleng kuat, "Anieyo, Eomma hanya merindukan Sehun-ie,"
Memang, akan ada hal aneh yang menimpa hidupku.
.
.
.
"Err," rintihan seorang laki – laki berumur 20 tahun an di dalam ruang kerja nya itu mulai terdengar. Ia memegang leher –tempat tanda lahir itu ada, "Kenapa semakin sakit?" lirih nya pelan.
Laki – laki yang bernama Oh Sehun itu terus memegang tanda lahir di lehernya sambil meringis, "Ah, sial. Tanda lahir ini tidak pernah se-sakit ini,"
BRAK
"Sehun oppa!" teriakan dari gadis berumur 19 tahun itu pun terdengar. Gadis itu membuka pintu ruang kerja Sehun dengan kasar, "Oppa! Bebbi tadi habis dikejar oleh om – om mesum!"
Sehun terperanjat dari kursi agung nya, "Astaga, Baekhyun! Berhenti membuat oppa terkejut!" omel Sehun pada adik perempuan nya, Oh Baekhyun.
Gadis mungil itu hanya terkekeh pelan, "Mianhaeyo, oppa. Habis tadi ada om – om mesum mengejarku! Dia bertelinga lebar seperti Yoda! Dan dia memiliki senyum idiot!"
"Ya! Aku bukan om – om!"
"KYAAAA! ITU OM MESUM NYA!" jerit Baekhyun sambil lari memeluk erat Sehun yang terlihat jengah dengan perilaku kedua orang bodoh itu.
"Berhenti mengganggu adikku, Park Chanyeol," jengah Sehun sambil mengelus kepala sang adik.
Chanyeol yang barusan datang itu pun langsung menyengir lebar, "Salah sendiri adikmu itu begitu manis. Aku kan jadi gemas," tutur lelaki itu.
"Baeby, mau jadi pacarku?" goda Chanyeol yang berhasil membuat Baekhyun menjerit kembali.
"Berhenti, bodoh," jengkel Sehun lalu melempar pena miliknya pada kepala lelaki menyebalkan itu.
"Errrr," erangan Sehun kembali terdengar. Reflek tangannya memegang tanda lahir itu, "Sial, sakit sekali,"
"Oppa kenapa?" tanya Baekhyun kebingungan. Ia melihat sang kakak memegang lehernya. Tangan Baekhyun tak tinggal diam. Ia menyingkirkan tangan Sehun dan memegang tanda lahir itu, "Oppa, tanda lahir nya tadi menyala seperti ada lampunya," ucapnya.
"Apa, Baek? Menyala?" tanya Chanyeol memastikan. Baekhyun menggangguk cepat.
"Kemudian meredup dan mati setelah itu. Baekkie tidak berbohong!" jelasnya meyakinkan kedua lelaki di depannya.
"Hun, aku merasa kalau kau akan menimpa sesuatu yang tidak wajar," ucapan Chanyeol membuat Sehun kembali teringat tentang kejadian yang menimpa nya kemarin.
"Aku bisa melihat hantu,"
"MWOYA?! OPPA BISA MELIHAT HANTU?!" teriak Baekhyun tak percaya.
Sehun menggangguk lemas, "Ini benar – benar bencana," lesunya, "Aku benar – benar benci hantu,"
Baekhyun bergidik ngeri, "Padahal aku sama sekali tidak ingin melihat mereka. Tapi, apa mereka berwajah menyeramkan?" tanya gadis itu penasaran.
Sehun menggeleng, "Mereka biasa saja. Bahkan ada yang manis dan juga cantik. Menurutku,"
Baekhyun memeluk sang kakak dengan erat, "Jangan bilang kalau Bebbi dekat dengan para hantu – hantu itu," ucap Baekhyun sambil menggigit bibirnya, "Tidak kan, oppa?"
Sehun menyeringai tampan, "Ada, Bebbi. Di belakang mu dan juga belakang Chanyeol,"
"YAK!" Teriak Chanyeol sambil menoleh kebelakang. Mengelus lengannya yang seketika merinding, "Jangan berbohong!"
"KYAAAAA! BEBBI TIDAK INGIN MELIHAT HANTU!" Teriak Baekhyun sambil berlari keluar dari ruangan kerja Sehun dan membuat gaduh satu gedung. Meninggalkan Sehun yang tertawa melihat tingkah menggemaskan adiknya.
.
.
.
Seperti biasa, setiap hari sabtu maupun minggu, Sehun akan datang ke pesta salah satu kolega Appa nya. Entah hanya berkumpul dan membicarakan investasi perusahaan maupun kekayaan dan kejayaan perusahaan yang tidak ada habis nya atau acara jamuan makan malam dan pesta perayaan megah yang menghabiskan puluhan juta won satu malam nya.
Sehun memiliki itu semua. Dipenuhi gadis – gadis dari pengusaha kaya raya, Sehun bahkan tak minat dengan gadis – gadis manja dan menyebalkan itu.
Sehun penuh dengan perhatian. Para gadis – gadis itu bahkan akan menangis jika Sehun mengabaikannya. Ya, Sehun memang mengabaikan mereka semua.
Mereka semua menyebalkan, pikirnya.
Rengekan tanpa henti, berfoya – foya hingga ratusan juta won pun dikeluarkan secara Cuma – Cuma. Bagaimana bisa gadis – gadis itu bisa mengdampingi Sehun jika mereka saja hanya cinta pada harta nya?
"Oh Sehun," sapa seseorang dibelakang tubuhnya. Sehun memutar tubuhnya. Tersenyum –terpaksa setelah itu.
Mereka berjabat tangan, "Kim Taehyung," sapa Sehun sambil tersenyum –menyeringai tipis, "Apa kabar, kawan lamaku?"
Lelaki itu –Taehyung, tersenyum tampan setelah itu, "Sangat baik. Bagaimana kau?"
Sehun tertawa kecil, "Ya, seperti yang kau lihat sekarang. Aku benar – benar baik,"
Taehyung menepuk pundak Sehun, "Senang bertemu dengan mu, Oh Sehun,"
Sehun tertawa tampan, "Aku juga," setelah basa – basi, lelaki tampan itu langsung menepi. Meneguk wine sambil bersandar di dinding.
Tentu saja, tanpa menghiraukan banyaknya gadis – gadis kaya yang menatapnya penuh kagum –dan centil, "Mereka hanya cinta hartamu, Oh Sehun," lelaki itu memperingatkan dirinya sendiri.
Tiba – tiba, seorang gadis bertubuh mungil serta rambut hitam legam menawannya membuat Sehun berpaling. Gadis itu melewati Sehun dan membuat lelaki itu menghirum aroma tubuh nya, "Hm, aroma nya," gumam Sehun sambil memejamkan mata.
Tak lama, ia langsung mengikuti gadis itu kearah tengah ballroom. Menarik tangan ringkih nya, "Ehem," Sehun berdeham –mengatur kegugupannya.
Gadis itu menoleh. Membuat Sehun terpaku dan membelakkan matanya.
Sosok ini –begitu sempurna, batinnya menjerit.
Sosok itu memiringkan kepala nya –sangat menggemaskan, "Nuguseyo?" tanya nya lirih. Kerasa sekali gadis itu kebingunan dengan Sehun.
Seakan sadar, Sehun langsung mencium punggung tangan yang halus dan lembut itu. Layaknya sutra, "Perkenalkan. Namaku Oh Sehun,"
Tentu saja itu membuat banyak gadis yang menjerit bahkan menangis tak terima.
Selama ini mereka melakukan apa saja agar Sehun perduli dan membalas perasaan mereka.
Tapi, gadis itu tidak melakukan apapun?! Dan lebih tidak terima lagi, Sehun mencium tangan gadis itu!
Sosok itu tersenyum manis –sebenarnya tersenyum merendahkan, "Senang bertemu dengan mu, Tuan Oh. Nama ku—"
Gadis itu tertawa anggun, "Xi Luhan,"
.
.
.
