Fanfic pertama saya dalam bahasa Indonesia, dan saya merasa kalau bahasanya sangat aneh dan kaku. Mohon dimaafkan? 8'DD Idenya juga agak aneh, dan banyak unsur keterpaksaan yang amat sangat. Lagi-lagi, saya minta maaf. 8'DD
Disclaimer: Persona 4 milik Atlus.
Souji menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Igor tiba-tiba menjatuhkan salah satu kartu yang digunakannya dalam menggabungkan persona. Kecelakaan lagi, eh? Dengan ini, sudah terhitung tiga kali berturut-turut Souji gagal menciptakan Black Frost. Entah apakah memang Souji dinasibkan untuk tidak memiliki Black Frost dalam koleksi personanya--hal terakhir yang diharapkan oleh pemuda berambut keperakan itu untuk terjadi--atau memang telah terjadi sesuatu yang aneh di dalam diri Igor. Memang baru dua hari yang lalu Souji berhasil menjalin hubungan yang tidak terputuskan dengan Margaret--
--tunggu. Apakah Igor cemburu, dan kemudian sengaja menggagalkan usaha Souji menciptakan Black Frost? Ah, tapi itu tidak masuk akal, hm? Igor, bagaimanapun rupa dan perilakunya, adalah penghuni Velvet Room yang bertugas untuk membantu Souji. Lagipula, Souji dan Igor terikat dalam suatu kontrak yang kurang lebih mengatakan kalau Igor harus membantu Souji, selama Souji mengikuti takdirnya seperti yang tercantum dalam kontrak. Mungkin Igor sedang menghadapi hari yang buruk. Terdengar lebih baik.
"Ah, sepertinya dewi fortuna memang sedang tidak disisimu, eh, Souji?"
Souji memandang Igor dengan tatapan heran. Bukankah sudah jelas sekali itu yang terjadi? Gagal menciptakan Black Frost tiga kali berturut-turut, kalau memang bukan alasan kesengajaan Igor, apalagi alasan yang lebih tepat daripada nasib buruk? "Kelihatannya. Dan bagaimana hasilnya?"
Igor memandang kartu yang sekarang berada di tangannya, dan mengernyitkan keningnya. Bukan pertanda yang baik, Souji sudah mengerti. Mungkin hasilnya adalah persona yang sangat tidak berkualitas? Atau malah tidak menjadi persona? Souji melekatkan pandangannya erat-erat ke arah kartu yang dipegang oleh Igor, tetapi kedua manik keperakannya tidak dapat menangkap gambar persona yang ada di kartu itu dengan jelas. Seperti... seorang laki-laki? Dengan... bunga?
"Hmm... Hasil yang sangat menarik... unik. Tidak kusangka ada persona semacam ini di dalam hatimu. Bukan, tidak kusangka aku akan bisa melihatnya lagi setelah dua tahun berlalu," gumam Igor, cukup keras untuk didengar oleh Souji.
Rasa penasaran Souji semakin bertambah setelah mendengar gumaman semi tidak jelas dari Igor. Ingin rasanya Souji mencondongkan tubuhnya untuk bisa melihat persona apa yang terdapat di dalam kartu itu dengan jelas. Akan tetapi, remaja itu memutuskan untuk tetap menunggu sampai Igor sendiri yang berbicara dan menyerahkan kartu itu kepadanya.
"Bisa kukatakan kepadamu, Souji, persona ini datang dengan suatu alasan yang spesifik... khusus. Kedatangan persona ini akan menjadi penyebab dari sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Seperti pedang bermata dua, ya, tergantung bagaimana kau melihatnya."
Walaupun Souji adalah murid tercerdas di angkatannya, dia tetap tidak dapat memproses secara utuh apa yang dimaksud oleh Igor. Menjadi semacam pedang bermata dua, bukankah konotasinya penggunaan persona itu juga dapat berakibat buruk pada Souji? Dan menurut Souji, perilaku Igor setelah melihat kartu itu menjadi aneh, karena tidak biasanya Igor mengatakan hal-hal seperti itu setelah selesai membantu Souji menciptakan persona yang baru. Mungkin memang benar kalau Igor cemburu...
"Tapi bisa kupastikan kalau dewi fortuna akan berpihak kepadamu karena persona ini, Souji. Heheheheh..."
Souji hanya dapat tersenyum masam mendengar penjelasan tambahan Igor tadi, yang dapat dibilang adalah suatu kontradiksi dari apa yang dikatakannya sebelumnya. Sederhana saja, apakah masuk akal kalau suatu pedang bermata dua adalah bukti dari nasib yang baik? Mungkin bagi Igor, tetapi tidak bagi Souji. Pemuda itu menjadi semakin tidak mengerti bagaimana jalan pemikiran Igor. Dan juga tidak ingin mengerti, kalau dia boleh jujur.
Igor kemudian menyerahkan kartu itu, dan seketika Souji menerima kartu itu dari Igor, suatu bayangan persona langsung terlintas di pikirannya. Narcissus, begitulah persona itu memperkenalkan dirinya sendiri. Souji memang sudah terbiasa melihat rupa persona dengan beragam wujud dan simbolisasi, tetapi Souji merasa ada sesuatu yang aneh begitu melihat bayangan Narcissus di kepalanya. Seorang laki-laki, kalau bisa dibilang begitu, dengan bunga-bunga di sekelilingnya. Alraune versi laki-laki, eh? Tetapi ada suatu perasaan aneh begitu persona itu menyatu dengan Souji yang mengatakan kalau Narcissus tidak semestinya berada dengannya--berbeda dengan Alraune.
Setelah mendapatkan Narcissus, Souji langsung keluar dari Velvet Room, pikirannya masih terus-menerus memutar tawa aneh Igor ketika memberikan persona tersebut. Souji mengedikkan bahunya, berusaha melupakan apa yang baru saja terjadi. Persona tetaplah persona, asal digunakan dengan baik, tidak akan membawa efek buruk apa-apa. Lagipula, Souji tidak memiliki banyak waktu untuk memikirkan keanehan Igor, teman-temannya sudah menunggu untuk memulai eksplorasi hari itu.
------------------------------------------------------------------------------------
"Mereka terus datang--seperti tidak ada habisnya!" teriak Naoto frustasi. Gadis berambut biru itu dari tadi terus-menerus menembaki shadows yang datang tanpa henti, dan dari nada suaranya dapat diasumsikan kalau dia mulai kelelahan. Di sisi yang lain, Yukiko sedang sibuk merapal Maragidyne terus-menerus, dan Yousuke sedang menggunakan Magarudyne untuk menghalau musuh agar tidak mendekati tempat mereka. Souji sendiri menebas shadows yang nampak seperti tidak ada habisnya, dan lengannya sudah mulai merasa letih.
"Mereka lemah terhadap api dan es! Gunakan agi atau bufu!" Rise memberi informasi dari belakang. Gadis itu sudah mengulang informasi yang sama berkali-kali, dan nadanya sudah berubah menjadi agak putus asa. Bagaimana tidak, dari tadi keempat--lima, ditambah Rise--orang itu sudah berusaha mengalahkan shadows yang berdatangan selama tigapuluh menit. Akan tetapi, tidak ada tanda kalau para shadows tersebut akan berhenti menyerang walaupun para anggota tim investigasi yang ikut dalam eksplorasi hari itu sudah nyaris mencapai batasnya.
"Partner! Apakah kau memiliki persona yang bisa menggunakan agi atau bufu? Yukiko... Yukiko kelihatannya sudah kehabisan SP!"
Souji terdiam sesaat, mencoba mencari-cari persona yang bisa menggunakan agi atau bufu--atau malah kedua-duanya. Akan tetapi, sama sekali tidak ada persona miliknya yang bisa menggunakan kedua mantra tersebut. Kalau saja tadi dia berhasil menciptakan Black Frost... "Yousuke! Coba gunakan Tentarafoo untuk membuat shadows-shadows itu bingung!"
"Baiklah kalau begitu... Tentarafoo!" Selembar kartu tarot muncul di hadapan Yousuke, yang kemudian segera menghancurkan kartu itu dengan senjatanya. Persona milik Yousuke, Susano-O, seketika muncul dan merapalkan Tentarafoo, menujukan serangan itu kepada kumpulan shadows yang berada di sana. Beberapa shadows yang terkena serangan Yousuke tadi mulai menyerang satu sama lainnya, membuat beban yang dihadapi oleh sekumpulan remaja itu menyedikit. Yousuke tersenyum girang, senang karena serangannya tadi efektif.
Akan tetapi, ada alasannya mengapa Yousuke memiliki keberuntungan yang paling rendah di antara semua anggota tim investigasi.
Tanpa diketahui oleh Yousuke, Tentarafoo yang ditujukan kepada para shadows juga secara tidak sengaja menyerang pemimpin dari kelompok investigasi itu sendiri, Seta Souji. Souji, yang tidak sempat menghindar karena serangan itu tiba-tiba datang, langsung terpengaruh dengan efek dari Tentarafoo. Tubuhnya menjadi kaku, dia berhenti menyerang shadows yang datang. Pikirannya menjadi ringan, seolah tidak sedang memikirkan apa-apa. Suara-suara yang menekan Souji untuk menyerang teman seperjuangannya muncul dari belakang kepalanya, dan semakin lama suara-suara itu menjadi semakin kuat. Tiba-tiba, Souji merasa kepalanya berputar-putar, dan entah mengapa pemuda itu merasa kalau sepertinya satu-satunya cara untuk menghilangkan rasa pusing di kepalanya adalah menuruti permintaan suara-suara tersebut.
"Souji-senpai...! Siapapun, tolong--Senpai terpengaruh efek Tentarafoo dari Yousuke-senpai!" Rise berseru histeris, setelah menyadari apa yang membuat Souji terdiam. Seketika, ketiga orang yang juga berada di tempat itu berhenti menyerang shadows untuk sementara dan menoleh ke arah Souji yang memang masih tidak bergerak. Senyuman puas yang tadi sempat menghiasi wajah Yousuke menghilang, digantikan ekspresi penyesalan dan minta maaf. Kemudian remaja berambut oranye itu menoleh ke arah Yukiko, yang dibalas oleh Yukiko dengan anggukan.
"Me Pa--"
"MARIN KARIN!"
Semua anggota tim investigasi yang berada di tempat itu terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan oleh Souji. Sesosok persona yang belum pernah mereka lihat sebelumnya muncul, dan melakukan suatu serangan tidak dikenal yang sayangnya ditunjukkan kepada para anggota tim investigasi. Walaupun terkejut karena serangan yang tiba-tiba itu, Yousuke dan Yukiko masih dapat menghindar. Akan tetapi, Naoto tidak sempat menghindar dari serangan yang datang ke arahnya, dan langsung terjatuh ketika terkena serangan yang asing itu.
"Uh... Me Patra!" Yukiko merapalkan Me Patra sekali lagi, dan efek Tentarafoo yang mempengaruhi Souji hilang. Suara-suara yang menekan pemuda berambut abu-abu itu menghilang, dan dia pun berhasil mengendalikan pemikirannya kembali. Sayangnya, remaja itu tidak menyadari apa yang baru saja dilakukannya, dan menatap heran para teman-temannya yang kelihatan khawatir.
"Partner! Aku... aku benar-benar minta maaf! Tidak sengaja--sungguh!" Yousuke menundukkan kepalanya berkali-kali, sembari menendang shadows yang mendekati kakinya. Pemuda itu menggumamkan kata-kata yang sama berulang kali, semakin lama semakin cepat dan tidak terdengar jelas.
"Senpai! Keadaan Naoto-kun aneh, aku tidak dapat membaca keadaannya sama sekali!"
Souji langsung menoleh ke arah Naoto, yang masih duduk terdiam di lantai. Rasa khawatir langsung memenuhi pikiran Souji. Naoto... ada apa dengannya? Dan mengapa aku tidak ingat apa-apa? Dialihkannya pandangan ke Yukiko yang berdiri di samping Naoto. Gadis berambut hitam itu hanya menggelengkan kepala, juga tidak mengerti akan apa yang baru saja terjadi. Yang jelas, mereka tidak dapat melanjutkan ekplorasi, tidak dengan keadaan Naoto yang kelihatannya buruk. Souji menghela napas, dan menggunakan Goho-M untuk kembali ke pintu depan.
...dan itulah chapter pertama. Silakan memberitahu saya kalau memang aneh (dan memang begitulah adanya, aneh) atau apabila ada saran atau kalau saya tidak usah melanjutkan cerita ini karena kelewat aneh. OTZ
