.
.

New York, 01:30

Belaian angin telah menyapa sang bumi. Bintang-bintang perlahan datang silih berganti dari tempat peraduan, menyambut gelapnya malam dengan kerlap-kerlip sinarnya menemani purnama tercantik sealam semesta. Kesunyian menyergap, tak ada lagi nada-nada riang keluar dari para manusia-manusia menuntaskan segala tuntutan aktivitas yang menjadi kewajiban demi menyambung hidup. Tidak ada lagi suara bocah-bocah malaikat menunggu kedatangan orang terkasih untuk menceritakan sedikit keluh kesah peristiwa satu hari ini yang telah dilewati. Yang ada hanya jiwa-jiwa letih bergumul dengan empuknya kasur dan hangatnya selimut untuk melepaskan penat sendari tadi bersarang di setiap inci sendi badan. Sang kegelapan malam telah sampai di puncak keberadaan dengan purnama menghiasi pekatnya angkasa. Kini, rutinitas sang penjaga kegelapanlah mulai mengambil peran menjalakan aksi pada roda kehidupan yang terus berputar. Seperti hal nya beberapa manusia saling berkejar-kejaran disebuah gedung luas nan besar.

'DOR!'

Desingan peluru bergema di koridor gelap disertai ketukan sepatu mahal berciuman dengan lantai keramik yang dingin. "Berhenti!" Teriak salah satu pelaku penembakan pada target tak jauh berada di depan mereka sedang menghentakkan langkah kaki kesetanan tidak tentu arah, mengikuti jalur yang tersaji dikedua mata dengan bola mata bergerak liar mencari jalan keluar ditengah pengheliatan yang samar-samar karna didera gelapnya malam tidak cukup membantu oleh tipisnya penerangan yang ada.

Sepertinya pelaku penembakan tidak puas hanya melayangkan satu peluru saja, beberapa tembakan susulan pun meramaikan tempat sunyi itu dengan berbagai senjata di genggaman tangan masing-masing orang mengejar sosok yang telah menghilang dari balik pintu lift. Di dalam lift dengan brutal, tombol-tombol tidak berdosa itu terus ditekan oleh sosok berambut panjang dikuncir satu itu, mengisyaratkan si penumpang tak sabar untuk sampai ketempat tujuan.

'Ting'

10 menit menunggu dengan kesabaran, pintu lapisan baja dan almunium pun terbuka, menampakkan sosok dipenuhi peluh keluar melewati lorong panjang menuju tangga di ujung lorong terhubung dengan atap gedung. Satu tendangan, pintu atap pun terbuka, menampakkan pemandangan lampu-lampu mobil berlalu lalang dan gedung pencakar langit menjulang tinggi, sangat kontras dengan pemandangan yang terkenal akan kehidupan malam tidak pernah padam.

Sosok itu pun berlari kesisi atap gedung dibatasi pembatas dari beton setinggi 1 setengah meter. Dengan deru nafas mengeluarkan asap tipis begitu pasokan O2 di paru-paru meminta oksigen lebih banyak. Pria itu pun mengeluarkan sesuatu dari dalam stelan jas hitamnya. Sebuah Notebook berwarna silver setebal 2 inci. Tangan terbalut kulit albaster pun membuka layar Notebook dengan tergesa-gesa sembari menekan tombol start. Layar berwarna biru windows 8 pun terpampang, berselang beberapa detik ia mengutak-ngatik tombol keyboard, sebuah gambar dengan tulisan User Name dan Password pun muncul. Tak butuh waktu lama, pria itu mengetik pengamanan data miliknya hingga beberapa saat sebuah icon gambar buku kecil dengan nama 'Uchiha Sharingan' terdapat disudut layar. Di klik-nya icon itu, dan program dengan fitur semacam Note Pad muncul di layar dekstop, terpampang lah ribuan atau mungkin jutaan huruf, simbol aneh seperti yang terdapat pada pelajaran matematika dengan logaritma sempurna, serta gambar-gambar berbagai bentuk dan pola baik 3 dimensi maupun 2 dimensi berwarna hijau memenuhi layar berbackground hitam itu. Sesaat program itu ia singkirkan terlebih dahulu dengan cara menekan tombol Minimize, mouse pun ia gerakkan pada salah satu icon Mozilla Firefox.

Bukan Facebook atau Twitter yang pertama kali ia buka begitu koneksi dunia maya telah terhubung, malah ia mengetik tombol-tombol pada keyboard dengan kecepatan tinggi, hingga layar monitor menampakkan gambar seluruh kawasan bumi (seperti google earth gambarnya). Pria itu mengetik lagi beberapa kata dan simbol pada layar keyborad, dan tulisan searching pun terlihat.

'DOR-DOR-DOR!'

Pria itu pun langsung menunduk, memeluk erat Notebook-nya lalu memilih naik keatas beton pembatas atap gedung. Ketukan sepatu terdengar, sepertinya orang-orang yang berniat menerbangkan nyawanya mulai mendekat. Pria itu duduk sembari meletakkan Notebook-nya diatas beton dan kembali mengfokuskan mata pada layar Notebook. Sebanyak satu juta titik berwarna kemerahan berkelap-kelip dari seluruh peta kawasan dunia. Mouse pun bergerak liar menyusuri setiap titik merah itu di seluruh peta, mulai dari benua Afrika, Amerika, Eropa, Asia, dan terakhir Australia. Matanya berbinar cerah memandang salah satu negara termaksud dalam katagori benua Asia. Ia pun memperbesar negara itu dengan menekan tombol zoom 100%. Dilihatnya dengan seksama kota mana yang akan menjadi tujuannya. Dan Binggo! Ia telah berhasil menemukan tempat yang tepat. Ia tersenyum lembut, sebelum akhirnya beralih ke program Note pad, mengutak-ngatik sesaat hingga 3 kolom User Name dan Password pengaman muncul, setelah mengisi kolom itu, tulisan send pun terpampang jelas dilayar.

"Aku harap, orang ini.. Adalah orang yang tepat untukmu.. Sasuke." Gumamnya sendu. Pancaran mata Onyx-nya berkaca-kaca saat mengucapkan kalimat itu.

'DOR!'

Pria itu membungkuk sambil memegang kepalanya dengan kedua tangan. Orang-orang yang mengejarnya beberapa saat yang lalu, hadir di hadapan kedua mata. "Angkat tanganmu! Dan serahkan file itu secara baik-baik. Kalau kau menurut perintah kami, mungkin Direktur mau sedikit berbaik hati untuk tidak menghilangkan nyawamu!" Ucap salah satu orang-orang pelaku penembakan.

Pria bermata Onyx memandang wajah manusia-manusia dihadapannya dengan datar. Wajahnya terangkat keatas, menatap angkuh dan rendah kumpulan orang-orang itu. "Mungkin? Che!" Desis sinis pria itu. "Kalau pun aku menyerah, itu sama saja bohong. Nyawaku pasti tidak akan terjamin jika aku menyerahkan diri pada tua bangka itu!"

Sosok menodongkan senjata itu mengangkat tinggi pistolnya, mengarahkan benda itu ke kepala pria dihadapannya. "Hati-hati bicaramu, boys! Ternyata orang-orang jenius, tidak pernah ya menyekolahkan mulutnya. Berani sekali kau menghina Direktur!"

"Memang pada kenyataannya kan, orang itu sudah tua bangka. Sampaikan padanya langsung, dari pada ia terus memikirkan kekuasaan, lebih baik ia memikirkan dosa-dosa nya pada Tuhan. Terus-menerus melakukan rencana licik menghilangkan banyak nyawa hanya untuk menggapai kekuasaan karna ketamakkannya! Huh! Itu menggelikan sekali." Pria itu mengangkat Notebooknya tinggi-tinggi.

"Apa yang kau lakukan?! Cepat letakan Notebook itu!" Perintah orang-orang itu mengacungkan pistol kearah pria berambut panjang.

Pria itu memandang dengan pandangan mencemooh, "Yang ku lakukan?! Menurutmu?"

"Jangan mempersulit keadaan. Kau telah memilih kesalahan besar bila melakukan itu, Uchiha Itachi! Kau tidak tahu saat ini kau berhadapan dengan iblis?!" Desis orang-orang itu.

Itachi menyungingkan senyum mengejek, pandangan mata Onyx-nya benar-benar merendahkan orang yang mereka sebut sebagai 'Iblis' itu. "Iblis? Oh ya, iblis itu kan harusnya berada di Neraka. Kenapa dia bisa ada disini?" Itachi memiringkan kepala seolah-olah sedang berpikir, tak lama ia pun mengangguk-anggukan kepala. "Ya-ya-ya, aku tahu. Mungkin dia butuh sedikit malaikat pengantar untuk menjemputnya. Tapi, tenang. Aku akan pergi terlebih dahulu, menjadi malaikat maut untuknya, dan tinggal menunggu waktu aku akan menjemputnya bersama dengan ku untuk pergi ke Nereka!"

Notebook pun Itachi lempar dari atap gedung menuju ketanah akibat tarikan gravitasi bumi. Sontak kumpulan orang-orang itu membelalakkan mata. "Kau gila, Uchiha! Kau benar-benar ingin mati rupanya!"

"Aku memang ingin mati." Ucap Itachi datar sambil merentangkan tangannya. "Akan ku wujudkan keinginan kalian yang ingin menghilangkan nyawaku, tapi maaf saja. Aku... tidak sudi, bila mati ditangan orang-orang seperti kalian!" Itachi pun menjatuhkan tubuhnya dari atap gedung dengan posisi telentang sambil merentangkan kedua tangannya.

Kumpulan orang-orang itu hanya mampu terdiam melihat tubuh Itachi melayang bebas diudara. Tak butuh waktu lama, bunyi bedebam pun terdengar, disusul lengkingan klakson mobil membahana di tengah gelapnya malam.

...

Disisi lain.

"Du~du~du. Da-di-da-dam~" Nyanyian kecil terdengar nyaring disalah satu kamar bernuansakan warna orange cerah disepanjang dinding berukuran 5x4 meter. Bisa dilihat segala macam pernak-pernik aneka bentuk berjejer rapi dirak buku. Tempat tidur dilapisi bed cover putih dengan gambar rubah berekor 9 di tengah-tengah, tampak serasi dengan meja kecil disisi tempat tidur berteger sebuah jam beker digital berwarna biru.

Pulpen-pulpen berbagai merek ternama plus 2 batang pensil 2B didalam tempat pensil berbentuk keranjang, lampu belajar bermotif bola kaki, dan buku-buku pelajaran di atas meja belajar pun tampak rapi. Tak jauh di meja belajar, terdapat pula sebuah meja dengan perangkat komputer lengkap seperti monitor, CPU, printer, keyboard, serta mouse.

Dibawah lantai beralaskan karpet berbulu tebal warna putih dengan meja kecil berbentuk bulat, tampak seorang pemuda berusia sekitar 15 tahun sibuk berkutat dengan Notebook Acer ukuran 12" warna biru laut. Kepalanya sesekali mengangguk-angguk kecil mendengar lagu-lagu yang ia putar dari playlist Notebook-nya melalui earphone warna putih. Tepukan-tepukan kecil diatas meja ikut menyemarakkan euphoria pemuda itu mendengar sebuah lagu dari Gazette berjudul Zetsu. Tak lama mata iris Blue Sapphier itu terpejam erat sambil menggerakkan kedua tangan seperti sedang memainkan gitar. Beberapa menit terlarut dalam lagu yang didengarnya, laki-laki berkulit tan menatap kembali layar Notebook. Bisa dilihat terdapat beberapa Tab yang ia buka secara bersamaan diprogram Mozilla Firefox, yaitu Email Yahoo, Facebook, Twitter, Blog-nya sendiri, situs download film, dan yang terakhir situs komik online. Pemuda itu memasang Card Reader disalah satu colokan USB disisi Notebook, lalu memasukan memory Secure Digital Card (SD Card) didalam Card Reader itu. Ia pun menggerakkan kursor mouse ke Tab situs download film.

Kedua mata pun memicing tajam merasa ada yang aneh dari layar di hadapannya. "Loh, kok tidak bisa di download sih?!" Gerutunya melihat kolom kecil menampilkan kuota download film tiba-tiba berhenti. Pemuda itu mencoba untuk mengklik icon Back di atas Toollbar, bermaksud untuk mendownload ulang. Namun, tiba-tiba kursor mouse-nya tidak bisa digerakan. Gambar pada layar monitor pun berkelap kelip dengan cepat, berganti dari situs download film ke Twitter, terus ke Yahoo, ke download film, berubah lagi ke beranda Facebook, ke Yahoo lagi, lalu ke komik Online, balik Twitter lagi, kemudian Blog-nya, mengulang lagi kesitus download film. Terus-menerus seperti itu secara tidak beraturan selama hampir satu menit.

Pemuda itu berusaha mengerak-gerakkan kursor mousenya. Menekan-nekan tombol close disisi layar atas. "Aduh~! Kenapa lagi dengan Notebook-ku?! Kena virus ya?" Pemuda itu terus menekan-nekan tombol close dengan cepat hingga mouse pun terdengar bunyi 'clek-clek' bertubi-tubi. "Arggh! Kenapa tidak bisa keluar?! Ohh~, ayolah lah Notebook brengsek! Aku tidak punya uang lagi untuk membeli hard diks serta membayarmu ke tukang servise. Jatah uang saku ku bulan ini akan kualihkan untuk membeli ramen, kau dengar itu! Ku alihkan ke ramen!"

Remaja tanggung itu menghela nafas berat, kepala pun tertunduk dalam diatas meja kecil karna layar monitor tidak kunjung menunjukan perubahan yang berarti. "Aku benar-benar akan puasa ramen Ichiraku bulan ini. Hahh~~"

'Ting!'

"Eh?!" Mendengar ada suara dari Notebook-nya, pemuda itu pun mendongkakkan wajah menatap layar monitor. Perlahan cengiran lima jari terpampang jelas diwajah begitu melihat layar monitor-nya telah kembali ke layar awal seperti semula, yaitu situs download film dengan 5 Tab berisi situs-situs lainnya. Helaan nafas lega keluar dari bibir mungil itu, bersyukur uang saku untuk bulan ini tak jadi terbuang hanya demi memperbaiki Notebook yang berkelap-kelip layaknya lampu disko. Mata bulat itu meneliti sebuah attention yang bertuliskan 'Do you want close for 6 Tab?'. Ia pun memilih Yes. Percuma bila ia memilih No. Mood-nya untuk kembali online dan mendownload film sudah rusak gara-gara layar berkelap-kelip seperti tadi. Kalau terus memaksa, bisa-bisa Notebook-nya eror terhantam virus yang entah berasal dari mana. Pemuda itu pun lebih memilih men'Scanning virus di software dan hardware milik Notebooknya. Tak lupa, memory SD Card kapasitas 16 Gb masih tertancap di Card Reader turut ia Scanning dengan AVG anti-virus.

"Naruto~~, kau sedang apa?! Bukankah kau bilang tadi ingin pergi ke bandara menjemput Obito-sensei yang baru pulang dari Amerika?! Pesawatnya datang jam 4 sore kan?" Suara perempuan dari balik kamar pemuda itu bergema. Kontan si pemilik kamar menolehkan kepala kearah jam dinding berbentuk rubah seperti yang ada pada bed covernya.

"What, sudah jam 15.30! Gawat, Obito-sensei akan sampai." Naruto langsung bergegas melangkahkan kaki kearah pintu. Tidak menyadari earphone yang ada ditelinga masih tertancap dicolokan Notebook.

'Gubrak!'

"Gyaaa~! Notebook ku!" Riuh Naruto melihat Notebooknya tergeletak diatas karpet dengan colokan earphone tak lagi terpasang disisi Notebook. Card Reader yang berada disamping colokan earphone ikut terlepas, membuat memory berukurannya 24 mm x 32 mm x 1,4 mm terlempar jauh diatas lantai tak tertutupi karpet. Naruto memungut barang-barang yang berserakan itu akibat ulahnya sendiri. Notebook kembali ia letakan diatas meja, memory SD Card berserta Card Reader ikut ia taruh disisi Notebook. Niat hati ingin membiarkan Notebook-nya tetap dalam keadaan menyala agar proses Scanning yang amat sangat panjang itu selesai tepat saat kepulangannya setelah menyambut kedatangan guru Olahraga di sekolahnya kembali dari Negri Paman Sam, apa daya mood untuk melaksanakan itu hancur sudah. Kalau dipikir-pikir sudah hampir 3 jam Naruto terus menghadap layar Notebook, mungkin Notebook-nya butuh istirahat. Walaupun Notebook Naruto telah terpasang Cooling Pad, kalau dinyalakan terus-menerus pasti Hard Diks nya akan terkena virus. Kalau sudah terkena virus...

"Ha'ahh~"

Naruto menghela nafas berat, ia pun langsung menghentikan proses Scanning lalu menekan tombol close, setelah me-Refresh sebanyak 5 kali, satu kali klik di icon Start dan Shut Down, layar Notebook pun padam.

"Oke~! Saatnya menjemput Obito-sensei~~!"

.

..

...


.

Disclaimer : Naruto_Masashi Kishimoto

Disclaimer : I ROBOT_ Dhiya Chan

Genre : Romance, Adventure, Conflik, FriendShip.

Pair : Sasuke Uchiha & Naruto Uzumaki

Rating: M

Warning : Shounen Ai, Ga Normal, YAOI, Ngaco Bin Ngaur, Typo ingin selalu hadir.

BoysxBoys, Gaje, Ga nyambung, Alur Kecepetan, Rusak parah, belum ada lemon harap bersabar,

khusus untuk 17 Tahun keatas (Masih maksa mau baca, ga tanggung jawab dimarah Ortu!), de el el.

.

.

Summary: Namikaze Naruto, seorang pemuda berusia 15 Tahun bersekolah di Konoha High School tak sengaja mendownload sebuah film disebuah situs jejaring didunia maya yang akan membawa perubahan besar dalam hidupnya bersama sesosok robot tak dikenal dengan misi penyelamatan dunia dari kehancuran oleh dunia Cyber. Mampukah Naruto menyelamatkan seluruh dunia dari kepungan musuh robot-robot super kuat disertai persenjataan super canggih?

.


.

.

2 Hari kemudian di kediaman Namikaze.

Seorang pemuda berambut pirang, berkulit tan eksotis dengan iris Blue Sapphier jernih tampak kesulitan membawa sebuah nampan berbagai makanan ringan, dan sebotol Coke ukuran 1 liter. Pemuda itu pun langsung membuka pintu coklat dengan gantungan kecil bertuliskan 'Namikaze Naruto'.

"Hey kalian, jangan bikin berantakan kamar ku ya!" Hardik pemuda itu begitu masuk kedalam kamar, ia disungguhi pemandangan bantal-bantal kecil diatas tempat tidur berserakan tidak tentu arah.

3 gadis berbeda warna rambut hanya nyengir tak karuan mendapat deathglare mematikan dari laki-laki imut itu. "Gomen Naru-chan, hehe." Gadis berambut soft pink mengaruk kepala yang tidak gatal.

Naruto mengembungkan pipi bulatnya, "Aku hanya meminta Shika datang kerumah untuk memperbaiki robot pemberian Obito-sensei. Kenapa kalian juga mau ikut sih." Naruto meletakkan nampan diatas meja bulat dilapisi karpet berbulu.

"Gomen Naru-chan~, menganggu waktu kencan mu dengan Shikamaru. Hihi.." Goda gadis berambut pirang pucat terkikik kecil.

"Dasar Fujoushi kurang kerjaan! Siapa yang berkencan dengan Shikamaru. Aku hanya meminta dia datang kerumah untuk memperbaiki robot pemberian Obito-sensei. Itu saja, tidak ada kencan seperti yang kalian pikirkan, huh!" Sembur Naruto melipat kedua tangan sembari membuang wajah kearah lain.

"Hey Shikamaru. Coba kau lihat, pacarmu tidak mengakui mu, hahaha!" Pemuda dengan pupil seperti mata anjing terbahak-bahak diatas tempat tidur Naruto.

Disudut kamar, tepat diatas meja belajar, pemuda berambut nanas sedang berkutat dengan berbagai obeng, tank dan lakban almunium menolehkan kepala sesaat ke belakang melihat wajah teman-temannya. Sebelum berbalik ia pun bergumam, "Mendokusai!"

"Aw~aw~aw, sepertinya kita benar-benar menganggu acara kencan mereka, hahaha!" Ledakkan tawa pun membahana setelah godaan yang dilancarkan si rambut soft pink.

Naruto semakin merenggut kesal dengan pipi telah mengembung 2 kali lipat dari sebelumnya. "Terserah-terserah. Apa yang ingin kalian katakan, tapi harus kalian tahu. Aku dan Shikamaru tidak berpacaran, titik!"

"Baiklah-baiklah, hehe. Kami hanya bercanda. Eh Naruto, apa benar Obito-sensei memberikan robot itu padamu?" Tunjuk Sakura pada robot ditangan Shikamaru. Naruto mengangguk pasti. Sakura menekan dagunya seperti sedang berpikir. "Kenapa dari semua murid yang ada di Konoha High School, hanya kau saja yang dibelikan dia robot oleh Obito-sensei. Jangan-jangan dugaan ku benar kalau Obito-sensei itu suka padamu?"

Mendengar omongan ngaur Sakura, membuat Naruto memutar matanya bosan. Dasar Fujoushi gila! Seenaknya saja menyimpulkan hal tidak waras begitu. "Obito sensei memang berniat memberikan ku hadiah jika berhasil menang lomba lari tingkat kejuaraan nasional kemarin." Naruto membuka tutup Coke lalu menuangkan cairan coklat berkabonasi itu kedalam gelas. "Dia sudah berjanji padaku, dia bilang sewaktu liburan di Amerika, ia pernah mampir disalah satu pameran robot di mall terkemuka dekat Mahattan. Karna robot yang ia beli cukup murah, jadi sebagai ganti hadiah yang ia janjikan kemarin. Dia membelikan robot itu."

"Ahh, apa benar? Aku rasa tidak. Kau tahu Naruto, jika aku melihat gerak-gerik Obito-sensei, sepertinya dia benar-benar menyukaimu." Sakura meraih sebungkus keripik udang diatas meja, lalu membukanya. "Aku berani jamin itu."

Naruto meminum Coke-nya seteguk, "Sudahlah Sakura-chan. Jangan membicarakan hal yang tidak masuk akal begini. Obito sensei itu laki-laki, aku pun begitu. Tidak mungkin kan lelaki macho seperti sensei menyukai sesama jenis?" Bulu kuduk Naruto merinding hebat saat mengucapkan kalimat terakhir.

Ino mengambil sepotong keripik kentang ditangan Sakura. Membuat gadis berkulit putih itu merenggut kesal. "Aku setuju apa kata Sakura, sepertinya Obito sensei memang menyukaimu. Kau pernah dengar tidak berita tentang Obito sensei hampir berkelahi dengan Asuma sensei beberapa waktu lalu?"

Naruto menggelang kepala pelan, Ino pun beranjak mendekatinya, mengambil gelas lalu mengisi Coke hingga terisi seperempat saja. "Katanya sih, Obito sensei mengamuk gara-gara tahu kau pingsan karna di hukum Asuma sensei. Kalau tidak salah waktu itu kau sedang demam hebatkan? Tidak buat PR Fisika pula, sudah tahu Asuma sensei itu guru paling killer di KHS. Tidak buat PR, sudah pasti kau akan dihukum berdiri dikoridor sekolah." Ino menyesap sedikit Coke digelasnya.

Naruto menekuk alisnya erat. "Masa sih? Aku memang pernah dengar Obito sensei hampir berkelahi dengan Asuma sensei, tapi-" Naruto menggaruk surai pirang yang tidak gatal. "-ck! Sudah lah, kalian para Fujoushi akut selalu membuat cerita yang tidak-tidak. Mana mungkin sih Obito sensei bertengkar dengan Asuma sensei hanya karna hal itu. Ada-ada saja!"

Sakura mengibas-ngibaskan tangan kanan. "Eitts~! Kau ini tidak percaya sekali. Memang kenyataannya loh, Obito sensei menyukaimu. Tidak hanya Obito sensei, ku dengar wali kelas 12-A Kakashi sensei juga ingin pendekatan denganmu."

Naruto yang sedang ingin meneguk minumannya, tersedak tiba-tiba. "Uhuk-uhuk! Kau gila Sakura, jangan bercanda dong!" Tangan terselimuti kulit tan menghapus sisi bibir teraliri air dengan punggung tangan. Sakura memasang wajah kesal, "Aku tidak sedang bercanda, baka! Kau itu tidak sadar, kalau wajahmu itu lebih manis daripada anak perempuan. Lihat hidungmu yang mungil, bibir mu yang tipis, bola mata besar, bulu mata yang tidak lentik tapi bisa membingkai wajahmu. Badanmu saja kecil dan pendek begini, ciri-ciri seperti ini adalah ciri Uke yang paling banyak diincar oleh kaum adam tahu!"

Naruto bergidik ngeri mendengar apa yang dikatakan Sakura ada benarnya juga. Memang sih kalau diperhatikan lebih seksama, Naruto memiliki postur tubuh yang bisa dibilang beda jauh dari anak laki-laki pada umumnya. Naruto pun telah pernah mengalami kejadian tidak mengenakkan gara-gara wajahnya yang terbilang lebih manis dan cantik dari anak perempuan. Tapi untunglah jiwa kelaki-lakiannya masih ada, hingga bisa mengatasi orang-orang mesum menamakan diri mereka 'Seme' itu dengan sedikit pukulan dan tendangan. Cih, Naruto benar-benar harus waspada dengan laki-laki, apalagi sensei yang bernama Kakashi Hatake itu! Guru Biology yang sering membaca novel 'Dewasa' itu memang terkenal dengan sikap mesumnya yang luar biasa kritis.

"N-Neji Nii-san ju-juga pernah menitip-kan salam untuk mu Na-Naruto-kun.." Ucap gadis berambut panjang warna Indigo. Naruto membeku seketika dengan rahang hampir jatuh kebawah saat mendengarnya. 'Bahkan kakak sepupu Hinata juga!' Batin Naruto shock. "Ha-ha-ha, A-Ano bu-bukankah Neji-san sudah pu-nya pacar? Kau mungkin salah dengar Hinata-chan, hehe." Naruto cengar-cengir tidak karuan, satu butir tampak jelas di kepala pirangnya.

"Dia sudah putus dari Tenten." Jawab pemuda berambut merah bata a.k.a Gaara yang sedang membaca komik disamping Chouji memakan sebungkus keripik kentang Barbeque (*Disini badan Chouji kurus tidak gemuk). Sontak 3 fujoushi akut disana memekik kaget. Tahu pandangan mata yang dilancarkan gadis-gadis itu, Gaara pun kembali menekuni komik di kedua tangan sambil angkat suara. "Ku dengar Tenten memutuskan Neji karna tahu Neji punya sosok idaman lain. Seminggu yang lalu aku tidak sengaja mendengar percakapan Neji dan Kankuro diruang tamu rumahku. Mereka sepertinya sedang bertaruh dalam waktu 2 minggu siapa salah satu diantara mereka yang bisa mendapatkan pemuda cantik junior tingkat satu. Dan orang yang mereka bicarakan itu adalah.." Gaara membalik halaman komik selanjutnya, mata emerland pun tertuju pada sosok pemuda pirang yang telah mengejang. "Kau.."

'BRAK!'

Shikamaru menghempaskan obeng ditangan kanannya, kursi meja belajar Naruto pun ia putar. Pemuda yang terkenal dengan sikap malasnya ini duduk didepan Naruto sambil menyerahkan robot berbahan dasar alumunium setinggi 40 cm dengan kelapa bulat, 5 jari besar-besar seukuran ibu jari orang dewasa di kedua tangan, dan memiliki telapak kaki seperti setrika listik ia letakan diatas meja bulat itu. "Aku sudah berhasil menemukan masalah yang ada pada robot mu. Sekarang, aku bisa pulang kan?"

"Eh?!" Naruto menggaruk pipi tembamnya yang tidak gatal. "Bo-boleh sih, jadi robotku sudah berfungsi sekarang?"

"Belum."

Naruto menyerit heran pada Shikamaru, "Kalau belum berfungsi, kenapa kau bilang tadi sudah berhasil?"

Shikamaru mendecakkan lidah dengan sebal, "Aku hanya bilang robotmu sudah berhasil ku temukan masalahnya, bukannya bilang robotmu sudah berhasil berfungsi." Shikamaru menegakkan robot itu menjadi berdiri diatas meja. "Aku telah melihat seluruh komponen yang ada pada robotmu baik komponen mekanik dan komponen elektronik. Akan kujelaskan apa permasalahannya, pertama komponen mekanik. Setelah ku cek satu persatu mulai dari Rangka/Chasis, kalau ku perhatikan Printed Circuit Board (PCB) masih dalam kondisi bagus, Acrylic-nya juga tidak ada yang cacat. Poly Viny Chlorides (PVC), Alumunium, serta Kit Motor masih oke. Tidak ada masalah dari kompenen itu." Shikamaru mulai menunjuk satu persatu titik-titik yang ia sebutkan pada tubuh Robot.

"Lalu komponen elektroniknya, seperti Batrai atau Akumulator (Aki) termaksud dalam katagori Power Supply juga tidak memiliki masalah. Sumber Cahaya yang terdiri dari Light Emmiting Diode (LED) dan LED Infra Red tak mengalami gangguan. Sensor cahaya seperti Fotodioda, Fototransistor, Light Dependent Trsnsistor (LDT), Resistor, Potensio Meter, Timmer Potensiometer, semua baik-baik saja. Kapasitor listrik, Dioda, Transsistor, Operation Amplifier (OP-Amp), Pengendali Motor, Aktuator dengan jenis Motor DC dan Motor servo, kalau ku lihat-lihat masih baru semua, mustahil rasanya robotmu tidak bisa berfungsi karna komponen itu." Telunjuk Shikmaru pun beranjak ke atas kepala robot. Ingin menjelaskan lagi komponen robot selanjutnya pada Naruto. "Lalu kita beralih ke-"

"STOP!" Tangan kanan Naruto pun terangkat dihadapan wajah Shikamaru. Reflek Shikamaru langsung berhenti bicara. Deretan gigi-gigi Naruto terlihat jelas dikedua mata sebesar biji kacang kedelai itu. "Bi-Bisakah kau menjelaskannya sesuai err.. Kapasitas daya tangkapku? Sungguh Shika, bukan maksud ku untuk menyinggung perasaanmu. Tapi jujur, aku benar-benar tidak mengerti apa saja yang sedang kau bicarakan tadi."

Shikamaru menghela nafas berat. Robot yang ada dikedua tangan, ia baringkan kembali diatas meja. Jari telunjuk dan ibu jari tangan kanan mulai memijit-mijit pangkal hidup pemuda Nara itu. "Baiklah akan kujelaskan lagi padamu. Begini Naruto, robot itu prinsip dasarnya sama seperti manusia, mata digunakan untuk melihat, kerangka badan digunakan untuk beraktivitas, dan otak digunakan untuk berpikir. 3 Komponen utama pada setiap robot adalah mata, badan, dan otak. Sampai disini apakah kau mengerti?"

Naruto menganggukkan kepala secepat kilat. Shikamaru menghirup nafas dalam, lalu mulai berbicara lagi, "Sensor, Dalam teknologi robotika banyak sekali yang digunakan. Sensor pada robot bisa dianalogikan sebagai indera pada manusia atau bisa kita disebut dengan 'mata' dari sebuah robot. Pemakaian sensor dalam sebuah robot sangat tergantung kepada fungsi robot itu sendiri sebab Sensor Cahaya itu kegunaannya adalah sebagai penerima/pendeteksi cahaya. Sensor robot yang digunakan pada robot ini ada beberapa jenis yaitu Sensor cahaya seperti Fotodioda, Fototransistor, Light Dependent Trsnsistor (LDT), Resistor, Potensio Meter, dan Timmer Potensiometer. Selain sumber cahaya berfungsi sebagai pengirim, dalam robot juga dibutuhkan sumber untuk menerima cahaya tersebut."

Shikamaru mengambil secarik kertas lalu mengambar robot kecil dengan sinar mata memantulkan sebuah meja kecil. "Dalam Bidang Elektronika, sumber cahaya merupakan peranti yang dapat merubah energi listrik menjadi energi cahaya. Fungsi Sumber Cahaya dalam robot adalah sebagai transmitter (pengirim). Disini sumber cahaya robot mu adalah LED Infra Red. Cahaya LED Infra Red tidak kelihatan oleh mata telanjang, jadi gunakan camera handphone atau camera digital untuk mengetahui LED Infra Red telah menyala atau belum, jika sudah menyala, LED Infra Red akan memantulkan semacam sinar yang dipantulkan pada benda yang ada dihadapan robot, lalu pantulan itu akan diterima oleh Sensor itu sendiri."

Shikamaru mengaruk belakang kepalanya. "Untuk pada bagian 'mata' saat memeriksanya, aku tidak menemukan masalah, semua masih bagus. Sekarang kita beralih pada kerangka/Chasis, disini rangka robot dianalogikan 'badan' pada manusia." Shikamaru menarik nafas sejenak lalu melanjutkan kembali.

"Struktur robot sebagian besar dibangun berdasarkan konstruksi mekanik. Komponen mekanik yang ada dirobot ini adalah Printed Circuit Board (PCB), Acrylic, Poly Viny Chlorides (PVC), Alumunium, serta Kit Motor. Aktuator (action tool), merupakan perangkat elektromekanik yang menghasilkan daya gerakan. Kapasitor listrik, Dioda atau Pengerah dalam robot, Transsistor alias pengantar energy gerak, Operation Amplifier (OP-Amp) merupakan komponen elektronik dalam bentuk IC (Integrated Circuit) yang mampu mengeluarkan tenaga keluaran (output) berupa penguatan terhadap selisih tegangan masukan (input). Pengendali Motor merupakan rangkaian elektronik yang berfungsi untuk memperkuat arus dan tegangan yang dibutuhkan oleh motor, semua yang kusebutkan tadi adalah pengerak atau Sistem kontroler (kendali) pada komponen-komponen mekanik dalam rangka robot."

Naruto mengangguk paham, kedua tangan pun terlipat diatas dada. "Ohh, begitu. Lalu kau juga tidak menemukan kerusakan pada bagian itu?"

Shikamaru menjulurkan kedua kaki yang semula duduk bersila. Telapak tangan pada kedua tangan pun ia tekan ke belakang, hingga punggung tegapnya miring beberapa derajat kearah belakang. "Seperti yang kubilang sebelumnya, tidak ada masalah pada komponen-kompenen itu, kecuali satu."

"Otak.." Sambung Gaara tiba-tiba sembari membalikkan halaman selanjutnya dari buku komik ke 6 yang ia baca.

Melihat tatapan mata Naruto tertuju padanya, Shikamaru pun mengangguk singkat. "Seperti yang Gaara bilang. Masalah satu-satunya dari 3 komponen utama robot yang kujelaskan tadi adalah 'otak'. Dan dalam robot, ketiga komponen itu harus saling berhubungan satu sama lain." Shikamaru memposisikan lagi tubuhnya didekat meja, telunjuk pun mengarah ke kepala robot. "Otak yang ada pada robot dianalogikan sebagai Microchip atau disebut juga mikroprosesor, bahasa kerennya sih Processor (PC). Processor yang mereka gunakan pada robotmu bukanlah processor-processor canggih seperti intel dan amd. Bahkan, robot ini sama sekali tidak menggunakan mikrokontroler. Hanya menggunakan 2 IC (integrated circuit) saja, yaitu 1 buah LM339 (Komparator) dan 1 buah 74LS00 (NAND gate)."

Jari telunjuk pun perlahan terangkat tepat diatas wajah. "IC LM339 biasa disebut sebagai komparator. Yah, dari istilahnya saja sudah ketahuan kalau gunanya adalah untuk meng-compare (membandingkan). Dengan kata lain, sesuatu yang berbentuk analog harus dikonversi dulu ke dalam bentuk digital (deretan biner) pada dunia elektronika. Hal ini bertujuan untuk mempermudah processing." Jari tengah ikut menyusul setelah jari telunjuk. "Yang kedua IC 74LS00. IC 74LS00 merupakan "NAND gate" yang berguna dalam teknologi digital. NAND gate terkait dengan logika 0 dan 1 serta merupakan gate yang paling simple dan bisa merepresentasikan semua jenis gate yang ada."

Shikamaru mengetuk-ngetuk telunjuk diatas kepala robot. "Masalahnya sekarang adalah IC LM339. Nah, satu IC LM339 terdiri dari 4 buah komparator yang berbentuk diagonal. Perilaku IC LM339 yang hanya menghasilkan logika 0 dan Z sedikit mendapat masalah di bagian mengkonversi perintah data ke dalam bentuk digital dari pin-pin metal yang berfungsi sebagai kontak antara microchip dengan komponen mekanik dan elektronik. Jadi, kau tahu artinya apa itu, Naruto?"

Naruto menggeleng kepala merespon pertanyaan Shikamaru. Pemuda klan Nara itu pun beranjak dari posisi duduk menjadi berdiri. "Bila pada saat robot selesai dibuat, lalu memiliki masalah pada bagian 'penting' seperti pada bagian 'otak' tanpa ada pemeriksaan lebih lanjut sebelum beredar dipasaran. Artinya robot yang diberikan Obito sensei-mu itu dari awal sudah rusak. Itu saja inti dari masalah yang ada pada robotmu."

Shikamaru langsung melangkahkan kaki kesisi tempat tidur yang telah diduduki oleh Kiba, menggapai tas sandang berwarna hitam yang sebelumnya ia letakan diatas bantal lalu memakainya. Melihat hal itu, Naruto menyeritkan alisnya binggung. "Kau mau kemana?"

"Pulang." Pemuda setinggi 172cm itu meraih ganggang pintu. Menarik ganggang pintu hingga pintu sedikit terbuka. Shikamaru pun menolehkan kepalanya sesaat kearah Naruto, dan punggung tegap itu pun menghilang dibalik pintu.

'BLAM!'

Helaan nafas berat terdengar dari bibir remaja berambut nanas itu. Dari balik pintu yang disandarinya, bisa dengan jelas ia dengar sayup-sayup suara pemuda rambut coklat keriwil. "Sepertinya, ia benar-benar marah karna kita menyinggung soal pria-pria yang menyukai mu, Naruto."

"Ehh~~?! Kau ini bicara apa! Shikamaru itu marah gara-gara kalian ngomong seenaknya perihal aku berpacaran dengan dia. Aku saja tidak terima, apa lagi Shika!" Sanggah Naruto dengan suara extra besar.

"Kau salah! Shikamaru itu marah karna kau tidak mengakui status hubungan kalian. Kau pacar yang kejam Naru-chan~"

"Jangan mengada-ngada Sakura-chan!" Balas Naruto tak kalah keras dari suara Sakura.

"Menurutku sebagai seorang teman, kriuk-kriuk!" Bunyi renyah nan garing dari keripik kentang Chouji terdengar beberapa saat. Setelah menghabiskan sisa keripik yang ada dimulut, Chouji kembali melanjutkan kata-katanya. "Mungkin Shikamaru marah karna ia kecolongan dari Obito sensei yang memberikan sebuah robot untukmu. Kau jadi terlalu peduli dengan robot itu, sampai-sampai barang rusak begitu harus repot-repot diperbaiki. Shikamaru lagi yang kau suruh. Hey Naruto, yang namanya rival dalam percintaan. Memperbaiki barang pemberian orang yang menjadi musuh kita, tentu pastinya akan membuat kita kesal dan marah. Menolak pun percuma saja, masa sih permintaan orang yang kita sukai harus kita tolak? Betul tidak? Kriuk-kriuk-kriuk!"

"Eh?! Benar juga! Kau ternyata pintar say- hey! Berhentilah makan keripik terus! Kau itu baru sembuh dari sakit Tipus?! Makanlah makan yang sedikit bergizi!"

Shikamaru menggelengkan kepala mendengar suara lengkingan Ino, memerintah sang kekasih agar segera berhenti makan-makanan tidak sehat yang banyak mengandung MSG itu. "Ck! Mendokusai!" Mata sebesar biji kuaci pun menerawang jauh sebelum akhirnya melangkahkan kaki menuruni tangga.

.

.

.

Setelah makan malam dan mandi, Naruto pun segera beranjak masuk kedalam kamar. Dengan kaos putih dan celana sebatas lutut, Naruto yang masih mengibas-ngibaskan handuk warna orange di rambut pirangnya, berjalan mendekati meja belajar. Melihat layar handphone berkelap kelip sebanyak 2 kali menandakan ada pesan masuk, ia pun meraih ponsel I-Phone 5 itu.

From: Shikamaru Deer.

Jika kau benar-benar ingin robot itu berfungsi. Aku bisa membeli Processor kosong ditoko elektronik, serta mengisi data-datanya sesuai dengan yang kau inginkan. Itupun bila kau mau..

Wajah Naruto langsung bersinar cerah mendapat SMS dari sahabat masa kecilnya. 'Gyahaha, Shikamaru memang dapat diandalkan!' Inner Naruto semangat. Ia pun dengan cekatan membalas pesan Shikamaru. Walaupun terkenal dengan kemalasannya, Shikamaru adalah orang yang sangat jenius. Mengisi data sesuai dengan yang Naruto inginkan, tentu saja siapa pun tidak akan menolak jika memiliki robot yang bisa melakukan apa yang ia mau. Khayalan Naruto pun semakin gila memikirkan betapa enaknya PR Matematika dan Bahasa Inggris yang amat sulit itu bisa ia limpahkan pada si Robot. Pastinya ia akan bebas selamanya dari yang namanya belajar. Ia bisa bersenang-senang, jalan-jalan, main PS, main sepak bola, bahkan bila disuruh mencabut rumput di halaman belakang. Tinggal memanggil robotnya, dan beres. Huahahaha!

To: Shikamaru Deer.

Oke! Sipp! Aku mau sekali Shika, xixixi. Kau memang dapat ku andalkan! XD.

Naruto melempar ponselnya diatas tempat tidur, disusul punggung mungil ikut menghempaskan diri si ranjang single bed itu. Tak berselang beberapa detik, balasan pesan dari Shikamaru muncul.

From: Shikamaru Deer.

Ya-ya-ya. Minggu depan, kita bisa pergi ke toko eletronik di Shibuya. Perlengkapan untuk robot sangat lengkap disana. Jam 09.30, kau setuju?

Naruto membalas pesan itu dengan dua kata saja disertai emoticon jempol ibu jari teracung. Setelah memastikan balasan pesan telah terkirim dari notifikasi ponselnya. Naruto menyamankan posisi tidur dengan membalikkan tubuhnya menghadap kearah kiri. Iris Blue Sapphire tak sengaja menangkap robot kepala plontos pemberian guru olahraganya. Lama selama 2 menit terus memandang robot yang berada diatas rak buku, remaja tanggung itu beranjak perlahan mendekati robot. Tangan kanan Naruto terjulur menggapai robot, dipandanginya sesaat, lalu ia pun melangkah pelan ke tempat tidur dengan kedua tangan memegang erat benda alumunium itu. Melihat belakang kepala robot belum tertutup sempurna seusai di'bongkar' siang tadi oleh Shikamaru. Naruto yang hendak menekan tutup kepala robot, tak sengaja menampik tutup itu hingga terjatuh kebawah.

Setelah memungut tutup itu, jemari tangan Naruto terhenti seketika melihat komponen 'Otak' yang dijelaskan Shikamaru. "Ini kan.." Naruto setengah berlari kearah meja belajar, membuka laci meja lalu mengobrak-abrik isinya. Berhasil menemukan apa yang ia cari, pemuda berkulit tan langsung memicingkan mata pada komponen Processor pada robot dengan beda yang ia pegang di tangan kanan. "Bentuknya sama.."

Jemari tangan pun melepaskan Processor berbentuk diagonal pada bagian kepala robot, meletakkan PC itu diatas meja, kemudian memasang benda yang ada ditangannya. "Ternyata pas, kalau dinyalakan berfungsi apa tidak ya?" Lama berpikir, Naruto pun menepuk kening dengan tangan kanan. "Ahh~, bodoh sekali aku. Tentu saja tidak akan berfungsi. Shikamaru kan tadi bilang sebuah robot akan berfungsi bila 3 komponen utama dalam robot saling berhubungan satu sama lain. Processor disini berperan sebagai 'otak', pastinya harus berisi data-data perintah pada robot. Ini kan hanya memory SD Card, tentu saja tidak akan berfungsi. Hadehh~~"

'BRAK!'

Pintu kamar Naruto terbuka secara tiba-tiba seperti didobrak seseorang. Sosok wanita cantik berambut merah panjang dengan tangan kanan mengenggam erat penggorengan, berdecak pinggang dihadapan Naruto. "Naruto apa yang sedang kau lakukan?! Hari sudah malam, cepat tidur lalu matikan lampu kamarmu. Jika kau besok bangun telat, 3 hari kedepan jatah ramen mu akan Kaa-san cancel. Mengerti?" Deathglare Kushina sadis.

Merasa keselamatan jiwa terancam. Naruto pun langsung bergegas meletakan robot disisi meja kecil samping tempat tidur, ia pun berbaring dan menarik selimut hingga batas leher. Kushina tersenyum penuh kemenangan, didekatkannya bibir merah itu untuk mengecup singkat kening sang buah hati. "Oyasuminasai, Naru-chan."

Naruto melihat sang ibu mematikan saklar listrik didinding, lalu menutup pintu kamarnya pelan. "Oyasuminasai, Kaa-chan~" balas Naruto lembut. Pemuda mungil itu pun membalikkan tubuh kearah sisi kiri menghadap dinding. Membelakangi berbagai peralatan yang ada dikamarnya, termaksud sebuah robot kecil disamping jam beker.

Keheningan melanda, bunyi jeritan jangkrik-jangkrik terdengar, detak bunyi jam bergema. Ditengah kesunyian malam yang berhembus disebuah kamar yang gelap. Sosok robot terbuat dari alumunium, setinggi 40cm ikut menyertai kebisuan sang raja malam. Namun, dentingan suara aneh terdengar dari arah si robot kecil. Selama hampir 3 menit, bunyi seperti sebuah program komputer pun itu terganti menjadi cahaya biru disertai percikan api menguar dikerangka robot.

'ZING!'

Mata robot yang semula berwarna hitam dengan ukuran sebesar biji kelereng, tiba-tiba berubah menjadi berwarna merah menyala menyinari kegelapan ruangan itu.

.

..

...

To-be-Continue...


.

Bikin panpik baru lagi~~! (Joget ajeb-ajeb, ditendang Readres se-Indonesia).

Gomen, dhiya datang membawa Fic baru lagi. Padahal yang kemaren belum kelar-kelar, hadehh~ (=-="). Tapi-tapi-tapi, dhiya bener-bener ga kuat nih nampung ide fic ini terus-menerus di pikiran dhiya. Selama hampir seminggu, bayang-bayang fic ini terus mereja lela. Dari pada dhiya bisa stress nampung ide ini ngalah-ngalahin kayak hantu yang terus meracuni pikiran dhiya, lebih baek dhiya tulis deh. Terserah deh ini Pic diterima apa ga nya sama Readres, yang penting pikiran dhiya sekarang udah legaa~. Huahahaha...

Yup! Seperti judulnya, I ROBOT. Terinspirasi dari I Robot itu sendiri (padahal ga pernah nonton tuu film, kok bisa terinspirasi ya?), TRANSFORMER, dan juga TERMINATOR. Banyak dapet ide dari TERMINATOR sih dari pada dua entu, hehe. Oom Arlond gitu lohh~, paporit bgt! (Treak ala FG).

Gomen ya ceritany Gaje gila, ga nyambung, Typo masih selalu aja setia menemani dhiya kemana pun dhiya pergi (emang nya body guard apa?). Untuk komponen robot yang dijelaskan Shikamaru, itu komponen robot line follower sebenernya. Dhiya obrak-abrik dikit tuu komponen jadi pas ama robot versi dhiya di I ROBOT ini, hehe. Untuk peran Sasuke, adakah yang tau berperan jadi apa dia disini?