Sex Dreams

Original

By

Lady Ze

.

.

.

It's not my own story, it's just a remake from Fanfictionwith the same tittle

Perubahan menyesuaikan cerita dan tokoh

.

.

.

GS For Uke

.

.

.

HunHan

.

.

.

"Ahh..."

Sehun menciumku, melumat dan menggoda bibirku.

Aku tersentak ke belakang ketika merasakan sengatan listrik yang ditimbulkan oleh tangan Sehun yang meremas payudaraku.

"Sehun..." Aku mengerang ketika Sehun menyusuri rahangku terus ke bawah mengikuti denyut nadiku hingga bibirnya melumat puting payudaraku yang sudah mengeras. Lidahnya memutar memainkan puting payudaraku yang sudah memerah dan mengeras sementara tangannya melakukan gerakan yang sama di payudaraku yang lainnya. Gigi Sehun menggesek puting payudaraku, membuatku melengkungkan punggungku.

"Luhan..." Napas Sehun semakin memburu, gairahnya bangkit tanpa bisa dikendalikan lagi. Sehun mengulurkan tangannya ke bawah, menyusuri pahaku, membuatku mendesah dan mengerang memohon kepadanya.

TOK

TOK

TOK

Suara ketukan pintu yang kuat mengagetkanku. Aku langsung terduduk di tempat tidurku. Oh sial! Aku bermimpi lagi. Kuraba celana dalamku dan sempurna, basah.

"Luhan, cepat bangun! Kita bisa telat!" Baekhyun berteriak dengan nyaring dari luar.

"Ya, Baekhyun. Tunggu sebentar!" balasku. Aku langsung menuju kamar mandi, membersihkan diriku dengan cepat. Kemudian memakai pakaian kerjaku, kemeja putih dengan blazer hitam dan rok pendek di atas lutut yang memiliki belahan di samping paha sebelah kanan menjadi pilihanku kali ini. Aku mengikat rambutku yang berwarna coklat kemerahan menyerupai buntut kuda.

"Perfect." gumamku memuji diriku sendiri.

"Cepat, Luhan!" Baekhyun kembali berteriak dari luar. Dengan cepat aku mengoleskan lipgloss dibibirku, membuat bibirku menjadi lebih berkilau.

"Mianhe, Baekhyun. Aku telat lagi." kataku kepada Baekhyun yang sedang sarapan bersama pacarnya.

Baekhyun memutar bola matanya kesal kepadaku. "Ini bukan yang pertama kalinya. Sarapan dulu, baru kita pergi kerja."

"Ya."

Baekhyun adalah teman sekamarku dan juga teman kerjaku. Kami seumuran. Aku bertemu dengan Baekhyun setahun yang lalu ketika kami sama-sama melamar pekerjaan di Hotel Hilton. Kami sama-sama diterima disana, dan kami memutuskan untuk tinggal bersama di sebuah apartement kecil. Dengan begitu, aku bisa menghemat uang karena hanya membayar setengah sewa apartement ini dan setengahnya adalah Baekhyun.

"Chanyeol, kudengar kau naik jabatan. Selamat ya." ucapku kepada Chanyeol, dia adalah namja tinggi bertelinga lebar pacarnya Baekhyun. Dia juga berkerja di Hotel Hilton kurang lebih sudah lima tahun lamanya, begitu yang diceritakan oleh Baekhyun.

"Gomawo, Luhan."

"Jadi sekarang kau memiliki bawahan, eoh?"

Chanyeol terkekeh karena aku menggodanya. "Ya, jabatanku hanya manajer bagian keuangan. Bawahanku hanya lima orang, tidak sebanyak bawahannya Tuan Oh."

Aku langsung diam ketika Chanyeol menyebut Tuan Oh. Aku tahu dia menyindirku lewat ucapannya tadi.

"Yah, ayo kita pergi kerja." kata Baekhyun kemudian, dia menggulung rambut pirangnya ke atas.

Tidak sepertiku, Baekhyun menyukai warna-warna cerah, hari ini dia memakai blazer berwarna pink dan rok berwarna biru. Aku sangat yakin Chanyeol ingin sekali meremas pantat Baekhyun yang terbentuk sempurna karena rok ketatnya itu.

"Jangan coba-coba, Park Chanyeol." Aku akhirnya bisa membalas sindiran Chanyeol tadi. Dia hanya menyeringai melihatku.

Seperti biasa, kami pegi kerja bertiga dengan mobil Lancer putih kesayangan Chanyeol.

"Chanyeol, apa kau tidak berpikiran tinggal bersama Baekhyun?" tanyaku iseng kepada Chanyeol.

Chanyeol melihatku dari kaca spion. "Bolehkah?"

Aku melirik Baekhyun yang sudah menoleh ke belakang, melihatku dengan tatapan memohon.

Oh sial. "Terserah." Terima kasih kepada aku dan mulut besarku.

"Ah! Benarkah, Luhan?" Tanya Baekhyun lagi meyakinkanku.

"Ya, terserah." gumamku.

"Ya ampun, Luhan, kau seperti bisa membaca pikiranku saja. Sebenarnya sudah lama aku ingin meminta izin kepadamu, kau tahu sendiri, jarak rumah Chanyeol dan apartement kita cukup jauh. Aku kasihan kepadanya yang harus melewati hotel dulu untuk menjemput kita, lalu kembali ke hotel."

Telingaku serasa berdengung mendengar penjelasan panjang dari mulut Baekhyun. Walaupun sebagian perkataannya benar, rumah Chanyeol dekat dengan hotel, tapi ia harus melewatinya dulu menuju apartementku dan Baekhyun yang cukup jauh dari hotel.

"Tapi lebih baik Chanyeol menyewa apartement saja dekat apartement kita."

"Tidak! Siapa yang akan mengurusku nanti."

"Bukankah selama ini di rumahmu kau mengurus dirimu sendiri, huh?"

"Tidak, ummaku selalu memperhatikanku." jawab Chanyeol.

"Oh, ternyata Manajer Park Chanyeol seorang anak mama? Tidak kusangka." Aku tersenyum puas menyindir Chanyeol.

"Ya! Tidak usah menggodanya terus, Luhan!"

"Ups, mianhe." jawabku sambil mengangkat kedua pundakku.

"Jadi, kau mengizinkanku, Luhan?"

Aku diam sebentar, ini semua karena mulut besarku. "Ya, aku mengizinkanmu. Asal kalian tidak bercinta ketika aku ada di apartement. Bila aku mendengar suarah desahan Baekhyun atau kau, aku akan mendobrak pintu kamar Baekhyun dan memfoto kalian, lalu akan kusebarkan ke seluruh karyawan hotel."

Baekhyun dan Chanyeol sama-sama terkejut. Jangan disangka aku tidak tahu kalau kalian sering bercinta.

"Ka…kami tidak begitu…" kata Baekhyun gugup.

"Oh ya? Lalu kenapa aku menemukan sekotak kondom di laci lemari pakaianmu, Baekhyun?"

Aku terkekeh melihat Baekhyun menundukkan kepalanya sambil menutup wajahnya yang sudah memerah karena malu.

"Kau membuat Baekhyun-ku malu, Luhan. Bercinta itu hal yang wajar di usia seperti kami. Tidak sepertimu, sudah berusia dua puluh lima tahun tapi masih perawan."

"Sialan!" Aku langsung memukul bahu sebelah kanan Chanyeol.

"Oh, padahal aku hanya asal bicara. Jadi benar kau masih pe-ra-wan?"

Aku langsung diam. Aku heran kenapa Chanyeol selalu saja bisa membalas perkataanku yang termasuk tajam ini. "Bukan urusanmu!"

Chanyeol langsung tertawa cukup nyaring. Dan sialnya, aku bisa melihat Baekhyun yang ikut-ikut tertawa.

"Sudahlah, Chanyeol. Luhan pernah bercinta dengan Oh Sehun."

"Dalam mimpinya…hahaha…"

Aku menahan amarahku yang bercampur malu. Mereka berdua terus saja mengolokku karena kejadian waktu itu, aku masturbasi di kamar mandi dan aku lupa mengunci pintunya. Baekhyun membuka pintu kamar mandi dan nama Oh Sehun juga keluar begitu saja. Sial!

"Kenapa diam, Nona Xi? Kehabisan kata-kata?"

"Chanyeol, aku akan membunuhmu!" kataku dengan geram.

…..

Setelah menempuh perjalanan tiga puluh menit, akhirnya kami sampai. Aku langsung turun tanpa memperdulikan Baekhyun dan Chanyeol. Dengan sengaja aku membanting pintu mobil Chanyeol dengan kuat.

"Ya! Luhan!"

Aku tidak peduli Chanyeol berteriak kepadaku, sambil berjalan aku merapikan pakaian kerjaku dan rambutku. Hari lain di Hotel Hilton telah dimulai.

"Selamat pagi, Nona Xi."

"Selamat pagi." balasku kepada office boy yang membuka pintu untukku. Aku menyeringai ketika dia memperhatikan kaki putihku.

"Selamat pagi, Tuan Oh."

DEG

Jantungku langsung berdetak dengan cepat. Perlahan aku menyingkir ke samping memberinya jalan.

"Pagi." ucapnya dengan suara berat yang membuatku merinding. Dan senyumannya sungguh membuatku menjadi patung di tempatku berdiri.

"Pa…pagi, Tuan Oh." balasku kemudian membungkukkan badan memberi hormat kepadanya yang memiliki kuasa lebih besar dariku.

Hanya mencium parfumnya yang masih tertinggal, mampu membuat gairahku meningkat. Astaga…dia memiliki pengaruh yang sangat besar kepadaku, dari awal kami bertemu.

Ini bermula dari satu tahun yang lalu, ketika aku melamar di Hotel Hilton ini. Tuan Oh saat itu mewawancaraiku. Bohong bila aku tidak terpesona kepadanya, bahkan aku mengakui aku mencintainya dari pertama kali melihatnya. Hei, bahkan aku sering bermimpi bercinta dengannya.

"Luhan! Apa yang kau lakukan?"

"Hah? Baekhyun?" Aku seperti orang yang kehilangan arah saat ini.

"Ya Tuhan, Luhan. Ayo cepat ke ruangan kita."

Baekhyun menarikku yang masih dalam keadaan setengah sadar. Hanya dengan melihatnya, mendengar suaranya, mencium bau parfumnya, aku bisa melenyapkan amarahku tadi. Baekhyun dan Chanyeol harus berterima kasih kepada Tuan Oh.

Aku menghempaskan tubuhku kepada kursi kerjaku. Pikiranku masih melayang ke senyuman Tuan Oh tadi. Bibirnya yang tipis, apa rasanya bila menyentuh bibirku.

"Ya! Luhan! Ada apa dengan tanganmu, eoh!" Baekhyun menegurku. Dan aku langsung melihat kemana arah tanganku, ternyata jari-jariku menyentuh bibirku tanpa sadar.

"Menghayal Oh Sehun lagi, eoh?" kali ini Baekhyun berbisik kepadaku. Dia mendorong kursinya merapat ke kursi ku.

"Tidak."

"Kau berbohong, Luhan. Aku tahu itu. Hei, apa dia benar-benar membuatmu terangsang?" Baekhyun kembali berbisik kepadaku.

Aku menatap Baekhyun dengan tajam. "Diamlah, Baekhyun, ini masih di kantor. Kembalilah ke meja kerjamu." jawabku sambil mengerang.

"Oke, jam istirahat kau harus menjawab pertanyaanku."

Baekhyun dengan kursi kerja berodanya kembali ke meja kerjanya yang terletak di sampingku. Dan kami kembali fokus berkerja. Oh ya, aku dan Baekhyun berkerja di bagian yang berbeda. Aku berkerja sebagai staff HRD dan dia staff Administrasi.

"Hei, Baekhyun, sebentar lagi gajian. Suruh Chanyeol untuk mentraktir kita, hitung-hitung perayaan kenaikan jabatannya. Gajinya sekarang naik." kataku kepada Baekhyun.

"Iya, nanti aku sampaikan. Berapa gajinya sekarang?" tanya Baekhyun yang sepertinya penasaran.

Aku tersenyum kepada Baekhyun. "Rahasia." jawabku.

Baekhyun mendengus kesal kepadaku. "Curang, kau tahu berapa gajinya tapi aku yang berstatus pacarnya tidak."

"Itu sudah menjadi perkerjaanku, Baekhyun."

"Yah, kau pelit sekali, Luhan. Bila aku tahu, aku bisa meminta ditraktir di restoran mahal."

"Kau tahu sendiri peraturan hotel ini, Baekhyun. Aku dilarang memberitahu gaji karyawan kepada orang lain, nanti akan terjadi kecemburuan sosial. Sudah ya, aku takut salah menghitung gaji bila kau terus mengajakku bicara."

Aku langsung kembali fokus kepada pekerjaanku. Beginilah pekerjaanku bila mendekati masa-masa gajian, menghitung gaji setiap karyawan. Untung saja sistem komputer sekarang lebih canggih.

Tiba-tiba suara telepon membuyarkan fokusku.

"Selamat pagi, Hotel Hilton dengan Xi Luhan. Ada yang bisa saya bantu ?"

"Selamat pagi Nona Xi. Saya Do Kyungsoo, sekretaris Tuan Oh. Tuan Oh ingin bertemu dengan anda, apa anda bisa?"

Jantungku kembali berdetak dengan cepat. Untuk apa Tuan Oh yang terhormat ingin bertemu denganku.

"Ya, saya bisa. Kapan?" tanyaku dengan suara yang mungkin terdengar sumbang.

"Sekarang, bisa?"

"Baiklah, aku bisa."

"Oke, terima kasih. Akan saya sampaikan kepada Tuan Oh."

"Iya."

Aku menutup gagang telepon dengan pelan. Aku masih berusaha menormalkan detak jantungku yang sudah menggila. Ingin sekali rasanya aku berteriak senyaring mungkin.

"Baekhyun." Aku berbisik kepada Baekhyun, dan itu membuat Baekhyun kaget karena aku sudah berada di sampingnya.

"Ada apa?"

"Tuan Oh ingin menemuiku."

"Ya, temui saja."

Aku memukul pundaknya cukup kuat.

"Akh! Itu sakit, Luhan."

"Aku harus bagaimana, Baekhyun." erangku

"Apanya yang bagaimana? Temui saja. Cepat datang ke ruangannya, jangan biarkan dia menunggumu."

Aku berdiri dari kursi kerjaku, aku mengambil cermin Baekhyun yang berbentuk persegi. Melihat wajahku, kemudian mengambil lipgloss milik Baekhyun dan mengoleskannya di bibirku.

"Ya ampun, Luhan. Kau tidak diajak kencan olehnya, tidak usah berlebihan."

"Penampilan itu nomor satu, Baekhyun." kataku.

"Kau sudah cantik, Luhan."

"Ya, aku tahu itu." Aku mencium pipi Baekhyun. Lalu aku segera menuju ruangan Tuan Oh.

Oke, Luhan, bernapas dengan normal. Aku langsung masuk ke dalam lift, ruangannya terletak dua lantai di atas ruanganku, lantai tiga puluh, ruangan teratas dari hotel ini.

Suara lift berbunyi, lantai tiga puluh, langkahku menjadi berat ketika menyusuri lorong. Ini kedua kalinya aku ke ruangannya, pertama saat wawancara dan kedua saat ini.

"Permisi, Nona Do. Saya Xi Luhan." ucapku kepada sekretaris Tuan Oh yang meneleponku tadi.

Bila dilihat, pakaian kerjanya termasuk mahal, high heel-nya hitam mengkilat dan penataan rambutnya bagus. Tidak bisa dibandingkan denganku yang membeli pakaian kerja di katalog murah dan high heel yang didiskon. Padahal ruang kerja kami hanya berjarak dua lantai, tapi kenapa perbedaan kami terlihat sangat jauh. Yah, mungkin karena jabatan yang membedakannya.

"Nona Xi, silahkan ikut saya." Suara sekretaris berambut hitam kelam ini mengalihkanku dari kegiatanku yang menilai penampilannya. Dia tersenyum kepadaku dan menyuruhku untuk mengikutinya kesana, ke ruangan Tuan Oh.

"Permisi, Tuan Oh. Nona Xi sudah datang." Kata sekretaris tadi dan mempersilahkanku masuk dan duduk di sofa berwarna hitam pekat.

Langkahku menjadi berat lagi, aku langsung duduk dengan tubuh tegap, tanganku berada di atas pahaku.

"Ya, terima kasih." Suara beratnya kembali mendominasi pikiranku. Suara berat yang pasti akan menggairahkan bila mendesah.

"Baik, saya permisi dulu." kata sekretaris tadi.

Aku berkedip ketika pintu ruangan ini tertutup. Jantungku kembali berdetak kali ini sangat cepat ribuan kali.

"Tidak usah terlalu tegang, Nona Xi."

Aku lebih menegakkan dudukku ketika ia sudah duduk di depanku.

"Panggil saya Luhan saja, Tuan Oh."

"Oh, baiklah, Luhan. Apa anda tahu kenapa saya memanggil anda ke ruangan ini?"

Hanya dengan menyebut namaku, aku merasakan libido-ku meningkat seketika. Apa anda akan mengajarkan saya caranya bercinta, Tuan?

"Saya tidak tahu. Nona Do Kyungsoo tidak memberi tahu saya, Tuan Oh."

"Ya, saya memang tidak memberi tahu dia, Luhan. Pekerjaan anda saat ini sebagai staff HRD?"

"Ya, Tuan." jawabku dengan singkat. Andai dia tahu bahwa daritadi aku tidak fokus dengan yang dia ucapkan, aku terlalu fokus dengan khayalanku akan bercinta dengan dia.

Dia berdehem, aku kembali membetulkan posisi dudukku.

"Sebenarnya, saya memiliki dua orang sekretaris, Kim Minseok dan Do Kyungsoo. Kim Minseok adalah sekretaris utama saya yang bertugas mengatur seluruh jadwal saya, mengikuti saya berkunjung ke perusahaan-perusahaan lain dan menemani saya keluar kota atau ke luar negeri. Dan, Do Kyungsoo adalah sekretaris kedua yang bertugas membantu saya untuk urusan Hotel Hilton ini." ucapnya dengan tegas.

Aku mengerutkan keningku. Aku tidak mengerti maksudnya menjelaskan hal itu kepadaku.

"Biar saya permudah, Luhan. Kim Minseok membantu saya untuk kegiatan di luar hotel dan Do Kyungsoo membantu saya untuk kegiatan di dalam hotel. Mengerti?" terangnya lagi kepadaku. Sepertinya dia mengerti bahwa aku bingung.

"Ya, saya mengerti, Tuan Oh."

"Kim Minseok saat ini sedang cuti selama dua minggu, dia cuti untuk menikah. Karena itu, tidak ada yang membantu saya untuk kegiatan di luar hotel."

Jadi maksudnya? Dia memintaku menggantikan Kim Minseok?

"Jadi, saya ingin anda menggantikan Kim Minseok selama dua minggu. Apa anda bersedia, Nona Xi Luhan?"

"Ti...tidak mungkin..." gumamku pelan tanpa sadar.

"Ya? Anda berbicara sesuatu, Luhan?" tanyanya.

"A...apakah harus, Tuan?" Aku mulai berkeringat, dapat kurasa keringatku berjalan di pelipisku.

"Tentu saja. Saya rasa hanya anda yang cocok. Tuan Park Chanyeol yang merekomendasikan anda kepada saya. Saya juga sudah membaca biodata diri anda. Menurut saya prestasi kerja anda sangat bagus dalam waktu satu tahun, jadi saya tidak meragukan anda, Nona Xi."

Aku menelan ludah dengan gugup. Rasanya aku ingin berlari sekarang menuju ruangan namja berjidat lebar itu dan membunuhnya.

Aku merubah posisi dudukku, kini aku menyilangkan kakiku dengan kaki kanan berada di atas kaki kiriku. "Mulai kapan saya berkerja, Tuan?"

"Apa bisa hari ini?"

"Oh, maaf, Tuan Oh. Saya harus menyelesaikan masalah gaji karyawan dulu."

"Benar-benar karyawan yang bertanggung jawab. Baiklah, selesaikan dulu hari ini jadi besok anda sudah bisa menggantikan Kim Minseok. Apa bisa?"

Dia memberikanku waktu satu hari. Satu sifatnya bisa kupelajari, namja ini menyukai karyawan yang cepat. Apa ketika bercinta dia akan bergerak dengan cepat juga?

Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, aku ingin menghentikan kebodohan otakku saat ini juga.

"Kau tidak bisa, Luhan?" tanyanya kepadaku.

"Ti...tidak, saya bisa, Tuan." jawabku dengan cepat.

"Oke, silahkan kembali ke ruangan anda."

"Ya, permisi, Tuan Oh Sehun."

Aku membungkuk lalu dengan langkah agak cepat keluar dari ruangannya. Aku mengambil napas panjang ketika berada di luar ruangannya. Aku memegang dadaku yang masih berdebar-debar.

"Sudah selesai, Nona Xi?" tanya sekretaris tadi mengagetkanku.

"Ya, Nona Do. Saya permisi dulu."

…..

"Bagaimana, Luhan? Ada apa?" tanya Baekhyun ketika melihatku sudah kembali ke ruangan kerjaku.

"Nanti saja, Baekhyun. Aku harus menyelesaikan gaji karyawan hari ini juga."

"Wae? Apa kau dipecat?"

"Tidak, sst...jangan menggangguku dulu, Baekhyun." kataku dengan geram.

Aku kembali fokus kepada kerjaanku walaupun aku masih teringat dengan jelas suaranya yang begitu berat dan sensual. "Sehun..." Aku mendesahkan namanya.

"Bisakah kau berhenti menyebut namanya seperti itu, Luhan? Demi Tuhan, ini masih di kantor."

Aku pura-pura tidak mendengar ucapan Baekhyun, aku sendiri tidak menyangka bisa menyebut namanya. Walaupun aku sering menyebutnya, di dalam mimpiku, di kegiatan panasku dengannya. Bagus, aku merasakan hawa panas menjalar ke seluruh tubuhku, aku perlu ke toilet.

"Mau kemana, Luhan?"

"Toilet."

"Jangan bertindak aneh disana." ucap Baekhyun sambil menyeringai.

"Aku tidak peduli!"

.

.

.

T.B.C

a/n:

huahahahha, fanfic baruuuuuuuuuuuuuu. Ini remake dari author Lady Ze dengan judul yang sama.

Tenang ya, saya sudah dapat ijin. So, don't say kalau saya plagiat atau meniru. Karna saya hanya me-remake yang sebelumnya cast-nya yunjae, saya remake jadi hunhan. Dengan perubahan seperlunya untuk menyesuaikan cerita.

Oke, sampai disini duluuu. Jan lupa review ya cans gans :*