Otanjoubi omedetou, Soi Fon!

Halo! Cha di sini. :) Sudah lama nggak nulis fic itu bikin bingung ya gimana mau mulai lagi. Ah... intinya fic ini kepikiran saat tanggal 6 Februari lalu. Untuk yang nggak tahu cap go meh, penjelasan sedikit: cap go meh (lantern festival) adalah festival untuk orang-orang chinese, dimana pada malam kelima belas setelah imlek, orang-orang akan memasang lampion dan makan kue cina (sweet dumplings) sebagai perayaan.

Please enjoy this story, minna! ^^


Malam kelima belas setelah perayaan tahun baru cina—atau biasa di sebut cap go meh. Seorang gadis kecil berambut biru tua sebahu memandangi lampion berwarna merah terang yang ada di atas tempat tidurnya. Ia memang masih kecil, tapi ia sudah tidak percaya tentang mitos bahwa siapapun yang membawa lampion paling terang pada malam cap go meh, akan mendapat ang pao terbanyak pada imlek berikutnya.

Buktinya, ang paonya hanya bertambah sedikit tuh setiap tahun. Atau memang... karena ia tidak pernah membawa lampion paling terang?

Ah sudahlah, pokoknya malam ini, gadis kecil itu malas keluar.

.

.

-Cap Go Meh-
[Lantern Festival With You]
Disclaimer : Bleach © Tite Kubo
Rated : T
Genre : Friendship/Romance
Pairing(s) : GgioSoi
WARNING : typo(s), OOC
Summary : Katanya, kalau pasangan yang memakan dango pada saat cap go meh, mereka pasti akan bersatu selamanya. Mau mencobanya?

.

.

Winter war sudah lama berlalu, para shinigami pun sudah dapat melakukan kegiatan sehari-harinya sepert biasa; dengan rutinitas yang membosankan untuk para anggota dan tugas yang menumpuk untuk para taichou dan fukutaichounya. Hal yang sama juga terjadi di divisi dua, tempat Soi Fon berada. Tidak ada yang menarik—hanya ada kapten mungil divisi dua itu yang tengah mengerjakan kertas-kertas laporan dan Oomaeda yang tengah menikmati makanan kecilnya. Tidak ada perubahan yang berarti, bahkan setelah winter war.

Tangan Soi Fon yang sempat terluka pun telah dipulihkan oleh divisi empat seperti sedia kala. Tidak ada yang tersisa dari winter war; selain kenangan kelicikan Aizen dan... arrancar bernama Ggio Vega itu—orang pertama dan terakhir yang merasakan dua kali sengatan dari Suzumebachi dan kemudian menghilang.

"Taichou, setelah ini ada pertemuan para taichou, biar aku saja yang melanjutkan pekerjaanmu."

Soi Fon mengangguk sekilas, kemudian bangkit dari tempatnya duduk. Benar. Pertemuan taichou sebentar lagi akan dimulai, dan ia harus bersiap. Setidaknya mencari udara segar sebentar setelah lepas dari tugas-tugasnya sebagai taichou.

Namun, saat gadis mungil itu baru saja membuka pintu ruangannya...

"Yo! Kawaii-taichou!"

Seorang arrancar berperawakan jenaka—setidaknya dia sedikit lebih lucu dengan senyum tulus di wajahnya ketimbang senyum licik pada saat pertempuran dulu—berdiri beberapa langkah di depan pintu ruangan itu.

"Kau?"

Campuran antara terkejut dan bingung membuat Soi Fon mengambil keputusan untuk mencabut zanpakuto dari sarungnya dan menodongkannya ke leher arrancar itu.

"Woah, woah, woah... tenanglah..."

"Untuk apa kau di sini? Dan siapa yang mengizinkanmu menginjakkan kaki di sini?"

"Turunkan sedikit zanpakutomu, bisa kan? Lalu aku akan menjelaskan semuanya."

Soi Fon berpikir sejenak, namun melihat sang arrancar tidak membawa senjata apapun di badannya, ia pun melonggarkan sedikit pertahanannya dengan menurunkan pedang yang ia todongkan di leher Ggio Vega.

"Begitu kan lebih baik."

"Apa maumu?"

"Kau belum tahu? Mulai sekarang arrancar dan shinigami akan bekerja sama!" jawabnya dengan senyum jenaka lagi.

"Eh?"


"Tidak! Kenapa harus begitu?"

Soi Fon tidak percaya ini—empat mantan espada dan beberapa arrancar datang ke Seiretei untuk bergabung dalam baris pasukan pertahanan dan bekerja sama dengan para shinigami. Bagaimana bisa, coba? Lagipula, yang terpenting, kenapa Orihime Inoue mau sih menyembuhkan arrancar yang sudah terluka?

"Tch. Kami ke sini beritikad baik, Shinigami. Bisakah kau jaga sikapmu?" seorang mantan espada bernomor urut enam berdecak kesal.

Duk!

Sebuah pukulan di kepala mantan espada bernama Grimmjow Jeagerjaquez itu, dan kemudian seorang gadis arrancar cantik berambut hijau tersenyum pada Soi Fon.

"Maafkan dia, Nona... kami tahu bahwa memang sulit untuk Anda percaya pada kami. Tapi kami sama sekali tidak berniat jahat."

"Hei! Sekali lagi kau memukul kepalaku, kupulangkan kau ke Hueco Mundo, Nel. Biar kau di sana saja bersama Harribel dan fraccionnya!"

Duk!

Kali ini pukulan dari seorang mantan espada berbadan kurus tinggi dengan pakaian aneh berbentuk seperti... err... kubah? Atau sendok?

"Sudah kubilang untuk berhenti mengancam Nelliel sepeti itu."

"Kubunuh kau, Nnoitra!"

"Hentikan kalian bertiga! Berisik!"

Espada lainnya, berambut cokelat tua dengan mata yang tampak mengantuk. Soi Fon sangat familiar dengan wajah ini. Coyote Starrk.

"Ehem..." Soutaichou berdehem, para espada itu kembali ke deretannya, kemudian berdiri tegap dan mengunci mulut mereka, "kalian jelas tahu bahwa kami tidak akan semudah itu mempercayai kalian. Tapi karena tujuh dari sepuluh taichou setuju, maka kalian diiizinkan untuk berada di sini."

"Yeah!" Grimmjow meninju ke udara.

"Aku bisa beradu kekuatan lagi," gumam Nnoitra tidak jelas.

"Tapi kebebasan kalian di sini terbatas. Kalian harus tetap berada di bawah pengawasan para taichou yang ada di sini."

"Baiklah. Kami mengerti. Apa ini artinya sepakat? Aku butuh tidur," ujar Starrk malas.

"Kalau begitu aku mau diawasi Kawaii-taichou ini!" Ggio tanpa rasa berdosa menunjuk Soi Fon sambil tersenyum lebar.

"Diam!" bentak Soi Fon tidak suka.

Sepertinya mulai sekarang hari-hari Soi Fon akan panjang...


Begitulah, atas dasar keputusan dari soutaichou, para espada dan arrancar mendapat tempat tinggal sendiri di Seiretei dan bebas melakukan apapun di Gotei Tiga Belas selama tidak mengganggu dan bebas berlatih di tempat latihan divisi manapun—kecuali divisi empat, asalkan tidak membuat kerusakan berarti.

Nnoitra dan Grimmjow tentu saja langsung memilih divisi sebelas sebagai tempat latihannya. Nelliel tertarik untuk belajar tentang pengobatan lebih lanjut di divisi empat. Sementara Starrk memilih untuk sering main-main ke divisi tiga belas karena paling tenang dan tidak ada kegiatan yang membuatnya 'tidak bisa tidur' di sana.

Beberapa arrancar yang masih hidup seperti Lilynette Gingerback dan Tesla Lindocruz tidak segan untuk mengikuti mantan tuannya. Sementara Ggio Vega—yang kehilangan Barragan setelah winter war berakhir, suka sekali mampir ke divisi dua, meski seringkali mendapat kecaman dari Soi Fon; kalau dia berani kembali lagi ke divisi dua, maka Soi Fon tidak akan segan-segan untuk mencincangnya.

"Yo! Kawaii-taichou!"

Tapi bukan Ggio Vega namanya yang menyerah begitu saja jika hanya diancam. Buktinya Soi Fon belum pernah sekalipun mencabut zanpakutonya lagi selama Ggio main-main ke divisi dua. Karena memang tidak banyak yang arrancar itu lakukan; hanya menyiapkan teh untuk Soi Fon, lalu duduk di dekat jendela, atau menggoda taichou berkepang itu.

"Sudah kubilang untuk mengetuk pintu sebelum masuk, Arrancar," gumam Soi Fon kesal, mencoba untuk tidak perduli dengan tetap menatap kertas laporan di hadapannya.

"Maaf, maaf, Kawaii-taichou~!"

"Aku Soi Fon, bukan Kawaii-taichou."

"Kalau begitu, panggil aku Ggio Vega, lalu aku akan memanggil dengan namamu."

Hening. Soi Fon tidak berniat menjawab permintaan Ggio Vega. Apa-apaan dia? Lancang sekali meminta Soi Fon untuk memanggilnya dengan nama seperti itu? Lagipula tidak penting juga untuk mendengar Ggio memanggil namanya.

"Tidak mau."

"Kalau begitu aku akan tetap memanggilmu Kawaii-taichou."

"Terserah."

Soi Fon sama sekali tidak berniat untuk melepaskan pandangannya dari kertas-kertas di hadapannya, mencoba untuk mengalihkan perhatian dari Ggio. Ah, lagipula, kenapa pula pada saat winter war Soi Fon harus kebagian melawan Ggio Vega? Kalau tahu akan begini akhirnya, lebih baik waktu itu ia tidak akan menggunakan Suzumebachi—Soi Fon tidak tahu kalau efek 'menghilangkan musuh' Suzumebachi hanya akan bertahan beberapa hari saja.

"Hei, Kawaii-taichou."

"..."

"Sebentar lagi imlek loh."

"..."

"Aku boleh minta ang pao darimu tidak?"

Soi Fon menghela nafas dan meletakkan kertas-kertas yang ia baca di atas meja kerjanya. Ia menatap Ggio lekat-lekat, membuat arrancar itu bergidik ngeri. Jangan-jangan besok ia tidak bisa melihat matahari lagi.

"Kau tahu... kau itu menggangguku, Arrancar!"

"Tahu, kok," jawab Ggio polos.

"Pergi."

"Tidak mau."

"Kalau begitu duduk diam di sudut ruangan dan jangan menggangguku!"

Ggio mengangguk kuat-kuat seperti anak kecil, kemudian melangkah ke sudut ruangan dan duduk di sana. Soi Fon melongo.

'Dia menurut?'

Setelah Ggio duduk, Soi Fon kembali membaca kertas-kertas laporan di hadapannya. Hari ini Oomaeda tidak ada karena ditugaskan oleh Soi Fon untuk membereskan beberapa hollow yang mengganggu di batas antara real world dengan Soul Society. Sebenarnya ada atau tidaknya Oomaeda tidak berpengaruh begitu besar untuk Soi Fon, hanya saja, pekerjaannya untuk memindai laporan jadi sedikit bertambah.

Truk truk.

Baru sepuluh menit berlalu, Ggio nampaknya bosan, ia mengetuk dinding, berburu semut-semut kecil yang ada di sana.

"Kawaii-taichou... kubuatkan teh untukmu, ya?"

"Terserah."

Bagi Ggio Vega, jawaban 'terserah' yang keluar dari mulut Soi Fon berarti persetujuan darinya. Makanya, arrancar itu langsung bangkit berdiri dan meninggalkan ruangan Soi Fon, membuat taichou berkepang itu menghela nafas lega.

Sebenarnya sikap Ggio tidak buruk juga, ia hanya suka jahil dan menggoda Soi Fon; seperti anak kecil yang butuh perhatian. Sayangnya, Soi Fon bukanlah seseorang yang cukup baik untuk berhadapan dengan tipe-tipe seperti itu; childish dan suka mencari perhatian.

Sreeeg.

Belum ada dua menit Ggio keluar, pintu kembali di geser. Masa iya secepat itu untuk membuat segelas teh?

"Kawaii-taichou! Kau mau apa sebagai camilannya?"

"..."

"Kue bulan? Dango? Kue pia? Ku—"

"Aku tidak suka makanan manis," potong Soi Fon cepat.

"Oh, rasanya kau pernah bilang begitu..." Ggio menempelkan telunjuk di dagunya, kemudian kembali berjalan keluar ruangan.

Ggio lupa? Soi Fon pernah berkata seperti itu saat awal pertama Ggio main-main ke divisinya.

Tanpa alasan jelas, sebersit rasa kecewa menghampiri Soi Fon.


Soi Fon mengerutkan kening dengan wajah yang tidak mau berubah warna; terus memerah selama mematut diri di depan cermin. Siang tadi ia kalah bermain othello dengan Ggio Vega, dan taruhannya adalah ia harus pergi bersama Ggio ke real world untuk ke festival yang diadakan malam ini.

Setelah gagal mengajak Soi Fon pada festival lima belas hari lalu, Ggio tidak menyerah, ia pun memakai seribu satu cara agar berhasil mengajak Soi Fon pergi ke festival. Dan ini adalah keberhasilannya yang pertama, hingga tadi ia tidak dapat menahan diri untuk tidak melompat kegirangan.

Taichou berkepang itu kembali memandangi dirinya di cermin—memastikan bahwa yukata berwarna biru tua dengan aksen bunga itu cocok untuknya. Soi Fon tidak pernah memakai yukata lagi semenjak bergabung dengan Gotei Tiga Belas bertahun-tahun lalu. Malah seingatnya, terakhir ia memakai yukata adalah saat ia masih sangat kecil.

"Kau cocok memakai itu, Soi Fon," Yoruichi tiba-tiba muncul di belakang Soi Fon, tanpa disadari olehnya.

"Y-Yoruichi-sama!"

"Yo! Soi Fon! Kudengar dari Oomaeda, kau ada kencan hari ini."

"Bu-bukan!"

'Sial Oomaeda, kalau ketemu nanti, kutebas dia jadi dua.'

Yoruichi malah tertawa, kemudian menepuk-nepuk kepala Soi Fon. "Hahaha... tidak usah malu, ada laki-laki berseragam arrancar menunggumu diluar."

'Tch. Kalau tahu dia akan memakai seragamnya, aku takkan memakai yukata ini.'

"Pergilah."

"Tapi..."

"Tidak baik membuat pacarmu menunggu."

"Yoruichi-sama!"

"Hahaha... Kisuke takkan patah hati, kok, karena kau menemukan tambatan hati yang baru."

Soi Fon tidak berhenti berblushing ria karena terus digoda oleh Yoruichi. Apa karena pergi berdua dengan Ggio lantas ini disebut kencan? Ah, kalau saja bisa memilih, Soi Fon lebih ingin untuk pergi bersama dengan Yoruichi. Sayangnya ia bukanlah seseorang yang suka ingkar janji.

Makanya sekarang Soi Fon mengutuk dirinya yang tidak suka ingkar janji itu. Ia terpaksa harus menemui Ggio yang sudah menunggu di depan kamar tempatnya beristirahat.

"K-Kawaii-taichou?"

"Apa? Aku terlihat aneh, kan?" tanya Soi Fon ketus.

"Ti-tidak. Kau cantik," ujar Ggio polos, membuat Soi Fon kembali blushing.

"Ayo berangkat. Kalau kau lama, aku akan meninggalkanmu," Soi Fon berjalan cepat-cepat.

"H-hei! Tunggu aku, Kawaii-taichou! Aku tidak bisa melewati gerbang Senkaimon itu sendirian... itu berbeda dengan Garganta," jelas Ggio sambil mengejar Soi Fon.

"Aku tidak peduli."


Lima belas hari setelah imlek. Soi Fon lupa akan hal itu, dan lagi-lagi ia kesal pada dirinya sendiri. Apa-apaan dia sampai lupa kalau hari ini adalah festival cap go meh? Dan kenapa pula Ggio menemukan festival ini?

"Nah, Kawaii-taichou, sebagai hadiah karena kau mau menemaniku," Ggio mengambil lampion yang tergantung di depan gerbang masuk kuil tempat di laksanakannya festival itu, kemudian memberikannya pada Soi Fon, "ini lampionmu."

"Aku tidak butuh itu."

"Terimalah... kumohon," Ggio memandang Soi Fon puppy eyes.

"Hhh... iya."

Ggio tersenyum gembira, kemudian memberikan lampion berwarna merah itu—yang diterima dengan sangat terpaksa oleh Soi Fon.

"Ayo, Soi Fon!"

Tanpa ragu, Ggio menggandeng tangan Soi Fon dan... memanggil dengan namanya? Ingin rasanya Soi Fon melepas pegangan tangan ini, tapi rasanya sayang juga. Ini adalah kali pertama taichou divisi dua itu untuk pergi bersama dengan seorang pria; dan pria itu terlihat sangat bahagia untuk dapat pergi dengannya.

Dulu ia sering pergi ke festival seperti ini dengan kakak-kakaknya; yang memang semuanya laki-laki. Namun pergi bersama dengan Ggio Vega itu rasanya sedikit... berbeda? Ah, Soi Fon tidak ingin berpikir macam-macam akan hal ini. Malam ini ia hanya pergi ke festival ini bersama Ggio karena kalah bermain othello. Titik.

"Lihat! Lihat! Itu ada boneka lebah. Kau suka itu kan, Kawaii-taichou?"

"Hn."

"Aku akan mendapatkannya untukmu."

Ggio menarik pelan tangan Soi Fon untuk pergi ke area menembak. Ada beberapa macam bentuk hadiah pada permainan itu, kebanyakan adalah boneka. Ggio menepuk dadanya sombong, kemudian mencoba bermain di area tembak itu. Soi Fon hanya memperhatikan sambil memegang lampion di kedua tangannya.

Tembakannya tidak buruk juga; cukup jitu malah. Dapat diharapkan dari arrancar seperti Ggio yang sudah pernah berhadapan dengan Soi Fon dengan pertarungan yang cukup imbang. Tapi ini kan permainan anak-anak, jadi tidak ada yang begitu istimewa rasanya, Soi Fon mencoba meyakinkan dirinya, walau sebenarnya ada bagian dari hatinya yang merasa senang.

"Ahh... akhirnya aku malah mendapat harimau ini. Kau pasti tidak suka, kan?"

"Ummm..."

"Kau mau menerimanya?"

"Boleh saja."

"Ah, aku senang mendengarnya! Ini untukmu!" Ggio menyodorkan boneka harimau yang ia dapat dari permainan tadi.

"Terima kasih."

Ggio tersenyum lagi—senyum jenaka itu sudah menghiasi hari-hari Soi Fon akhir-akhir ini, dan ia mulai menyukai senyum itu. Arrancar ini sebenarnya baik, malah sangat baik pada Soi Fon. Ia tidak pernah marah walau sering diperlakukan dengan ketus oleh Soi Fon. Ia selalu tersenyum ceria untuk menghibur Soi Fon, melakukan apapun agar taichou mungil itu dapat melepas penat setelah bekerja.

Dan hari ini, mereka menghabiskan waktu berdua, berkeliling di festival itu, sesekali berhenti untuk mencoba beberapa permainan. Ggio sampai mengerutkan kening karena tidak dapat menangkap ikan mas kecil dengan kertas tipis tadi. Untung saja kolam kecil dari bahan karet itu tidak dilempar olehnya. Lalu saat mencoba topeng, Soi Fon dibuat tertawa kecil karena Ggio memakai topeng kappa sambil memegang kincir angin di tangan kiri dan lampion di tangan kanan dan menari tidak jelas.

Mereka berkeliling sampai menjelang tengah malam. Karena Ggio lelah, maka mereka berdua memutuskan untuk duduk di bawah sebuah pohon dekat kuil. Baik Ggio dan Soi Fon sama-sama menyandarkan tubuh mereka ke batang pohon.

"Hari ini menyenangkan Kawaii-taichou! Terima kasih."

"Hn."

'Harusnya aku yang berterima kasih, tahu.'

Hening menyelimuti mereka. Ada suara berisik dari festival, namun tidak begitu mengganggu. Soi Fon memeluk lututnya, kemudian menatap ke arah langit—bintang bersinar cukup indah malam hari ini.

"Kawaii-taichou, aku pergi sebentar," Ggio bangkit dari tempatnya duduk.

"Katanya kau lelah."

"Sebentar."

Ggio berlari kembali ke festival, meninggalkan Soi Fon sendirian di bawah pohon. Laki-laki childish seperti Ggio tidak akan bisa ditebak oleh Soi Fon, selalu membuat penasaran dengan kejutan kecil dan kejahilan yang ia miliki.

Soi Fon kembali memandangi langit. Benar, sudah lama ia tidak merasakan meriahnya sebuah festival. Ia rindu suasana ini, rindu kebisingan yang ada, rindu dengan langit malam yang sebentar lagi akan dihiasi warna warni kembang api.

Gadis berkepang itu kemudian memandangi lampion yang ada di tangannya. Lampion itu tidak besar, bentuknya bulat, berwarna merah, dan bertuliskan kanji yang bila dibaca berarti kebahagiaan. Dalamnya berisi lampu kecil yang disambungkan dengan baterai—sebagai pengganti api untuk menghindari kebakaran. Kenapa juga tadi Soi Fon tidak tega saat Ggio menatapnya puppy eyes hingga mau memegang lampion merah ini?

Soi Fon menghela nafas, kemudian menyandarkan kembali tubuhnya ke batang pohon. Tepat saat Ggio menyodorkan dua tusuk dango kepadanya.

"Makanlah, Kawaii-taichou."

"Aku tidak suka makanan manis."

"Aku tahu. Tapi aku memaksa."

"Aku tidak mau."

"Kau pasti takut gemuk, ya?"

"Tidak."

"Kau tetap cantik kok walau gemuk."

"Kubilang bukan karena itu," wajah Soi Fon memerah.

"Pantas saja badanmu tidak tambah gemuk."

"Kemarikan!" Soi Fon mengambil dango di tangan Ggio, kemudian memakannya.

Ggio tertawa, lalu memakan dangonya juga. Arrancar berkepang itu kemudian menempatkan diri di samping Soi Fon. Duduk dan melahap sisa satu tusuk dango, Soi Fon tidak mau kalah, ia pun menghabiskan dangonya.

"Enak, kan?"

"Hn."

"Kawaii-taichou, kau tahu, katanya, kalau ada pasangan yang memakan dango pada saat cap go meh, maka mereka akan bersama selamanya."

Wajah Soi Fon memerah.

DUAAARR! DUARRR!

Kembang api mulai dinyalakan, tanda tengah malam telah menjelang. Soi Fon kembali memeluk lututnya sambil memperhatikan lampion yang ada di tangannya. Ia tidak ingin Ggio tahu bahwa jantungnya sudah berdebar tidak karuan.

"Aku tidak keberatan kalau selamanya ada di dekatmu, loh, Kawaii-taichou," ucap Ggio sambil tersenyum lebar.

"Berisik!"

"Wah, wah, Kawaii-taichou semakin galak."

Dan malam cap go meh itu dilewati Soi Fon berdua dengan Ggio Vega, arrancar super jahil yang akhir-akhir ini mengisi hari-harinya. Hingga malam semakin larut, dan tangan mereka tanpa sengaja bertaut.


おわり

2777 words (story only)


#curhat: Fanfic ini nggak pernah direncanakan untuk jadi tepat pada saat ulang tahun Soi Fon, sungguh. Pembuatannya cukup lama, sampai empat hari. ^^a Dan... jadinya gaje, kan? *pundung di pojokan*

Pokoknya happy bornday, Soi Fon taichou! ^^

Keterangan:

Cap Go Meh pada tahun ini di Indonesia jatuh pada tanggal 6 Feburari 2012, biasanya, saat cap go meh, diperingati dengan arak-arakan dan makan kue cina (dodol yang bentuknya bulat, warna cokelat), juga mengukusnya, kemudian dilempar ke atas atap rumah. Tujuannya supaya (mitosnya) hutang perlahan-lahan hilang, dan rezeki terus mengalir. Pada saat cap go meh, semua orang harus bersenang-senang, agar terus diberkahi sampai tahun depan.

Dango adalah kue bulat-bulat warna pink-putih-hijau. Rasanya manis, hampir mirip seperti mochi, hanya saja sedikit lebih keras dari mochi. Biasanya selalu ada stand yang menjual kue ini saat festival apapun di Jepang.

Kue bulan (tong tju pia) adalah kue berbentuk bundar, warnanya putih kecokelatan. Biasanya berisi cokelat, keju, ketan hitam, durian, dan banyak lagi. Rasanya manis.

Kue pia warnanya cokelat, biasanya berisi ketan hitam atau kacang hijau. Rasanya manis agak asin, biasanya selalu ada bentuk ukiran bunga di atas kuenya.

Tulisan di lampion atau ang pao biasanya pinyin 'fu', yang artinya kebahagiaan/hoki/rezeki.

Nee, mind to RnR, readers?