Xiao Yuu dan Kagamine Rin, dipertemukan dalam ikatan takdir; rikues dari Vanilla Latte Avocado/Safana965. AU. Korea setting
Vocaloid(c) Yamaha, Crypton, etc
.
.
Jikalau ada peribahasa, mengapa kodok bisa terbang dan mengapa bulan terkena sinar dekoboko ―ah, bukan itu. Kagamine Rin yakin ia makan empat sehat lima sempurna enam makin jelita ―cih, lupakan. Gadis bersurai honeyblonde ini sedari tadi tak hentinya mengerucutkan bibir, enggan berkonversasi dan menyuarakan protes melalui mimik wajah menjijikkan. Di sebelahnya, sahabatnya justru menertawainya hingga memancing air di sudut mata; silahkan kalau kau mau durhaka, dirimu sendiri yang bakal menanggung karma.
"Jadi, kau taruhan apa tadi? Coba ulangi sekali lagi?"
Pita putih besarnya adalah identitas diri yang turut bergerak ketika ia menoleh pada kawannya. Sepasang safirnya menyipit tajam tanda tak suka. Dilipat kedua tangan di depan dada, kekesalan bertumpuk level dewa.
"Memakan dua puluh kimchi dalam lima menit." Tawa tak terelakkan, makin terpingkal. Rahang mendadak linu, pinggang serasa terbang entah kemana. "Itu mustahil!"
"Terlanjur kuterima, Uni." Sahabatnya adalah Kim Uni. Seorang gadis dengan karakter ceria dan ponytail merah muda. Seorang mahasiswi dari jurusan lingkungan hidup, berbeda dengan Rin yang menempuh pendidikan di jurusan teknik informatika. Uni berasal dari Gangnam, sedang Rin berasal dari Jepang karena adanya program pertukaran pelajar.
"Kagamine!" Seorang pemuda memanggilnya; saingannya. Rin mempercepat langkahnya, tidak mau bertatap muka dengan perusak mood sehari-harinya, Xiao Yuu. Sama seperti Rin, ia adalah mahasiswa pertukaran yang berasal dari Tiongkok, tepatnya dari Guang Xi. Ia berada di jurusan Akuntansi omong-omong.
"Hei, Rin. Dia kemari." Uni menyenggol lengan temannya ketika pihak yang dimaksud berjalan menghampiri mereka. Rin mengingat kembali serentetan kekalahannya dari Yuu. Mulai dari yang normal seperti nilai hingga yang paling asdfghjkl seperti tidak mandi hingga tujuh hari. ―kalian sama-sama jorok, ternyata.
"Xiao Yuu! Aku akan membuat perhitungan padamu!" Rin memasang kuda-kuda. Bersiap menyerang kapan saja. Yuu terkekeh, membuat Rin makin mengerutkan dahi karena kesal. Xiao Yuu masuk dalam blacklistnya; pemuda sinting seperti itu harus dijauhi agar tidak tertular gilanya. Bukannya kau sama saja, Rin?
"Kau tidak lupa tantangannya, kan?" Rin sudah masuk ke perangkap singa dan tak bisa mengelak lagi. Jika ia menolak, harga dirinya akan jatuh di depan pemuda Tiongkok ini.
"Tentu saja tidak." Terlihat sekali Rin itu terpaksa. Gara-gara Yuu, dia jadi hampir tak punya waktu untuk berjalan-jalan bersama para gadis. Lalu kenapa kau menerima tantangannya, Kagamine Rin?!
"Yosh! Di restoran biasanya!" Yuu tertawa-tawa dan berlari meninggalkan mereka. Rin tidak mau kalah dalam hal apapun dari Yuu, maka ia ikut berlari bermaksud mendahuluinya. Mengapa tiba-tiba menjadi ajang lari, sih? Uni terkikik melihatnya, menatap maklum,
"Mereka seperti pasangan yang mau kencan saja."
Ingat Uni, kata-kata adalah do'a.
Fin/?
