.
.
.
DISCLIMER: I DO NOT OWN NARUTO
.
.
.
THIS FIC ORIGINALY MINE
.
.
.
SHADOW OF MAESTRO
WARNING: AU
.
.
.
SUMMARY:
Haruno Sakura, 16 tahun. Seorang murid Konoha High yang cerdas yang sibuk dengan kegiatan di sekolahnya. Hanya segelintir orang yang mengenali gadis itu sebagai seorang Shadow of Maestro. Hanya ayahnya – Direktur Agensi Shining Star – dan beberapa staff ayahnya. Apa gadis itu akan tetap hidup dalam bayang-bayang? / 'Kalau aku boleh memilih, lebih baik aku terlahir normal.' / "Kau memandang dirimu terlalu tinggi, Haruno," balas Sasuke dingin. / AU
.
.
.
_Shadow_of_Maestro_
Musik adalah sesuatu yang misterius. Nada-nada yang saling terangkai dan dapat menguasai hati setiap orang. Membuatnya terus terputar-putar dalam otak orang-orang yang mendengarnya. Menguasai hari-hari mereka.
Idola… superstar yang di gilai hampir seluruh penduduk di Jepang. Wajah tampan dan cantik, kemampuan akting, kemampuan bermusik. Sungguh membuat para fans mereka menjadi tak sadarkan diri jika berada didekat mereka.
Tidak mudah… takkan pernah mudah… memilih seorang idola dan membuat sebuah musik yang bagus. Semuanya takkan pernah mudah. Dan itulah yang aku lakukan. Aku, Haruno Sakura. Putri tunggal direktur agensi Shining Star, agensi terbesar di Jepang. Tidak, keberadaanku tak pernah di ekspos, keberadaanku tak boleh di ekspos. Aku seperti bayang-bayang, tidak, akulah bayang-bayang itu. Aku memilih setiap artis yang ada di agensi ini, aku yang membuat lagu untuk beberapa artis di agensi ini yang langsung menembus billboard, aku yang menata setiap koreografi dan menciptakan sebuah skrip untuk film atau drama sehingga bisa meraih rating utama.
Aku, Haruno Sakura, Shadow of Maestro.
Itulah sebutan yang diberikan ayahku dan para staff ayahku. Entah apa yang terjadi pada diriku sampai bisa memperoleh keahlian seperti itu. Kadang terasa menakutkan, kadang terasa aku memang pantas untuk memilikinya. Namun satu yang ku tahu… aku tidak normal. Aku tidak akan pernah bisa menjadi normal.
_Shadow_of_Maestro_
"Sakura! Kau akan menemaniku bertemu Rookie 9, kan?" seru Ino memohon.
Sakura menurunkan novel sastra Prancisnya yang sangat tebal itu dan menatap sahabatnya. Mata emerald nan cemerlang gadis itu menatap seorang gadis berambut pirang panjang dengan mata aquamarine yang jernih dan memikat. Paras cantiknya sedikit merona karena bersemangat. Sakura menatap pintu kelasnya yang masih terbuka lebar dan beberapa anak memperhatikan mereka sekarang. Antara kagum dan iri melihat tubuh sahabatnya yang sempurna itu. Itulah Yamanaka Ino, sahabat Haruno Sakura.
"Sakura!" panggil Ino tak sabaran karena Sakura masih sibuk menganalisis keadaan sekitarnya yang terlupakan ketika ia menghabiskan waktunya dengan novel sastra tercintanya.
"Apa?" tanya Sakura datar.
"Bertemu Rookie 9!" seru Ino menggebu-gebu.
"Lupakan." Sakura berkata singkat kembali membaca novel sastranya.
"Kumohon! Please! Please! Please!" pinta Ino. "Ini kesempatanmu untuk bertemu bintang idola, Sakura! Mereka adalah orang-orang yang paling ingin ditemui seluruh gadis-gadis remaja se-Jepang! Mereka tampan sekali, Sakura!" kata Ino menggebu-gebu.
"Tidak, terima kasih," jawab Sakura tidak tertarik.
"Baiklah, nona. Aku tidak akan memohon." Jawab Ino tenang.
Hoo, kau menyerah? Tumben sekali, pikir Sakura melirik Ino.
"Tapi aku tidak terima penolakan! Kau tetap ikut denganku pulang sekolah nanti! Bye!" seru Ino riang lalu keluar dari kelas itu.
Nah, itu baru normalnya Ino, pikir Sakura menghela nafas.
Kelas itu berbisik-bisik. Isi kelas itu tidak banyak. 10 orang termasuk Sakura. Bingung? Yeah, karena ini bukan kelas biasa. Ini adalah kelas Penelitian Medis yang berisi anak-anak cerdas cenderung anti-sosial. Di kelas ini dipersiapkan orang-orang yang nantinya akan jadi seorang ilmuwan.
Ya, ilmuwan. Bertolak belakang dengan seni. Bertolak belakang dengan Maestro. Dan di kelas inilah Sakura berada.
Sakura mengabaikan bisik-bisik kelas itu. Masa bodo dengan ocehan tidak penting dan sifat anti-sosial mereka yang mereka agungkan bersama dengan kecerdasan mereka. Yang membuat mereka memandang anak-anak kelas lain ataupun orang yang tidak lebih pintar dari mereka tidak pantas berteman dengan mereka. Sakura benci itu. Sakura benci peraturan seperti itu, ah, tidak. Sakura benci terikat dengan peraturan apapun itu. Dia adalah sosok yang bebas. Bebas selayaknya bayangan. Tidak ada yang bisa mengikatnya, tidak bahkan ayahnya sekalipun.
"Haruno, kau sudah tahu kalau kebodohan itu menular. Seharusnya kau bilang pada Yamanaka kalau kelas ini harus steril darinya." Kata seorang cewek merendahkan, bahkan tak mau menghampiri Sakura.
Sakura mengabaikannya. Ia memasang headsetnya dan membereskan buku-bukunya. Ah, dia benci tempat ini.
"Hei, pelajaran sudah mau dimulai!" tegur seorang cowok begitu Sakura berjalan menuju pintu kelas dengan barang-barangnya.
Sakura hanya melirik sekilas dan terus berjalan. "Aku melewatkan pelajaran hari inipun kalian tetap tidak bisa menggeser peringkatku," balas Sakura santai membuat mereka bungkam.
Bungkam karena perkataan itu tepat. Sakura memang peringkat satu di kelas itu. Murid paling cerdas di sekolah itu.
Aku ini… mengerikan bukan? Aku bisa melakukan segala hal tanpa suatu usaha yang berarti. Seakan-akan aku juga bisa menghancurkan segalanya tanpa dapat terhentikan. Ketakutan terbesarku adalah kecerdasanku. Ya, itu ketakutan terbesarku. Aku takut kecerdasan itu mengusaiku dan menghancurkanku. Kalau aku boleh memilih, lebih baik aku terlahir normal.
_Shadow_of_Maestro_
"Eh? Shadow of Maestro?" tanya Naruto penasaran.
Uzumaki Naruto, vokalis Rookie 9 ini memiliki rambut pirang seperti duren dan mata biru cemerlangnya. Kepribadiannya yang begitu bersahabat dan suaranya yang meneduhkan itu memiliki nilai jual tersendiri untuknya.
"Hm, Shadow of Maestro. Entahlah, aku mendengar dari beberapa artis di agensi ini. Dia sangat misterius. Hanya sedikit orang di agensi ini yang tahu tentang jati dirinya. Entah itu pria atau wanita, umurnya berapa, tak banyak yang tahu. Dia memilih 80% dari artis agensi ini, dia menulis lagu-lagu yang menembus billboard dan drama atau film yang berada di peringkat 1 adalah idenya." Kata Sai menjelaskan apa yang baru didengarnya. "Dia disebut Dewa/Dewi Seni. Katanya artis yang berhasil mengenalnya akan terus bertahan karirnya."
Danzou Sai, drummer Rookie 9 ini memiliki rambut hitam yang tertata rapih dan mata onyxnya. Wajah pucat nan tampan yang sering sekali tersenyum meski itu adalah senyum palsu. Kepribadian ramah yang dibuat-buatnya itupun merupakan nilai jual tersendiri.
Seorang lainnya mendengus. "Jangan bodoh, kita bisa sampai disini karena usaha kita tanpa campur tangan siapapun itu. Shadow of Maestro? Kalian pasti bercanda." Cibir Sasuke.
Uchiha Sasuke. Pria ini sangat di gilai setiap wanita karena wajah tampan dan sikap dinginnya. Mata onxy yang tajam dan rambut Raven yang mencuat itu adalah style tersendiri yang menarik segenap hati kaum hawa. Guitaris 1 dari Rookie 9 ini juga cukup bermulut kasar.
"Aku setuju dengan Sasuke." Kata Gaara singkat.
Pria yang paling muda dan menggemaskan ini bernama Sabaku Gaara. Rambut merah dan mata jade-nya membuat orang gemas. Namun kepribadiannya tidak seperti penampilannya. Guitaris 2 dari Rookie 9 ini cenderung pendiam, dan karena itulah ia digilai banyak wanita.
"Tapi, berdasarkan apa yang kudengar. Dialah yang menyetujui 80% kelulusan setiap artis di agensi ini. Kepengaruhannya setara dengan Direktur Isshiki. Dan, ya, kalau kita ada di agensi inipun kemungkinan besar karenanya. Dan lagu kita, 3 lagu kita yang menembus billboard adalah ciptaannya." Kata Shikamaru bangun dari tidurnya. "Direktur sendiri yang mengatakan itu, entahlah. Direktur tampak begitu membanggakannya."
Nara Shikamaru. Dia adalah pemimpin Rookie 9. Basist dengan mata onxy tajam dan rambut hitam nanasnya itu memiliki kharisma tersendiri yang membuat orang menyukainya. Meski ia pemalas dan suka sekali tidur. Tapi hasratnya akan musik tak bisa dipandang sebelah mata. Juga kecerdasannya adalah sebuah hal yang menakjubkan.
Omong kosong, pikir Sasuke. Jelas, pangeran es ini tak mungkin menerima hal itu dengan mudah, bukan?
"Oh, ya, sore ini kita ada fans service. Kuharap kalian tidak lupa, di café M." kata Shikamaru.
Mereka yang lain hanya menghela nafas.
_Shadow_of_Maestro_
Sakura sibuk dengan novel sastranya ketika kelima pria tampan itu masuk ke café yang sudah di reservasi oleh mereka untuk fans service. Ino langsung menyimpan semua peralatan make upnya dan memasang senyum termanisnya. Ia melirik Sakura yang telihat cuek dan fokus pada novel sastranya. Ia menyenggol Sakura agar bersikap seperti dirinya tapi Sakura hanya memandang sebal ke arahnya.
Kelima pria tampan itu duduk di tempat mereka masing-masing di hadapan kedua gadis yang terlihat sekali sangat bertolak belakang. Sakura masih fokus pada novelnya, mengabaikan keenam orang lainnya.
Sasuke menatap gadis itu. Gadis dengan rambut pink mencolok dan mata emerald yang fokus pada barisan novel tebal. Sekali-kali kening itu berkerut ketika membacanya, tapi berikutnya kembali seperti biasa dan senyum kecil muncul di bibir mungil berwarna pink itu. Ia sebal namun juga tidak bosan mengamati gadis itu. Ia sebal karena gadis itu mengabaikannya. Tidak pernah ada yang bisa mengabaikannya, tidak bahkan gadis ini. Ia akan buktikan itu.
"Kita mulai dari perkenalan dulu, ya," kata Naruto penuh semangat. "Aku Naruto Uzumaki, Vocalist."
"Danzou Sai, drummer." Sai mempernalkan dengan senyum palsunya.
"Uchiha Sasuke, guitaris 1." Sasuke memperkenalkan dengan datar. Ia melirik gadis pink itu dan reaksi gadis itu tak berubah. Ia benar-benar mengabaikan mereka.
"Sabaku Gaara, gutaris 2."
"Nara Shikamaru, Bassist." Shikamaru memperkenalkan dengan malas.
"Aku, Yamanaka Ino. Tahun kedua Konoha High. Salam kenal," kata Ino riang.
Semua mata kini beralih ke arah gadis pink itu. Gadis sibuk dengan novelnya tanpa menyadari tatapan mereka sampai Ino menyenggolnya dan membuat gadis itu kembali ke dunia nyata. Sakura menatap Ino penuh tanya.
"Perkenalkan dirimu, bodoh," bisik Ino.
"Haruno Sakura, salam kenal." Sakura mengucapkan dengan datar dan menundukan kepalanya. Formal.
Hening. Kaku. Ino sampai menganga melihat tingkah sahabatnya itu. Benar-benar sebuah kesalahan membawa Sakura. Ino menggebuk belakang Sakura, bahkan membuat Naruto menringis melihatnya.
"Sakura kenapa kau kaku begitu. Hahahaha." Ino tertawa mencoba mencairkan suasana.
Sakura menatap Ino dengan mata polos dan penuh tanya. Seakan tidak mengerti apa yang gadis itu katakan. Ha! Rasakan! Siapa suruh membawaku ke tempat seperti ini dan bertemu mereka!
Ino membeku mendapat tatapan seperti itu. Ino menyumpah dalam hati bahwa akan membuat Sakura membayar atas tingkahnya yang memalukan ini.
"Ahahahaha, Sakura-chan lucu juga ternyata!" kata Naruto tertawa gemas.
"Anda bisa memanggil saya dengan Haruno, Uzumaki-san," kata Sakura formal.
Sakura melirik Ino. Ia tak bisa menahan senyum kecilnya begitu melihat ekspressi horror sahabatnya itu. Seakan sahabatnya itu sebentar lagi akan mencari sumur dan bersembunyi di sana sampai pria di depan mereka melupakan hari ini.
"Kau terlihat fokus sekali dengan novelmu, Haruno-san," komentar Shikamaru memecah keheningan.
Ino menghela nafas lega. Namun juga tidak tenang, takut kalau sahabatnya ini kembali mematikan suasana.
Sakura hanya mengangguk formal. Bagus, ia kembali membunuh suasana dan Ino semakin terlihat mencoba menenangkan dirinya agar tidak meledak karena sikapnya.
"Novel apa yang anda baca, Haruno-san?" tanya Sai tersenyum palsu.
"Sastra." Sakura menjawab singkat, datar.
Ino menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Maaf, ya, Sakura memang agak tertutup anaknya. Ia… agak sulit bergaul," kata Ino tersenyum.
Phone cell Sakura berdering dan Sakura hendak mengangkatnya dan pergi dari meja itu tapi Ino menahan tangannya di bawah meja. Sakura menatap Ino kesal, ia yakin telepon itu penting.
"Tidak masalah, Haruno-san. Kau boleh mengangkatnya." Sasuke mengatakan datar.
Ino melepaskan tangan Sakura. Sakura berdiri dan mengambil agenda dan pulpennya, sebelum beranjak pergi ia berkata dengan datar, "Sebenarnya, aku tidak perlu ijin anda untuk mengangkat teleponku, Uchiha-san."
Ino sungguh ingin mengantukan kepalanya berkali-kali ke meja di depannya itu. Sungguh, Sakura sukses membuat harga dirinya jatuh. Ino melirik Sasuke, wajah itu datar. Tapi mata Uchiha yang memikat itu terpancar emosi yang meluap-luap. Oh, Haruno, sungguh cerdas! Kau bahkan bisa membuat pria sedingin Sasuke menjadi marah seperti itu.
"Aku benar-benar minta maaf soal Sakura." Ino berkata putus asa. "Ia sudah menolak ketika aku mengajaknya namun aku memaksa."
Naruto menggenggam tangan Ino lembut. "Tidak masalah, Ino-chan. Yang penting Ino-chan menikmati fans service ini," kata Naruto menghibur.
Ino tersenyum. Pipinya merona. Ugh, tidak peduli dengan sikap Sakura. Yang penting ia menikmatinya. Dan setelah itu mereka berbincang-bincang.
Lebih tepatnya, Naruto, Sai, Ino dan kadang Shikamaru berbincang-bincang. Sasuke dan Gaara lebih banyak diam dan memperhatikan Sakura yang sibuk dengan menelpon dan menuliskan sesuatu di agendanya. Seakan merancang sesuatu. Terlihat begitu serius dan kadang menghela nafas lelah. Benar-benar tipe pekerja keras.
Cukup lama. 15 menit lebih Sakura berdiskusi tentang festival sekolah itu via telepon. Oh, seandainya ia bukan ketua EO di sekolahnya, ia tidak akan serepot ini.
EO adalah sebuah klub di Konoha High. Klub tersibuk di Konoha High. Klub Event Organizer. Klub inilah yang membuat dan bertanggung jawab memeriahkan semua acara-acara di Konoha. Semua acara klub di Konoha High-pun di tangani oleh klub ini. Dan Sakura merubah sejarah, seorang Penelitian Medis sepertinya menjadi ketua klub. Sangat fenomenal. Mengingat semua anak Penelitian Medis bersifat anti sosial dan tidak mengikuti klub apapun karena membuang waktu. Tentu, Sakura memang memiliki sifat anti sosial, tapi Ino yang mengubahnya. Ino terus mendorong Sakura ke klub Event Organizer dan mendorongnya ke OSIS sampai ia menjadi sekretaris OSIS. Ino memangkas habis waktu pribadi Sakura dan menjadi Sakura orang penting di Konoha High. Orang paling sering di hubungi di Konoha High.
Sakura menghela nafas dan memeriksa ulang catatannya. Lalu ia menutup buku agenda itu dan kembali ke tempat duduknya di samping Ino.
"Kau terlihat sibuk, Haruno," sindir Sasuke.
Suasana hening dan langsung menatap ke arah Sasuke dan bergantian ke arah Sakura. Naruto menyenggol Sasuke memperingatkan.
Oh, jangan lagi. Sakura sudah sangat lelah dan tidak ingin di ganggu saat ini. Sakura hanya menatap pria Uchiha dan tersenyum singkat lalu melanjutkan membaca novelnya. Abaikan saja, Sakura.
"Play hard to get, huh?" Sasuke mengejek.
"Sasuke," tegur Shikamaru.
Cukup sudah! Pria pantat ayam ini benar-benar membuatnya habis sabar!
"Kalau mata anda masih normal, ini namanya membaca novel, Uchiha. Bukan jual mahal," balas Sakura dingin menatap sebal pria Uchiha itu.
Sasuke menyeringai puas melihat gadis itu membalas. "Novelmu sepertinya sastra asing. Kau cukup cerdas sepertinya," komentar Sasuke.
"Kudengar kau juga. Mungkin kau bisa membantu Ino menaikan nilai-nilainya," balas Sakura melirik Ino yang merona. Tersenyum kecil melihat tingkah sahabatnya.
"Aku tidak suka cewek bodoh." Sasuke menjawab dengan malas.
Sakura langsung menatap Sasuke tajam mendengarnya. Ino menunduk malu mendengarnya. Ia sangat terluka mendengar perkataan Sasuke.
"Oi, teme!" Naruto memperingatkan.
"Oh, yeah? Menarik, Uchiha. Aku juga benci pria yang jauh lebih bodoh dariku. Apalagi jika ia menganggap dirinya pintar. Dengan kata lain, aku benci orang sepertimu, Uchiha," kata Sakura dingin.
Ino langsung meremas tangan Sakura. Ino tahu Sakura sudah mulai marah. Ino sedikit was-was, Sakura jarang marah. Tapi memang gadis itu mudah marah kalau seseorang mengejek Ino.
"Kau memandang dirimu terlalu tinggi, Haruno," balas Sasuke dingin.
"Tidak juga, aku sudah jelas tahu kau jauh lebih bodoh dariku. Mau bukti?" tanya Sakura menantang.
Sasuke melipat tangannya di dada. "Boleh."
"Tapi dengan taruhan, jika aku menang kau harus minta maaf pada Ino dan melakukan apapun yang ia katakan selama seminggu. Kalau aku kalah, aku akan melakukan hal yang sama. Aku akan minta maaf padamu dan menjadi budakmu selama seminggu."
"Deal."
"Sasuke." Kali ini Gaara yang memperingatkan.
"Santai, Gaara. Aku tidak akan pernah kalah," jawab Sasuke percaya diri.
Sakura mengambil dua lembar kertas dari tasnya dan memberikan Sasuke pulpen. Yang lain menunggu dengan penasaran.
"Kita bisa membuat labirin. 3 menit. Lalu setelah itu kita bisa tukeran dan menemukan jalan keluar labirin itu dalam 1 menit." Sasuke hendak protes. "A-a, kau sudah setuju di awal." Sakura tersenyum penuh kemenangan.
"Aku akan mewaktukan." Shikamaru mengeluarkan phone cellnya. "Mulai!"
Sakura menutupi gambarnya dan membuat labirin itu. Bentuknya bulat dan bergitu banyak garis. Sangat rumit. Dan Sasuke membuat labirin berbentuk kotak.
"Selesai!" kata Shikamaru.
Sakura meletakan pulpennya dan langsung merebut kertas Sasuke dimana ia masih tetap menggambar. Sasuke mamandang hendak protes tapi Sakura malah menyerahkan kertas labirinnya.
"1 menit dari sekarang. Mulai!"
Sakura kembali ke kertasnya dan Sasukepun begitu. "Selesai," jawab Sakura setelah sepuluh detik.
Sasuke menatap Sakura terkejut. Bagaimana gadis itu bisa begitu cepat?
"Kesulitan, bodoh?" tanya Sakura mengejek. "Padahal, kalau kau jeli, kau hanya menarik garis lurus dan selesai."
Sasuke kembali memperhatikan labirin Sakura. Ia benar! Kenapa ia tidak berpikir sesimpel itu? Argh, gadis ini benar-benar mengerjainya!
Sakura melipat kedua tangannya di meja dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Ke arah Sasuke yang duduk di depannya dan berkata, "Sebagai seorang pria, bukankah anda akan melakukan perkataan anda, Uchiha. Dalam hal ini, minta maaf pada Ino."
Sasuke menggeram sebal dan Sakura menarik tubuhnya. Bersandar dengan nyaman dan menantikan pertunjukan itu. Ia melirik Ino yang masih menunduk, rona wajahnya semakin terlihat jelas.
"Aku minta maaf, Yamanaka. Aku akan menuruti perkataanmu selama seminggu," kata Sasuke datar.
Sakura mendengus melihatnya namun Ino mengangguk antusias. Shikamaru berdehem.
"Kami akan manggung di Konoha High kalau tidak salah," kata Shikamaru membuka pembicaraan.
"Iya! Di festival sekolah!" kata Ino semangat.
"Kami belum mendapatkan ijin penuhnya, katanya ketua acara yang menanganinya terlalu sibuk," kata Gaara.
"Sok sibuk, padahal masih SMA. Sombong sekali," kata Sasuke merendahkan.
"Benar! Kenapa sulit sekali menghubunginya! Seperti menghubungi presiden saja," gerutu Naruto.
"Apa Ino-chan tahu siapa ketua acaranya?" tanya Sai.
Ino membeku mendengar itu. Ia melirik Sakura takut-takut. Gadis itu diam. Diam namun Ino bisa dengan jelas merasakan aura hitam di sekitar Sakura.
"A, ano… ketua acaranya… eto… um…" Ino sangat gugup mengatakannya.
Naruto mengerutkan keningnya.
"Ketua acaranya… adalah Sakura…" kata Ino menunduk.
Kelima pria tampan itu terkejut. Serempak mereka langsung menatap Sakura. Sakura tersenyum manis. Manis tapi sangat menakutkan karena mereka tahu itu senyum palsu. Naruto dan Sai meneguk ludah sangking gugupnya.
"Seperti yang kalian lihat, gentleman. Ketua acara yang kalian bilang sok sibuk, sombong, dan seperti presiden sedang menghabiskan waktunya di sebuah café dengan sahabatnya yang memaksa menemani bertemu dengan lima pria comel yang suka membicarakan orang sampai tidak sadar kalau orang yang dibicarakan tepat di depan mereka." Sakura bicara panjang lebar dengan datar dan dingin. "Dan sepertinya aku harus pergi karena aku sangat sibuk."
Sakura mengambil tasnya dan novelnya lalu beranjak pergi dari tempat itu.
"Maaf, aku harus mengejar, Sakura. Terima kasih atas waktunya," kata Ino buru-buru dan pergi dari tempat itu.
Hening. Kepergian dua gadis itu masih membuat kelima pria tampan itu shock.
"Kita harus minta maaf pada Haruno-san!" kata Naruto histeris.
"Percuma, kita bisa lihat sikap Haruno pada kita." Shikamaru berkata dan menyulut rokoknya. "Kita hanya bisa berharap pada Yamanaka. Sasuke, tugasmu untuk memastikan Yamanaka berhasil membujuk Haruno."
Sasuke mendengus. Sangat berhasil, Haruno! Untuk berikutnya akan kubuat kau bertekuk lutut di hadapanku!
*_*_*_*TBC*_*_*_*
AUTHOR'S NOTE:
Tidak banyak yang ingin author katakan, hanya jika berkenan untuk mereview :)
God bless us and our family^^
