Netta : hallo..hallo.. minnaa~ Netta kembali dan membawakan sebuah FanFic di Fandom tercinta ini.. Dengan judul yang tertera di layar kaca anda (?). Gak, maksudnya judulnya "The Singer and The Writer". Dan kali Pairnya adalah Len x Rin.
Len : hikss...
Netta : kenapa Len?
Rin : kayaknya dia lagi galau nih..
Len : e..enggak kok, Rin!
Netta : Ya udah. Len! Rin! Baca disclimer dan warning!
Len + Rin : aye..aye..captain!
Disclimer : Netta gak akan punya Vocaloid. Karena Vocaloid selalu menjadi milik Yamaha Corporation, kalo Netta punya Vocaloid, pasti fandom ini bakal terisi dengan Romance, Tragedy, Horror, Hurt/Comform, dan Crime.
Warning : typo, gaje, gak nyambung, mungkin endingnya aneh, OOC, OOD(?)..
Len + Rin : udah!
Netta : ok..ok.. Check this out! Dan sekali lagi gomen jika ada banyak tulisan yang salah.
Keterangan :
"Abc" = berbicara biasa.
"Abc" = ngomong bahasa asing (selain Indonesia).
'Abc' = judul sebuah lagu atau ungkapan.
'Abc' = perkataan dalam hati.
'Abc' pernyataan lampau.
"Abc" = penekan kata/kalimat.
The Singer and The Writer
Chapter 1 : Pertemuan Pertama
"KYAAA!"
"LEN-KUN! MENIKAHLAH DENGANKUU!"
"JADILAH PACARKU!"
"JANGAN MIMISAN SEKARANG! KYAA!"
Teriakan-teriakan itulah yang setiap hari didengar oleh artis ngetop kita yang satu ini. Laki-laki bersurai honey-blonde yang diikat ponytail, beriris aquamarine, yang berparas shota~ralat~tampan. Siapa lagi kalau bukan Len Kagamine. Dia adalah artis terkenal dalam bidang menyanyi yang berusia 17 tahun. Dia mulai menjejakkan kakinya didunia hiburan saat usianya 13 tahun dalam acara tahunan sekolahnya. Dia memiliki seorang manager bernama Gumiya Carrot~ralat~Gumiya Megpoid maksudnya. Sepanjang karirnya, dia telah merilis 3 album yang masing-masing minimal berisikan 8 buah lagu.
Tahun ini pada bulan December, Len Kagamine menggelar konser di Amerika yang bertajuk "Len Kagamine American Live Concert" di kota Washington DC, Amerika Serikat. Biasanya penjualan tiket akan dibuka satu bulan sebelum konser akan dimulai. Dan kalau sudah seperti itu, sifat seorang Len yang biasanya dingin, cuek, dan pemalas akan berubah menjadi seorang yang pekerja keras, tidak pantang menyerah. Biasanya setiap Len mengadakan konser, sampai-sampai saat Len datang ke tempat penyelenggaraan konser menggunakan limousine pribadi miliknya. Biasanya juga, saat diperjalanan, dia dikawal oleh kepolisian Washington DC agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Setelah Len sampai, dia langsung dikerumuni para fansnya seperti gula yang dikerumuni semut. Kenapa jadi masuk pelajaran (?).
Ditempat lain, seorang gadis cantik bersurai honey-blonde dan digerai, bermanik aquamarine, berparas ayu, dan memakai pita putih besar sedang berada disebuah toko buku dan dia sibuk menandatangani banyak buku yang telah dibeli. Yah, dia adalah seorang penulis terkenal didunia yang bernama Rin Clarissa. Dia adalah blasteran Inggris dan Jepang. Dia baru saja merilis bukunya yang berjudul 'My Love' di RinLand Book Shop, sebuah toko buku ternama. Ayah Rin adalah orang Inggris dan Ibunya adalah orang Jepang. Dan Rin adalah pemilik toko buku ini. Dulu, Rin adalah seorang yang tidak berkecukupan. Semenjak Rin masuk didunia tulis dan bertemu Shion Kaiko, Rin menjadi orang yang berkecukupan.
"RIN! RIN!"
"GYAA! BUKU KARANGANNYA MEMANG BAGUS SEKALI!"
"AKU SANGAT MENGIDOLAKANNYAA!"
"JADIKAN AKU SEPERTIMU RIN-CHAN!"
Inilah yang didengar oleh seorang Rin Clarissa saat dia merilis buku barunya. Berawal dari sekedar hobi dan membawanya ke pintu kesuksesan. Rin ini baru berusia 17 tahun. Berkarir sejak usia 12 tahun. Mempunyai seorang sahabat yang bernama Kaiko Shion seorang penyanyi sekaligus adik dari aktor terkenal, Kaito Shion yang berpacaran dengan penyanyi sekaligus aktris, Luka Megurine.
Len POV
"Len-kun, Mau kemana sekarang? Ini baru jam 1 siang," kata managerku, Gumiya.
"Mungkin mengunjungi toko buku?" usulku.
"Boleh-boleh, dan segera pakai penyamaranmu," kata Gumiya lagi.
Yah, seperti inilah kehidupan seorang artis terkenal sepertiku. Aku selalu memakai penyamarannya jika keluar dari apartmentku yang sangat besar. Jika aku keluar tanpa memakai penyamaran, dijamin aku akan dikeroyok oleh para fangirls-ku. Aku juga memakai wig berwarna coklat tua, kacamata hitam, dan topi yang menutupi wajahku. Aku hanya memakai baju sebuah kaus oblong, celana, dan sepatu bermerek. Semetara Gumiya dengan santainya hanya memakai baju biasa saja tanpa penyamaran.
Setelah kami berdua selesai 'berdandan', kami berdua langsung keluar dari apartment dan memasuki lahan parkir apartment. Aku dan Gumiya menaiki mobil sport milikku bermerek Mustang GT berwarna hitam dan putih. Kami menuju RinLand Book Shop. Diperjalanan tidak ada yang membuka suara. Hanya suara lagu milik Owl City yang berjudul 'The Christmas Song' yang memecah keheningan. Aku 'pun ikut bernyanyi mengikuti lagu itu. Dan mengingat bahwa sebentar lagi natal akan tiba.
"I don't have anyone at home, to talk to..
..And you don't have anything to do..
..So I'll spend my Christmas with you..
...
I believe, that Jesus it's truly the only way..
..I celebrate, Christmas because it His birthday.."
"Makin hari suaramu makin bagus saja," puji Gumiya.
"Iya donk.. Siapa dulu, Len Kagamine si tampan dan berbakat." Aku menekankan kata tampan dan berbakat.
Setelah 30 menit menempuh perjalanan mereka sampai ditoko buku yang dimaksud. Aku dan Gumiya melihat toko buku yang lumayan ramai, apalagi disisi sebelah kanan. Aku tidak mempedulikannya dan berjalan-jalan disekeliling buku-buku bagus dan pastinya best-seller. 15 menit berlangsung, aku mulai penasaran apa yang terjadi ditempat yang ramai itu. Aku pergi meninggalkan Gumiya yang masih sibuk dengan buku masak tentang cara membuat berbagai bahan masakan berbahan dasar wortel. Nih manager satu gilanya wortel aja (*author facepalm*).
Aku langsung menuju ketempat paling depan dan berdiri disamping meja tempat sang penulis sedang duduk. Aku melihat dan membaca summary cerita itu. Aku memerhatikannya dengan seksama. Hingga sang penulis sadar dan mengengok kesebelah dan mendapati seorang pemuda yang lumayan tampan sepertiku. (Author : pede amat kamu Len.. | Len : iya donk..)
Tanpa kuketahui, penulis yang bernama Rin Clarissa bertekad untuk menjadikan ceritanya yang terbaik. Dia paling tidak suka jika ada orang yang mengina reputasinya, merendahkan ceritanya yang sudah susah payah dia buat.
"Hmm... Judulnya 'My Love' yaa..." gumamku.
Sekarang kita sapa dia Rin saja. Rin sepertinya terus memperhatikanku yang membaca summary ceritanya. Dia melihatku seperti menghayati sekali.
"Hmm... Ceritanya jelek, aneh, bikin orang gak minat baca," kataku dengan nada merendahkan.
Rin langsung tersontak mendengar pernyataanku. Aku belum tahu kalau Rin itu gak suka orang yang merendahkan ceritanya. Rin 'pun terpancing emosinya. Dan akhirnya...
BRAK!
Rin menggebrak meja yang ada didepannya dan men-deathglare-ku. Aku hanya membalas dengan tatapan malas. Gumiya yang terkejut langsung menengok kearahku dan Rin. Rin menunjuk-nunjuk wajahku dengan jari telunjukkan.
"Apa hak anda mengomentari buku saya sebelum anda membaca semuanya?" tanya Rin dengan men-deathglare-ku.
"Owh.. Jadi anda yang namanya Rin Clarissa?"
"Iya! Saya Rin Clarissa!"
"Buku anda tidak bagus, summary-nya aja aneh banget."
"Anda ini pasti pelawak yang bertampang shota, heh?" ejek Rin.
Oh.. Aku belum memberitahu ya? Aku paling benci jika orang lain menyebutku dengan shota. Aku inikan keren, tampan, cool, dan shota~ralat~tidak shota. Dan kali ini ada seorang wanita yang menurutku cantik, imut, u- eh? Coret tiga hal tadi! Coret! Maksudku judes, mengata-ngatai aku dengan sebutan shota. Aku 'pun juga ikut terpancing emosi.
"Aku, shota? Gak mungkin ya.. Aku yang keren, cakep, kaya raya gini, shota? Heh.. Gak mungkin ya," kataku sambil menunjuk-nunjuk kepalanya.
"Owh.. Kalo begitu apakah kamu yang keren, cakep, dan kaya raya ini gak bisa menghargai orang dan mempedulikan orang ya?"
JLEB!
Serasa ada panah yang menancap dijantungku. Akhirnya dengan kesal kubuka penyamaranku ditempat itu. Kubuka topi, wig, dan yang terakhir kacamataku. Aku memperlihatkan rambut emasku kepada semua orang. Aku ingin membuatnya tercengang dengan kehadiran artis profesional disini. Namun, dari raut wajahnya dia biasa-biasa aja. Malah dia menanggapi dengan malas.
"Ohh.. Kamu artis yang kata orang berbakat itu ya? Siapa namanya ya.. Len..Len Kagane ya?" tanyanya dengan merendahkanku.
"Len Kagamine! Aku, Len Kagamine!" teriakku dengan cukup kencang.
"Ooo.. Jadi kamu itu Len Kagamine, penyanyi yang berbakat itu. Alah.. Yang orang katakan keren, ramah, dan baik. Giliran disini mah, kebalikannya!" Dia menekankan kata terakhirnya dan membuatku emosi.
"Ap-"
"Udah gak usah banyak ngomong ya! Mendingan kamu itu pergi aja deh! Sana-sana.. Gak usah dateng lagi!" kata Rin dengan nada marah dan mengancam.
"Emang kamu itu siapa? Pemilik toko buku ini?" Aku bertanya dengan asal.
"Iya! Saya pemilik toko buku ini! RinLand Book Shop!" katanya.
"Kau gak bisa liat? RinLand Book Shop. Itu 'kan diambil dari namaku, Rin Clarissa. Kau ini bodoh atau apa sih?" tambahnya.
"Aku malas berdebat denganmu, jadi terserahmu saja. Dan aku akan membalas dendam kepadamu," acamku.
"Aku tidak takut denganmu, pervert," jawabnya.
"Ayo Gumiya, kita pulang saja. Moodku sudah hilang akibat gadis itu," kataku sambil menarik tangan Gumiya dan melesat pergi.
Rin POV
Siapa tuh cowo, kurang ajar bener.. mentang-mentang dia artis terkenal bisa seenaknya gitu sama aku. Oiyaa.. kalian udah tau ya siapa aku? Penjelasaannya ada diatas, tapi susah ngelihatnya ya? Ok.. Aku Rin Clarissa, umur 17 tahun. Aku udah gak sekolah lagi semenjak aku menjadi seorang penulis. Aku selalu disibukkan dengan kegiatan-kegiatan menulisku. Dan ngomong-ngomong, kedua orang tuaku sudah meninggal saat aku berumur 9 tahun, dan aku tinggal dipanti asuhan selama 3 tahun. Saat aku mulai menjejakkan kaki didunia penulisan, aku tidak tinggal dipanti asuhan, melainkan diapartment mewah yang diberikan oleh sahabatku Kaiko Shion. Dialah yang membantuku dalam karir menulisku saat ini.
Dan hari ini hari peluncuran buku terburukku dalam sejarah karirku di dunia penulisan. Oiya.. Tentang toko buku, itu sebenarnya adalah sebuah rumah yang dulu aku tinggali dan berukuran kecil. Lalu, Kaiko yang mengetahui niatku menjadi penulis, membantuku mendirikan sebuah toko buku dengan uangnya, namun aku tetap membantunya. Dan jadilah RinLand Book Shop, sebuah toko buku yang lumayan besar, karena rumah itu telah direnovasi. Kembali ke pemuda tadi, aku harus membalaskan dendamku namun dengan cara yang logis tentunya.
Aku langsung mengubris hal yang tadi menimpaku dan kembali melayani permintaan tanda tangan dariku. Untung dalam waktu satu jam semuanya sudah selesai. Aku terduduk lemas dan melihat semua orang yang sudah selesai pergi dan tersenyum. Aku bangga sekali, jika para penggemar bukuku bisa tersenyum bahagia. Kaiko, Kaitonii, dan Lukanee baru saja tiba dan langsung menghampiri meja tempat aku berada. Mereka bertiga menyapaku dengan hangatnya.
"Rin-chan!" Kaiko langsung mengampiriku dan menepuk pundakku.
"Hei, Kaiko-chan, Lukanee, dan Kaitonii," sapaku.
"Udah selesai, Rin?" Lukanee bertanya kepadaku.
"Udah nee-chan," jawabku dengan ramah.
"Makan siang yuk, udah jam setengah 3 nih.. Rin udah makan?" tanya Kaitonii.
"Kebetulan, Rin belum makan. Ya udah mau makan dimana? Rin traktir deh," kataku.
"Wah kebetulan, Rin-chan mau traktir kita-kita yang kece badai ini. Hahaha," kata Kaiko menggodaku.
"Hahaha... Iya tuh setuju." Lukanee dan Kaitonii bersamaan.
"Aku tau restoran terkenal disini. Ayo kita pergi," kataku.
"Ok! Capcus..."
Kaitonii dan Kaiko bertingkah seperti banci. Kalau Kaiko sih memang cewe ya. Sementara, aku dan Lukanee yang melihat tingkah mereka berdua hanya bisa facepalm dan pergi melesat meninggalkan mereka yang masih bertingkah kayak banci dikejar hansip (?).
Normal POV
Akhirnya, Rin mengajak Kaiko, Kaiko, dan Luka kesebuah restoran yang terkenal dengan masakan Italia-nya. Kaiko dan Kaito yang ndeso hanya bisa cenga-cengo melihat restoran yang menyediakan makanan yang belum pernah mereka makan. Kalau Rin dan Luka sih udah biasa. Karena, Rin 'kan tinggal di Amerika, dia pasti sudah pernah donk merasakan masakan Italia. Kalau Luka, dia keturunan Italia dan Jepang pastinya dia pernah mencicipi makanan Italia. Dan kata Rin sih, ini restoran yang belum lama buka dan cuma ada satu di Jepang. Setiap negara hanya ada satu restoran Italia yang satu ini. Pastinya, Kaito dan Kaiko langsung memasang tampang bangga.
"Selamat datang direstoran kami," sapa salah seorang pelayan berambut putih dan bermata biru keunguan.
"Hakunee, terima kasih. Aku pesan meja untuk 4 orang."
"Baik silakan lewat sini," Haku menunjukkan tempat yang kosong dan berkursi 4 orang.
"Silakan duduk," tambahnya.
Mereka berempat 'pun duduk ditempat yang tepat. Kaito dengan Luka depan-depanan, Kaiko dan Rin depan-depanan. Seorang pelayan lain datang dan menanyakan pesannan. Rin mengisyaratkan teman-temannya kecuali Luka untuk diam saja.
"Mau pesan apa?" tanya si pelayan sambil mengeluarkan I-Phone-nya untuk menulis pesanan.
"Aku Beef Spaghetti aja deh," kata Rin.
"Saya ikut gadis ini," kata Kaiko menunjuk Rin.
"Aku Peperoni Cheese Spaghetti," kata Luka.
"Saya ikut gadis ini," kata Kaito menunjuk Luka.
"Minumnya?" tanya sang pelayan.
"Italian Red Soda empat," jawab Rin.
"Baiklah, ditunggu ya 15 menit akan dihidangkan," kata pelayan membungkuk dan melangkah pergi.
Setelah 15 menit berlalu, semua hidangan telah tersedia dimeja. Mereka memakannya dengan formal (min Kaito dan Kaiko). Kaito dan Kaiko kayak orang rakus dan sepertinya membuat malu Rin dan Luka yang dari tadi bercengo ria melihat tingkah dua orang makhluk asing ini. Mereka hanya menahan tawa demi reputasi mereka sebagai orang terkenal. Dan ngomong-ngomong, Kaiko adalah seorang penyanyi.
Sementara ditempat lain, dua orang makhluk sedang duduk-duduk santai disebuah apartment besar. Siapa lagi kalo bukan Len Kagamine dan Gumiya Megpoid. Ya, Len sekarang sedang kehilangan moodnya akibat bertengkar dengan gadis yang ditemuinya ditoko buku. Len sekarang hanya tidur-tiduran diranjangnya. Dia masih memikirkan gadis yang ditemuinya ditoko buku. Len bukan memikirkan bahwa gadis yang ditemuinya itu cantik atau apa, dia memikirkan cara untuk membalas dendam. Gumiya yang dari tadi melihat Len hanya bisa cengo mode : on.
"Len! Kamu ngapain?" tanya Gumiya
"Lagi mikir," jawab Len datar.
"Mikir buat apa?" tanya Gumiya dengan wajah innocent miliknya.
"Mikir buat balas dendam," jawab Len dengan wajah datar.
"Balas dendam kepada siapa?" tanya Gumiya lagi.
"Balas dendam ke cewe yang kita temuin ditoko buku," jawab Len dengan nada marah.
"Apa ya-"
"STOP! Jangan ngomong terus!" bentak Len yang membuat di alamat diam 1.000.000 bahasa (emang ada diam 1.000.000 bahasa? Bahasa kita 'kan gak sebanyak itu.
"Aku harus kasih dia pelajaran yang lebih parah," kata Len sambil ber-smirk-ria.
Setelah berpikir agak lama, akhirnya dia tersenyum puas. Mungkin dia mendapatkan sebuah ide untuk membuat seorang Rin Clarissa kapok akan perbuatannya dan tidak mengata-ngatai Len dengan sebutan shota. Sebuah lampu bohlam yang entah dapat dari mana muncul diatas kepala Len. Len langsung berganti alas kaki dari sendal apartment menjadi sepatu sport miliknya dan pergi meninggalkan Gumiya yang masih ber-cengo-ria. Len langsung menaiki mobilnya dan pergi kesebuah tempat.
Pada jam 5 sore, Rin dkk. telah kembali ke toko buku Rin. Kaiko, Kaito, dan Luka 'pun izin untuk pulang ke habitat masing-masing~ralat~ke rumah masing-masing. Setelah acara berpamitan, mereka bertiga 'pun meninggalkan toko buku Rin. Rin yang bertugas ditemani oleh pegawai-pegawainya hanya bisa duduk di meja yang tadi dipakai olehnya untuk menanda-tangani bukunya. Dia memikirkan masa lalunya yang kelam bersama sang ayah.
'Tou-san! Jangan tinggalkan aku!' teriak seorang gadis kecil berusia 5 tahun.
'Kau bukan anakku! Mati sajalah kau!' jawab seorang bapak yang kira-kira berusia 40 tahun.
'Tou-san! Jangan tinggalkan aku! Apa salahku, Tou-san?' teriak anak itu lagi.
'Kau bukan anakku! Kau adalah anak haram! Pergi kau! KUBILANG PERGI DARI HADAPANKU!' jawab bapak itu sambil mengeluarkan sebuah pisau yang tidak disadari oleh gadis kecil itu.
'Aku tidak akan pergi! Aku mau bersama Tou-san!' gadis kecil itu tetap bersikeras tidak ingin pergi.
JLEB!
'AAARRRGGGHHH! SAKIT TOU-SAN!'
Sang bapak menancapkan pisau dapur ke kaki gadis kecil yang ternyata adalah anaknya. Tapi kata sang bapak, gadis kecil itu hanyalah anak haram dari hasil perselingkuhan sang ayah dengan wanita lain selain sang ibu. Ibu tiri baik yang menikah dengan ayahnya telah meninggal dunia. Sementara ibu kandung yang tidak menikah dengan ayahnya akan pergi bersama sang ayah dan meninggalkan gadis yang bernama Rin ini sendirian di Jepang.
Tiba-tiba tak terasa air mata Rin berjatuhan dimeja. Rin membenamkan wajahnya didalam meja dan memejamkan mata, meresapkan semua kejadian itu. Rin tidak menyadari bahwa sebuah mobil hitam berhenti dan sang pemilik turun dari mobil dan menghampiri Rin. Rin merasa ada tangan seseorang yang hangat memegang tanganya. Saat dia menoleh, dia melihat seorang laki-laki bersurai honey-blonde yang tak lain dan tak bukan seorang Len Kagamine. Rin tersontak lalu membiarkan dirinya ditarik oleh Len.
'Aku akan membalaskan dendamku kepadamu! Hahaha,' kata Len dalam hatinya.
Dia tidak melihat mata Rin yang sembab akibat menangis. Rin hanya mengeluarkan 2 tetes air mata saja, sehingga Len tidak akan melihat bahwa Rin menangis. Dan Rin sangat bersyukur atas itu semua. Namun, Rin masih belum tahu apa tujuan Len membawa Rin dengan mobilnya.
"Untuk apa kau membawaku kesini, shota?" tanya Rin.
"Mengajakmu berjalan-jalan," jawab Len dengan santainya.
"Aku tidak mau dan cepat turunkan aku," kata Rin dengan datar.
"Tidak. Tidak akan, sayang," jawab Len.
"Terserah apa katamu saja, pervert," kata Rin yang tak lama kemudian tertidur pulas.
Rin memang tidak mau bertengkar dengan lelaki disebelahnya. Dia tidak mau tahu jika dia dibawa kemana dan dia memutuskan untuk tertidur saja. Setelah beberapa lama, Len sampai disebuah restoran yang telah ia janjikan dengan para wartawan dari berbagai macam stasiun televisi. Len turun dari mobil dan dikepung oleh para fans-nya namun dijaga ketat oleh pagar pembatas dan para bodyguard. Len tidak berniat untuk membangunkan Rin yang tertidur pulas. Len langsung berdiri di depan pintu restoran dan mulai berbicara.
"Saya ingin mengumumkan kepada semua yang hadir disini, baik para wartawan maupun fans saya."
Tepat sebelum Len ingin berbicara selanjutnya, Rin terbangun dan keluar dari mobil milik Len. Gadis cantik ini terbangun karena jeritan para fans dari Len Kagamine. Rin langsung keluar dari mobil dan menghampiri Len. Len yang melihat Rin tersenyum dengan hangat.
"Sayang!" panggil Len.
Rin tidak menghiraukan panggilan Len dan langsung mendekat. Wajah Rin menjadi pucat pasi. Len yang melihat Rin seperti itu hanya bisa ngakak di dalam hati.
"Kau kenapa sayang? Sakit ya? Mau ke rumah sakit?" tanya Len dengan wajah hangat dan melingkarkan tangannya dipinggang Rin.
"T..Tidak... aku t..tidak ap..apa-a..apa," kata Rin tergagap dengan wajah bertambah pucat.
"Siapa gadis itu?"
"Apa hubunganmu dengan gadis itu?"
"Apakah dia kekasihmu?"
"Dia...pacarku dan bulan depan kami akan bertunangan," jawab Len sambil tersenyum dan menatap Rin.
Alhasil, Rin yang menyadari itu langsung ambruk dipelukkan Len. Sementara Len hanya memasang wajah pura-pura khawatir. Padahal didalam hatinya, dia bersorak gembira.
'Terima itu, gadis picik.'
To Be Continue...
Netta : bagaimana minna hasil kerja kerasku? Sudah dua bulan ini cerita kagak selesai-selesai, dan akhirnya bisa terselesaikan jugaa...
Len : baguslah...
Rin : aku? Tunangan dengan Len? Gak akan pernah ya.. dasar author baka! *marah-marah*
Netta : kalian berdua itu sudah ditakdirkan... jadi terima saja apa adanyaa... *senyum-senyum GaJe*
Len : aku setuju dengan itu..
Rin : terima apa adanya yaa... *bawa RoadRoller* rasakan ini!
Netta + Len : *kabur* GYAAAA!
Gumiya : Rn'R minna?
R
E
V
I
E
W
.
V
