ONLY YOU

( Ojig Geudaeman )

Park Chanyeol

Byun Baekhyun

Terinspirasi oleh sebuah film dengan judul yang sama.

Special thanks for my beloved buddy D. Rosberg yang sudah merekomendasikan film ini ^^


06 Mei 2012.

Kawasan Perkantoran di Jung-Gu, Seoul.

Pukul 8.05pm


Seorang pemuda dengan hoodie hitam berlari menyusuri jalanan Seoul yang padat. Hujan tak menyurutkan langkah pemuda tersebut. Sesekali ia melirik arlojinya. Tidak boleh terlambat di hari pertama bekerja, ucapnya dalam hati.

"Ah kau berlari ditengah hujan seperti ini?"

Pemuda itu tak menjawab pertanyaan pria dihadapannya. Ia harus mengatur nafasnya terlebih dahulu. Berlarian 7 blok ditengah hujan disaat jam pulang kantor bukan perkara gampang. Ia masih butuh beberapa kali menarik nafas hingga akhirnya siap berbicara dengan pria tua yang sudah menunggunya sejak tadi itu.

"Anak muda memang selalu bersemangat. Aku jadi ingat masa muda ku"

".. Apa anda sudah mau pulang?"

"Tentu saja, lelah rasanya setelah 7 tahun bekerja, akhirnya aku bisa beristirahat panjang di kampung halamanku. Ah apa perlu ku jelaskan cara kerjanya?"

"Ah tidak perlu, kurasa ini cukup mudah"

"Baiklah. Aku pergi dulu anak muda. Bekerjalah dengan penuh rasa syukur"

Kakek tua itu berlalu meninggalkan Chanyeol di areal parkir perkantoran itu sendirian. Park Chanyeol nama lengkap pemuda tadi. Usianya 27 tahun. Posturnya tegap dengan tinggi 185cm. rambut hitam short tidy miliknya menambah kesan tegas yang sebenarnya sudah terpancar dari auranya.

Ini hari pertamanya bekerja di tempat itu. Tugasnya mudah, hanya mengetikkan plat nomor kendaraan yang parkir dan menekan tombol agar gate nya terangkat sehingga mobil dapat keluar. Mudahkan? Dia hanya bekerja untuk shift malam. Dari pukul 8.00pm sampai pukul 23.00pm karena areal perkantoran tersebut hanya buka sampai jam 11 malam.

Di box tempat ia duduk sekarang sebenarnya cukup nyaman. Tempatnya tidak luas, tapi tidak juga sempit. Cukup untuk 2 buah kursi, sebuah tv berukuran 20inch, sebuah dispenser dan sebuah rak kecil dipojoknya. Sebenarnya pekerjaan Chanyeol ini sangat membosankan. Mobil di perkantoran ini biasanya keluar pada pukul 6.00pm, ya karena waktu pulang memang jam segitu. Hanya beberapa karyawan lembur atau pun yang sedang rapat saja yang tertinggal. Chanyeol memejamkan matanya, tidak berniat tidur, hanya merasa sedikit lelah.

"Ahjussi, apa aku terlambat? Ah boss ku menahan ku lagi hari ini. Apa di luar sedang hujan? Aku dengar suara rintik air. Oh iya aku bawa jeruk dan minuman kaleng. Dan tentu saja ugly kimbab ku."

Kedamaian Chanyeol terusik dengan kehadiran seorang namja berpostur mungil. Namja itu masuk begitu saja tanpa permisi dan segera duduk di kursi kosong disebelah Chanyeol. Namja itu menyerahkan beberapa jeruk, 2 kaleng minuman dan sebuah kotak bekal ke tangan Chanyeol yang kebingungan. Chanyeol memperhatikan wajah namja itu. Ada yang aneh, pikir Chanyeol. Ah mata. Mata namja itu tidak memandang lurus ke mata Chanyeol. Ia hanya memandang sebatas leher Chanyeol. Apa ia buta?

"Siapa kau? Apa yang kau bicarakan?" Tanya Chanyeol bingung.

"Yaaaa..!"

Begitu mendengar suara Chanyeol, lelaki tadi berteriak kaget. Tubuhnya bergetar dan refleks menjauhi Chanyeol. Ia sadar bahwa suara tersebut bukan milik Ahjussi - Si Penjaga Parkir – yang dikenalnya.

"Ma..mana kakek yang berkerja disini?

"Dia berhenti bekerja mulai hari ini. Aku yang menggantikannya"

"Kenapa kakek berhenti? Apa dia sakit?"

"Tidak. Aku dengar dia ingin pulang kampung. Itu saja."

"Ah begitu? Baguslah jika dia tidak kenapa-kenapa."

"Kau..siapa?"

"Aku karyawan di salah satu perkantoran didalam. Aku selalu kemari setelah pulang kantor untuk menonton drama bersama kakek."

"oh begitu. Sayang sekali, kakek itu sudah pensiun"

"Kalau begitu, lebih baik aku pulang. Makanannya untukmu saja. Ah.. maaf sudah mengganggumu. Annyeong"

Chanyeol tidak membalas perkataan namja berpostur mungil tersebut. Dia lebih memilih memperhatikan namja itu. Sosoknya tidak terlalu tinggi, mungkin sekitar 170-175cm, pikir Chanyeol, berbanding terbalik dengan tubuh tiang lampu jalan miliknya. Wajahnya juga terlihat polos dan ramah. Berbeda dengan chanyeol yang terlihat dingin dan tegas.

Namja tadi keluar dari box Chanyeol setelah tidak mendapatkan balasan apapun dari pemilik tempat. Mungkin dia marah dan menganggapku orang aneh, batin namja tersebut. Ia berjalan keluar dari areal parkir bawah tanah tersebut, namun tidak juga pergi dari sana. Sial, ternyata benar-benar hujan, rutuknya dalam hati. Ia tidak akan bisa pulang jika hujan. Namja tadi tidak mau ambil resiko. Terlebih matanya berbeda dengan orang kebanyakan.

Chanyeol masih memperhatikan namja buta itu dari dalam box nya. Box Chanyeol dan tempat pria itu berdiri hanya sejauh 2 meter. Ah Kira-kira 6 langkah jarak mereka. Terbatasi palang besi. Namja tadi tidak beranjak dari tempatnya. Dia hanya berdiri disana sambil mengetuk-ngetukkan tongkat putih elastis miliknya. Apa dia menunggu sampai hujan nya berhenti?, tanya Chanyeol dalam hati. Chanyeol akhirnya menghampiri namja tadi di tempatnya berdiri.

"Kau.. masuklah kedalam. Kau bisa menonton drama sambil menunggu hujan reda"

Begitu mendengar perkataan Chanyeol, namja tadi tersenyum dan segera masuk kembali ke dalam box. Chanyeol menekan tombol remote satu per satu, mengganti channel pelan-pelan, namja tadi mendengarkan, sampai akhirnya ia berkata stop pada Channel6.

"Ini dia." Seru namja buta tersebut sambil tersenyum senang.

"bagaimana caranya dia tahu? Apa benar matanya buta?" pikir Chanyeol

Sepanjang drama tersebut, namja mungil itu tak henti-hentinya berkomentar. Tentang suara pemeran wanita drama tersebut yang terdengar begitu memilukan. Atau suara pemeran pria yang sangat tegas dan berkharisma. Juga tangisan pemeran lainnya yang terdengar sangat meyakinkan. Memang adegan tersebut sedang menampilkan dua orang wanita yang menangisi seorang pria. Hanya saja bagi Chanyeol suara mereka wajar-wajar saja. Tidak sedalam yang dikatakan namja tersebut.

"Ketika kau tidak bisa melihat, kau akan belajar untuk mendengar suara hati seseorang dengan lebih jelas"

Tiba-tiba namja tersebut mengalihkan wajahnya menghadap Chanyeol. Chanyeol sendiri bingung bagaimana mungkin namja ini mengetahui apa yang sedang ia pikirkan.

"Kau .."

"Tidak, aku tidak membaca pikiranmu. Aku .. mendengar"

"Aku.. tidak peduli dan tidak mau tahu"

Chanyeol mengalihkan pandangannya yang sedari tadi memperhatikan namja ini.

"ah begitu?"

Namja tadi kembali menghadapkan dirinya ke layar tv. Kembali menyimak percakapan pemeran drama yang sedang mereka tonton. Sementara Chanyeol.. dalam diam kembali mengamati namja tersebut.

"Ada apa? Ada yang aneh?"

"Ti..tidak. Apanya yang aneh."

"Lalu kenapa kau memandangiku terus ?"

"Si..siapa yang memandangimu. Aku hanya memperhatikan jendela di belakangmu"

"hihihihi..begitu?"

"Berhenti tertawa, tidak ada yang lucu disini"

"Kau lucu..hihihi"

"A..aku tidak lucu"

"Kau lucu.. suaramu berat seperti om-om.. tapi setiap kali kau gugup suaramu jadi bergetar, dan itu terdengar lucu ditelingaku"

"..aku tidak gugup, dan suaraku tidak bergetar"

Chanyeol berbicara dengan intonasi yang serius. Mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa dia tidak gugup. Cobalah terdengar tegas dan serius Chanyeol, ujar Chanyeol dalam hati. Dan sepertinya namja mungil dihadapannya menangkap hal tersebut.

"uh baiklah.."

Lagi. Setelah namja itu kembali fokus menonton dramanya, Chanyeol kembali menyusuri wajah namja tersebut dengan tatapannya. Chanyeol tidak tahu kenapa, tapi dia masih ingin memperhatikan sosok itu. Matanya indah, pikir Chanyeol. Mata namja tersebut tidak besar, namun tidak juga sipit. Warna matanya hitam kecoklatan, namun sangat jernih. Kulit wajahnya terlihat halus, seperti kulit anak bayi. Bibirnya mungil berwarna merah muda alami.

Tiba-tiba saja namja tersebut menghadap kearah Chanyeol lagi. Chanyeol sudah siap jika namja ini marah-marah, karena Chanyeol ketangkap basah tengah memandanginya, untuk yang kedua kalinya. Tapi tidak, namja tadi hanya menghadap kearah Chanyeol. Mereka terdiam untuk beberapa saat.

"wajah.. bagaimana dengan wajahnya?"

Namja tersebut mengangkat tangan miliknya, dan membingkaikan kedua tangan ramping itu ke pipinya sendiri, sambil terus menghadap kearah Chanyeol.

"wajahmu terlihat imut.."jawab Chanyeol jujur.

Tapi reaksi namja itu sungguh diluar dugaan..

"HAHAHA.. benar kan apa yang ku bilang, kau sangat sangat ..sangat lucu"

Tawa namja tersebut pecah ditengah sunyinya basement saat itu. Tangan mungilnya menepuk-nepuk lengan kiri Chanyeol pelan. Chanyeol sama sekali tidak mengerti dengan situasi ini. Kenapa tertawa? Apanya yang lucu? Apa sebenarnya yang tengah dibicarakan namja mungil dihadapannya ini?

"Apa sih yang kau bicarakan? Ucapanmu sangat tidak nyambung"

"Justru kau yang tidak nyambung. Aku bertanya bagaimana wajah pemeran drama itu, kau malah bilang wajahku imut..hahaha"

BLUSH.

Demi Ahjussi penjual tteokboki disebrang jalan, Chanyeol bersumpah bahwa dia menyesal mengajak namja tadi kembali ke Box nya. Lihatlah betapa meronanya pipi Chanyeol sekarang. Malu.

Mereka menghabiskan sisa 15 menit setelahnya kembali dalam diam. Kini drama telah usai, hujan juga sudah berhenti sejak 30 menit yang lalu. Namja tersebut dengan sopan berterima kasih kepada Chanyeol dan berpamitan.

"Ah aku Baekhyun. Byun Baekhyun"

Ujar namja bertubuh mungil tersebut seraya mengangkat tangannya. Hendak bersalaman.

"Kita harus berjabat tangan dan saling memberitahu nama ketika berkenalan. Itu yang biasa dilakukan orang kebanyakan"

Ucap Baekhyun lagi, karena Chanyeol tak juga menjabat tangannya. Sedangkan Chanyeol hanya menatap tangan itu ragu. Merasa diacuhkan, Baekhyun akhirnya menurunkan tangannya. Dan tersenyum pahit.

"Kalau begitu, aku pergi dulu, Annyeong"

"Chanyeol. Namaku Park Chanyeol"

Ucap Chanyeol cepat setelah melihat ada kekecewaan dari sorot mata Baekhyun.

"Chanyeol. Chanyeol. Nama yang bagus. Kau tidak mau bersalaman denganku, apa karena aku buta?" tanya Baekhun antusias.

"Tidak.."

"Lalu kenapa kau ti.."

"Karena kau membuatku kesal"

"Kesal ? Apa karena aku banyak bicara?"

"Dari tadi kau menatap leherku, bukan mataku. Itu membuatku kesal. Dasar. Aku tidak sependek itu."

"ah benarkah? Maaf, aku tidak sadar kalau kau ternyata lebih tinggi dariku. Sebentar.."

Baekhyun mengangkat kepalanya sedikit, menaikkan sedikit tatapannya kearah dagu Chanyeol. Lalu tatapan mata itu naik lagi sebatas bibir Chanyeol.

"Ah aku rasa lebih tinggi lagi.."

Ujar Baekhyun lebih kepada dirinya sendiri. Ia mengetuk-ngetukkan jari telunjuk kanannya ke dagunya sendiri. Terlihat berpikir.

"Apa yang kau lakukan, Baekhyun?"

"teruslah berbicara Chanyeol, aku sedang mengira-ngira tinggimu."

"Mana bisa dengan cara seperti itu. Dasar. Ada-ada saja. Berhentilah melakukan hal bo.."

"ah.. apakah.. segini?"

DEG.

Bertemu. Tatapan mereka bertemu. Baekhyun berhasil mengetahuinya. Kedua pasang mata itu menatap satu sama lain. Chanyeol untuk pertama kalinya melihat kedua bola jernih Baekhyun dalam satu garis lurus. Mata Baekhyun terlihat bersinar di tengah remangnya lampu penerangan area parkir malam itu. Begitu indah, begitu dalam. Memerangkap Chanyeol detik itu juga.

Dan,

Hari itu, pertama kalinya dada Chanyeol bergetar untuk seseorang.


To be continued..

Readers, terima kasih telah baca fanfic ini ^^ ini fanfic yaoi pertama Lael. Sebenarnya Lael tidak begitu menyukai BLB alias yaoi. Tapi dikarenakan rasa cinta yang begitu dalam melihat semua video lovey-dovey moment nya Baekyeol, maka lahirlah fanfic ini.

Lael akan sangat senang jika kalian memberikan tanggapan mengenai fanfic ini ^^ feel free to review review review