"Berhenti mengikutiku," gadis itu mendesis tak suka sembari menatap nyalang suasana sepi yang tergambar di depannya. Seperti menunggu kemunculan sosok lain di sekitar apartemen miliknya.
Merasa ucapannya tak ada tanggapan, ia berbalik badan untuk meneruskan langkahnya memasuki rumah.
Clek.
"Permintaanku masih sama seperti dulu, Sakura."
Kalimat itulah yang menyambutnya ketika memasuki teritorial pribadinya. Haruno Sakura namanya, memicing tak suka pada sosok pemuda yang duduk di sofa ruang tamu apartemennya.
"Aku tidak tertarik melahirkan anakmu, Uchiha Sasuke," geramnya tertahan.
.
.
Naruto: Masashi Kishimoto
.
.
Permintaan
.
.
"Kalau kau tak mau diminta baik-baik, dengan terpaksa aku memaksamu, Haruno Sakura!"
Dua tubuh tersebut terhempas di sebuah ranjang yang lagi-lagi berderit karena ulah mereka. Kedua mata tersebut saling menatap nyalang penuh napsu. Berusaha saling mengungguli satu sama lain. Meskipun sang gadis berusaha berontak atas tubuhnya namun pengaruh Mangekyou Sharingan pemuda tersebut sulit ia tangkal. Tubuhnya mulai kehilangan kendali ketika kuku-kuku runcing tersebut mengoyak pakaiannya tak tersisa sebelum membuat ruam-ruam di area tubuhnya. Ia awalnya masih berusaha bersabar atas sikap pemuda klan Uchiha itu yang seenaknya, namun tindakan pemuda Uchiha tak bisa ditoleransi sekarang. Aliran darah yang semula bergerak tenang kini berubah sebaliknya, darah merah yang ada di dalam tubuhnya mendidih ketika bola mata hijau emeraldnya berubah semerah darah. Tiga titik tomoe tersebut berputar semakin cepat. Membuat Uchiha Sasuke terpental dari tubuhnya.
"Berani sekali kau menyentuhku, Uchiha Sasuke!" Haruno Sakura menuding penuh amarah pada tubuh yang terhempas pada salah satu dinding kamarnya. Tubuh polosnya menguar aura hitam beserta dua taring muncul pada giginya.
Tiga tomoe milik Sasuke kembali perbutar cepat sebelum mengembalikan nuansa hitam pada bola matanya. Ia memicing tak percaya apa yang ditampilkan oleh gadis yang selama ini ia inginkan.
"Sharingan Uchiha, eh?" Ia mencemoh sembari bangkit dari duduknya. Meludah pada udara ia menyeret tubuhnya mendekati Sakura.
Gadis misterius tersebut menaikkan alis tak suka, namun tak menunjukkan reaksi apapun ketika tubuh Sasuke menempel pada tubuhnya. Mata merah milik Sakura tersebut menatap Sasuke yang tengah menyeringai. Bersamaan dengan Sharingan miliknya yang tengah ia pamerkan, tubuh gadis itu ia peluk.
Uchiha Sasuke menyernyit bingung ketika tak mendapati nada-nada dari jantung gadis Haruno tersebut. Jantung itu mati seperti miliknya. Bahkan, Sasuke yakin beberapa menit yang lalu ia masih merasakan irama indah dari jantung Sakura.
Keduanya kembali saling menatap. Seakan mengerti tindak tanduk dari pemuda yang masih melingkarkan kedua lengannya pada tubuh miliknya, Sakura mengambil jemari pemuda tersebut, meletakkan tepat dimana jantungnya berada.
"Aku mati juga sepertimu, Uchiha." Ia berusaha melepaskan kukuhan pemuda tersebut, "Jadi berhentilah mengangguku, dan carilah manusia yang rela mengandung anakmu," tuturnya.
Uchiha Sasuke mematung tak percaya. Benarkah selama ini intuisinya salah. Ia sepenuhnya yakin gadis itulah ratunya, manusia yang akan melahirkan keturunannya. Namun sekarang, misteri itu terkuak sudah. Ia mati. Haruno Sakura vampir, bukan manusia seperti yang ia ketahui.
Detak jantung. Aroma manusia. Dan segala polah tingkah manusia pada diri gadis itu ternyata hanyalan kamuflase semata. Topeng identitas untuk bertahan hidup di dunia manusia. Haruskah ia mundur sukarela setelah tahu apa yang ia yakini adalah kebohongan semata.
Haruno Sakura berjalan menyingkir dari Sasuke. Gadis bernuansa merah muda itu membuka lemari untuk mencari pakaian. Sedikit, tatapannya terfokus pada pemuda yang kini menundukkan kepala. Sakura paham Sasuke kecewa dengan semua ini, namun, mau dikata apa ketika Sasuke bersikeras terhadapnya membuat segala topeng manusianya lenyap. Ia kembali menjadi mayat hidup, dan butuh darah manusia langsung untuk membuat tubuhnya kembali menjadi seperti manusia. Itulah kemampuan yang ia wariskan dari sang ayahanda. Ketika taring miliknya menancap pada tubuh korbannya, Sakura akan menyerap segala kemampuan yang dimilikinya. Kekuatan untuk bertahan hidup maupun mengubah struktur tubuhnya menjadi manusia, meskipun tak bisa seutuhnya. Ia masih membutuhkan darah kala bulan bersinar terang layaknya seorang vampir.
"Pulanglah kembali ke Klanmu, Sasuke, dan lupakan kau pernah bertemu vampir sepertiku," pinta Sakura kemudian.
Uchiha Sasuke mendongak mendengar penuturan Sakura. Kedua alisnya tertaut bersamaan dengan kedua bola matanya yang kembali memerah. Mangekyou Sharingan kembali menjadi mata yang menatap Haruno Sakura.
Gadis Haruno tersebut menatap balik lawan bicaranya. Merasa tak gentar dengan aura gelap yang ditampilkan Sasuke, "Pergilah," katanya lagi.
Sasuke menggeram tertahan, "Darimana kau mendapatkan kekuatan mata itu, Haruno?" ujarnya dingin.
"Aku tak menyangka kau hobi mengganggu privasiku, eh, Sasuke?"
Lagi-lagi, aura persaingan menguar dari kedua kubu yang saling berhadapan. Sakura bahkan hanya mendelik tak terima ketika tangan Sasuke dengan cepat mencengeram lehernya.
"Katakan, atau kau mati," ancam Sasuke.
Sakura tersenyum simpul, dengan perlahan mengenggam jemari Sasuke yang mencengkram lehernya kasar, "Aku sudah berjanji untuk tak mengatakan pada siapapun, Sasuke," senyum itu menghilang menjadikan sebuah tatapan kosong.
"Jangan bercanda, Haruno!" bentak Sasuke tak terima.
Sebenarnya ia bisa saja melawan Sasuke, akan tetapi ia tak mau terikat masalah dengan klan penguasa kerajaan vampir. Setelah sekian lama ia berusaha mengucilkan diri dari komunitasnya, dan sekarang, sikap tak sabaran Uchiha di depannya membuat Sakura mau tak mau mengungkap masa lalunya.
"Ini tentang Uchiha Itachi..."
Dan Uchiha Sasuke menegang.
Itachi. Sang pewaris asli tahta kerajaan vampir yang telah tiada.
Siapa gadis ini sebenarnya?
.
Bersambung
.
.
Seorang teman menantang saya apakah saya bisa membuat alur cerita tanpa pwp mendominasi isi fic. Dan inilah hasilnya, meskipun saya tak biasa membuang jauh-jauh isitilah rate M tapi saya berusaha menjadikan adegan lemon sebagai penggenap isi ceritanya. Entah kenapa tangan saya begitu gemas memasang rate m di fic ini, tapi tenang saja adegannya tidak eksplisit kok. Terima kasih sudah membaca.
