Rin yang terkena kutukan harus mendapat pernyataan cinta dari titisan kekasihnya ―miliaran tahun lalu. /supernatural

.

.

.

.

.

Garpu itu terjatuh ke sekian kali. Pisau menancap di dinding sedari tadi. Kandiler tak berfungsi, disubstitusi jilatan api dari lilin. Gaun hitamnya menjuntai, ala puteri dalam kisah dongeng kerajaan. Helai blondenya memanjang setelah beribu― ah, tahun berapa sekarang? Kursi digeser mundur, sosok itu beranjak. Tanpa kata, menghilang di dalam kegelapan, bersamaan dengan padamnya sumber penerangan.


Vocaloid : Yamaha, Crypton, etc.

Hadiah ulang tahun buat Go Minami Asuka Bi, maaf telat banget panda mau uts ;;;;


.

.

.

.

Makuto Len mengernyit. Netranya tak henti menatap label harga buah kesukaannya di sebuah minimarket. Ia sampai mengecek berkali-kali demi memastikan, "Beneran nih, naik?" Len menyipitkan mata. Tetapi tidak ada yang berubah dari harga yang tercantum itu.

"Pisang raja naik lima ratus yen. Pisang susu naik dua ratus yen. Khh.."

Len menatap miris, mengingat jumlah uang yang ia miliki saat ini. Akhirnya Len terpaksa tak membeli buah favoritnya itu.

"Ukh..lain kali saja deh.." Len mendorong troli belanjanya ke arah kasir. Beberapa kebutuhan pokok sudah dibelinya, dan sayang, si pisang tak mampu ia beli. Pisang, I'm sorry goodbye ―bebe

rapa pembeli menatap najong ke arah Len yang melambai-lambai pada pisang-san. Situ masih waras, kan. Usai membayar, Len memborong dua bungkusan plastik besar untuk persediaan hidup selama sebulan. Di usianya yang ke dua puluh ini, Len tidak banyak berubah. Hidupnya sebagai pengangguran telah dilakoni sejak lulus SMA. Bukannya tidak ingin mencari kerja, tetapi ia sendiri tak pernah menemukan lowongan di sekitarnya. Tuhan, Kau masih di sana, kan? Dengarkanlah pinta hamba-Mu yang satu ini, plis.

Di saat Len tengah berjalan, ia melihat seorang gadis melintasi zebra cross dengan wajah masam. Gadis itu berambut honeyblonde seperti dirinya, namun sedikit lebih panjang. Dan mengenakan gaun hitam menjuntai. Len memekik ketika melihat lampu lalu lintas menjadi hijau. Gawat, ia akan tertabrak! Len bertumpu pada ujung kaki sebelum menanggalkan belanjaannya dan melompat ekstrim melewati pembatas. Ia mendorong gadis itu, dan menggantikan posisinya.

BRAKK!

CKITT!

Lalu orang-orang sekitar yang melihatnya berlarian panik. Truk yang menabrak justru kabur. Namun yang terpenting, mereka harus menyelamatkan pemuda yang bersimbah darah itu. Seorang dari mereka menelpon ambulan, dan beberapa mencoba menyadarkan pemuda itu. Rin membuka mata saat merasakan sebuah beban berat di atas tubuhnya. Seorang pemuda meringis kesakitan. Ia terbelalak, begitu mengetahui siapa yang berada di atasnya.

"L-Len.."

Si pemuda turut membuka netra, menangkap seorang gadis dalam visualnya. Syukurlah gadis ini baik-baik saja. Len lalu menyingkir dan beralih ke sebelahnya. "Len!" Tiba-tiba saja gadis itu memeluknya. Len mencoba maklum, mungkin dia masih takut akan kejadian tadi. Tunggu..barusan gadis itu memanggil namanya? Len menatap horor, terlebih ketika sebuah sirine memecah malam. Len dapat melihat dirinya sendiri di angkut menggunakan ambulans. Dan ia mual melihat banyak darah di tengah jalan. Apa yang...terjadi? "Len! Len!" Si gadis malah mengeluskan pipinya ke pipi Len. Len sedikit tersipu.

"K-kau..siapa?" Tanya Len takut-takut. Mungkinkah ini mimpi? Tetapi, terasa begitu konkrit.

"Aku Kagamine Rin. Istrimu." Len batuk-batuk imajiner. Apa maksudnya? Ia menolong seorang gadis yang mengaku-ngaku sebagai istrinya? Gadis itu dari Rumah sakit jiwa mana, ya?

"A-akan ku antar kau pulang. Ta-tapi..tolong jelas―"

"Tangkap dia!" Beberapa sosok bersayap hitam muncul tiba-tiba. Len makin merasa ngeri sekarang.

"Ayo, sayang. Kita harus kabur." Rin bangkit dan membawa Len di pundaknya seperti karung beras. "O-oi! Jelaskan dulu!" Len tak terima dan berusaha memberontak. Mau ditaruh mana mukanya nanti bila digendong seorang gadis? Len tak banyak berkomentar―tak bisa―karena setelahnya Rin melompat tinggi seperti melayang. Menuju dari satu tiang listrik ke tiang lain. Suara Len digunakan sepenuhnya untuk menjerit ketakutan. Ia punya masalah dengan ketinggian, omong-omong.

"Pe-pelan-pelan!"

"Tidak bisa! Atau shinigami itu akan membunuh kita!"

"Kita?! Aku juga termasuk?!"

"Tentu saja, sayangku!" Rin malah tertawa-tawa seakan menikmati ini semua.

Tuhan, di manakah diriMu sekarang?!

.

.

.

Mereka berhasil kabur dari kejaran sosok bersayap ketika Rin membawanya ke sebuah portal entah apa dan langsung menutup perlahan. Len kini dapat melihat pemandangan yang sedikit berbeda dari kota. Len dibawa masuk ke sebuah kastil yang menjulang tinggi, dengan langit sewarna darah. Len menelan ludah. Tapi setidaknya ia akan diam dulu, dan ia yakin Rin tidak akan menyakitinya.

"Selamat datang kembali, sayangku."

EEEEHHH?!

Keterkejutan Len tidak hanya sampai situ. Ia mendapati sebuah ruangan dengan interior klasik. Api-api di sekitar dinding langsung menyala begitu gadis itu menjentikkan jari. Ia lalu menurunkan Len dari pundaknya dan membungkuk hormat.

"Selamat bernostalgia, Kagamine Len.

" Tunggu..! Tunggu! Tunggu!

"K-Kagamine Len? Sejak kapan margaku berubah?!" Pekiknya. Rin tak menjawab, ia hanya tersenyum sebelum menghilang tiba-tiba.

Are?

Krieett~

Pintu masuk tertutup cepat. Len bergidik ngeri karena ditinggal sendiri. "O-oi..kau bercanda, kan..keluarlah..." Len melangkah takut, mencari keberadaan gadis tadi. Bohong kan jika ia harus mencari jalan keluar seorang diri. Tempat ini sepertinya luas sekali.

Bohong, kan..


TBC


Maaf ya di tbc soalnya belum kelar. Takut gak memuaskan jadi dipotong dulu ya ehehehe gomen (_ _) Thanks for read! siluman panda