Naruto © Masashi Kishimoto

Story © Alodia Cho

Warning: AU, OOC, Mainstream story, Typo(s) etc

Genre: Romance/ Friendship/ Hurt/Comfort and maybe a little bit humor(?)

Rate: T

Main pair: SasuSaku X NaruSaku—SasuNaru(?).

.

.

.

My New Neighbour

.

.

.

Haruno Sakura. Gadis manis berambut merah muda seperti warna bunga kebanggaan jepang itu nampak menguap beberapa kali. Sesekali kelopak matanya tertutup lama dan terbuka kembali secara tiba-tiba. Kepala gadis itu pun kadang-kadang oleng dan mungkin bisa saja sewaktu-waktu akan jatuh membentur meja.

Jika dilihat dari kondisinya sekarang, sudah dapat dipastikan seratus persen bahwa gadis itu sedang terserang rasa mengantuk yang luar biasa. Yah, tentu saja mengingat bahwa gadis yang baru duduk di bangku kelas 2 Konoha Senior High School itu kini sekarang sedang belajar pelajaran Sejarah di kelasnya. Dan sudah menjadi rahasia umum kalau gadis itu sangat membenci pelajaran Sejarah.

Sudah membosankan, bikin ngantuk pula. Orang waras mana coba yang mau belajar sejarah bangsa Jepang di negeri Jepang sendiri. Orang gila saja tidak mau! Begitu pikir gadis itu kalau misalnya ditanya pendapatnya tentang pelajaran sejarah.

Mendadak sebuah kertas bergumpal mendarat di atas mejanya, membuat Sakura sedikit tersentak kaget. Dengan malas dan mata yang memerah karna mengantuk, gadis itu mulai membuka gumpalan kertas tadi dan mulai membaca tulisan yang berada di dalamnya.

Hei, jidat! aku sudah bawa barangnya hari ini! Nanti saat jam istirahat akan aku berikan padamu! Sumpah! Barang yang ini lebih hebat daripada yang kemarin. Aku bahkan sampai tidak bisa tidur!

Bola mata Sakura yang berwarna hijau itu langsung melebar saat membaca sederet kalimat di kertas itu.

Brak!

"Be-BENARKAH?!" tanpa sadar Sakura berteriak sambil berdiri di kursinya, tidak lupa kedua tangannya memukul meja kelewat semangat. Lima detik berlalu dalam keheningan, dan gadis itu pun baru menyadari kalau seisi kelas sedang memandangnya.

"Haruno Sakura! Kalau kau tak mau belajar di mata pelajaranku, silahkan keluar!" bentakkan yang berasal dari guru Sejarahnya itu langsung membuat Sakura memucat.

"A-aa tidak… maafkan aku, sensei," dengan gerakkan kaku, gadis itu pun kembali duduk di kursinya. Samar-samar di belakang, ia mendengar suara cekikikan yang ia yakini pasti berasal dari si pengirim surat sekaligus sahabatnya itu.

'Ughh… Ino sialan!' batinnya.

.

.

.

xXx

.

.

.

"Heh! Ino-pig! Kau mau mati di tanganku ya!" begitu bel istirahat berbunyi, Sakura langsung menghampiri meja Ino, sahabatnya dengan wajah murka.

Bukannya merasa takut, Ino justru tertawa geli.

"Ayolah, Sakura. Kau masih marah karna kejadian tadi? Hei, itu sama sekali bukan salahku. Salahmu sendiri yang berteriak saat pelajaran Sejarah tadi," mendengar kata-kata Ino itu, Sakura mengerucutkan bibirnya kesal. Yah, memang benar sih yang dikatakan sahabatnya itu. Tapi tetap saja itu bukan sepenuhnya kesalahannya. Bagaimana pun juga sahabatnya itu juga ikut terlibat.

"Uhh… tetap saja ini salahmu. Kalau kau tidak memberiku surat, aku pasti tidak akan—"

"Ah!" jeritan Ino langsung memotong kata-kata Sakura. "Sakura, ayo ikut aku!" sambil menarik tangan Sakura, Ino mengambil tasnya. Kemudian gadis itu menyeret Sakura ke pojokkan kelas paling belakang.

"Sakura, aku sudah bawa barangnya. Kau jangan kaget, ya!" dengan senyum evil, Ino mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dan terpampanglah sebuah manga atau yang lebih dikenal dengan nama komik jepang. Dan komik yang dipegang Ino itu bukanlah sembarangan komik, melainkan komik ber-genre Yaoi 18+.

Mata Sakura langsung melebar, cepat-cepat diambilnya komik itu agar tidak dilihat oleh yang lain.

"Ino, dari mana kau dapatkan komik ini?" pertanyaan Sakura itu disertai dengan wajah yang berbinar. Ino yang mendengarnya langsung tersenyum lebar.

"Tentu saja aku membelinya lewat online. Asal kau tau saja, cerita komik ini benar-benar sangat hebat! Aku bahkan tidak tidur semalaman karna asyik membacanya berulang-ulang. Kau harus membacanya Sakura! Isi ceritanya benar-benar hot sekali!"

"Terima kasih, Ino. Aku akan mengembalikan komik ini secepatnya, setelah aku selesai membacanya!"

Jika ingin dijelaskan secara lebih terperinci, komik yaoi itu sebenarnya hanyalah komik percintaan biasa. Yang menjadikannya tidak biasa adalah karna komik itu membahas tentang percintaan sesama laki-laki, alias gay. Sedangkan sebutan untuk orang yang menyukai yaoi adalah Fujoshi. Jadi wajar saja kalau kedua gadis itu bisa bersahabat sangat dekat, mengingat mereka berdua sama-sama mempunyai kesamaan hobi yang err—unik, kalau tidak mau dibilang aneh.

"Astaga, Jidat! Coba lihat, ketua kelas dan wakil ketua kelas kita datang! Ahh… mereka benar-benar sangat romantis!" seru Ino sambil menunjuk kedua laki-laki yang baru memasuki kelas sambil dengan membawa setumpuk buku. Nara Shikamaru si ketua kelas dan Inuzuka Kiba wakilnya.

"Ah, andai saja mereka benar-benar gay," timpal Sakura sambil tetap memperhatikan Shikamaru dan Kiba.

Di depan kelas, terlihat Shikamaru yang meletakkan buku-buku yang baru dibawanya itu ke atas meja guru. Kemudian laki-laki itu berbalik mengambil buku-buku yang ada ditangan kiba karna ia terlihat kesusahan membawanya. Shikamaru pun terlihat mengatakan sesuatu entah apa, yang jelas Kiba yang mendengarnya langsung memukul bahu laki-laki itu.

Di belakang kelas, Sakura dan Ino saling menatap penuh arti.

"Hei, Sakura. Kalau boleh aku tebak, aku yakin Shikamaru tadi bilang," jeda. Ino berdehem pelan. Kemudian ia menyeringai lebar. "Karna aku sudah membantumu membawakan buku ini, kau harus membayarnya nanti malam," lanjut Ino dengan suara berat yang ia mirip-miripkan dengan suara Shikamaru.

Setelah mengatakan itu, Ino dan Sakura langsung menjerit kegirangan sambil berpegangan tangan dan meloncat-loncat tidak jelas. Kedua gadis itu sama sekali tidak sadar kalau seisi kelas sedang menatap mereka aneh. Yah, inilah efek negatif menjadi seorang fujoshi yang menyukai yaoi. Mereka jadi sering berkhayal dan menjodohkan teman-temannya—yang jelas-jelas sesama laki-laki.

Untungnya baik Shikamaru maupun Kiba sama sekali tidak mengetahui kalau mereka sedang dijodohkan. Yah, lebih baik mereka tidak usah tau. Itu demi kebaikkan mereka sendiri.

.

.

.

xXx

.

.

.

"Aku pulang!" Sakura memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Gadis itu sudah merasa tidak heran lagi dengan kondisi rumahnya yang seperti itu. Yah, berhubung ibunya sibuk bekerja di restoran keluarga, jadi biasanya ibunya itu selalu pulang larut malam. Tapi saat sedang melewati ruang makan, gadis itu kaget karna menemukan ibunya sedang memasak di dapur.

"Ibu kenapa ada di rumah jam segini? Memangnya ibu tidak bekerja hari ini?"

Mendengar suara anak semata wayangnya yang baru pulang, Mebuki menoleh sambil tersenyum.

"Ah, Sakura. Kau sudah pulang? Ibu hari ini sedang cuti," tentu saja jawaban dari ibunya itu langsung membuat mata Sakura berbinar senang.

"Wah, benarkah ibu? Yeah!" matanya kemudian tidak sengaja melirik kuali tempat ibunya mengaduk masakan. "Ibu sedang masak apa?" tanya Sakura sambil mendekatkan jaraknya pada Mebuki, lalu tangannya terjulur mendekati kuali—ingin mencicipi masakan ibunya, yang sayangnya tangan mungilnya itu langsung di tepis sang ibu.

"Ganti bajumu dulu dan cuci tangan sana! Baru boleh makan!" ujar Mebuki galak.

Sambil memegangi tangannya yang tadi dipukul, Sakura cemberut.

"Iya, ibu," kemudian secepat kilat gadis itu berlari ke kamarnya untuk ganti baju.

Lima belas menit kemudian, Sakura telah berganti baju. Gadis itu menuruni tangga dan menghampiri Mebuki yang sedang menyiapkan masakan di meja makan. Sakura tersenyum lebar, kemudian ia mendudukkan dirinya di kursi terdekat.

"Ibu, kenapa ada mobil di rumah sebelah? Seingatku rumah sebelah kosong, 'kan?"

Masih dengan piring di tangannya, Mebuki menjawab. "Oh, itu karna tadi pagi ada tetangga baru yang menempati rumah sebelah. Ibu dengar penghuni baru rumah itu adalah dua pemuda yang masih kuliah."

Sakura hanya ber-oh pelan, gadis itu terlihat kurang tertarik dengan tetangga barunya, ia justru malah lebih tertarik dengan masakan ibunya yang berada di depannya itu. Baru saja gadis itu mengambil sumpitnya, bunyi bel telah menghentikan gerakkannya.

"Sakura, cepat bukakan pintu!" teriak Mebuki yang berada di dapur. Dengan bersungut-sungut Sakura pun berdiri dan berjalan mendekati pintu. Ugh, padahal ia baru saja mau makan, dasar tamu sialan! Awas saja kalau ternyata yang datang adalah orang yang tidak penting, gerutunya.

"Siapa, ya?" tangan Sakura yang baru membuka kenop pintu terhenti.

"Halo!"

Astaga, Tuhan! Sakura mengerjapkan matanya berkali-kali dengan wajah melongo. Dalam hati Sakura berpikir, perbuatan baik apa yang telah ia lakukan semalam sampai Tuhan repot-repot mengirimkan kedua malaikatnya ke depan pintu rumahnya.

"Hei, apa kau baik-baik saja?" salah satu malaikat yang berambut pirang itu memegang kening Sakura, membuat wajah gadis itu langsung memerah. Kelihatannya ia bingung dengan reaksi Sakura yang terdiam membatu seperti melihat hantu. Yah, walau pun wajah malaikat itu berkerut bingung, tapi tetap saja sama sekali tidak mengurangi ketampanannya, begitu pikir Sakura.

"Sakura! Siapa yang datang?" barulah teriakkan dari Mebuki itu langsung menyadarkan Sakura, membuat gadis itu langsung mundur beberapa langkah sehingga tangan malaikat tampan yang memegang keningnya itu terlepas. Beberapa saat kemudian langkah ibunya terdengar di belakangnya.

"Siapa ya?" tanya Mebuki begitu sampai di samping tubuh anaknya yang masih bergeming di tempatnya.

"Halo! Kami tetangga sebelah yang datang ingin memberi salam. Nama saya Namikaze Naruto, Bibi. Tapi panggil saja Naruto," malaikat—eh pemuda yang tadi memegang kening Sakura menyerahkan bingkisan yang berisi buah-buahan. Sakura melangkah mundur, bersembunyi di belakang ibunya. Duh, rasanya malu sekali karna sempat salah mengira Naruto adalah salah satu malaikat, begitu pikir Sakura.

Di sebelah Naruto, seorang pemuda yang juga tidak kalah tampannya—atau bahkan lebih tampan, tersenyum tipis dan mengangguk sopan.

"Nama saya Uchiha Sasuke, Bibi. Salam kenal."

Ibu Sakura tersenyum lebar sambil mengambil bingkisan dari tangan Naruto.

"Aduh, sampai repot-repot. Terima kasih, ya. Oya, kebetulan bibi baru selesai masak. Ayo kalian ikut makan di rumah bibi."

"Tidak usah, Bibi. Kami tidak mau merepotkan," tolak Naruto sopan. Sedangkan Sasuke hanya mengangguk.

Mebuki mengibaskan tangannya. "Apanya yang merepotkan! Ayo masuk!"

Sasuke dan Naruto saling berpandangan, beberapa saat kemudian mereka pun mengangguk dan memutuskan untuk masuk. Melepaskan sepatunya terlebih dahulu, kemudian mengekori Mebuki yang berjalan di depan, serta Sakura yang juga ikut.

Gadis itu tetap menundukkan kepalanya walaupun ia telah sampai di meja makan dan duduk di kursinya tadi. Sedangkan Sasuke dan Naruto mengambil tempat duduk di depan Sakura.

"Tunggu sebentar ya. Bibi ambilkan piring dulu," setelah mengatakan itu, Mebuki berjalan ke dapur. Meninggalkan Sakura seorang diri yang canggung di dekat kedua pemuda tampan itu.

"Salam kenal. Namaku Naruto. Tapi aku akan lebih senang kalau kau memanggilku Onii-chan!" Naruto yang duduk tepat di depan Sakura berbicara terlebih dahulu, dengan cengiran di wajahnya. Sedangkan Sasuke di sebelahnya mendengus pelan mendengar rayuan murahan dari Naruto itu. Sakura sendiri hanya dapat mengangguk kaku dan memaksakan senyumnya.

Naruto kemudian memandang Sasuke, melihat sahabatnya yang tetap diam itu membuat pemuda berambut kuning itu langsung menyikutnya pelan, yang langsung dibalas dengan delikan tajam oleh Sasuke.

Mengerti maksud Naruto, Sasuke berdehem pelan.

"Aku Sasuke. Uchiha Sasuke," sambung Sasuke dengan nada suara malas. Naruto memutar bola matanya, dasar irit bicara! Pikirnya dalam hati.

Lagi-lagi Sakura mengangguk pelan.

"Lalu namamu siapa?" tanya Naruto kemudian dengan senyum hangat.

Mendengar pertanyaan Naruto, Sakura tersentak. Wajah gadis itu memerah malu. Duh, bisa-bisanya ia lupa mengenalkan diri.

"Uhh… Namaku Sakura, Nii-san. Haruno Sakura. Sa-salam kenal," Sakura yakin seratus persen, sahabatnya Ino pasti akan tertawa kalau tau dia menjadi gagap hanya karna berbicara dengan pemuda tampan.

"Jadi Sakura-chan, di mana kau bersekolah sekarang?" Naruto kembali bertanya dengan semangat.

Sakura menggigit bibirnya kikuk. "A-aku bersekolah di Konoha Senior High School, Nii-san. Se-sekarang aku kelas dua," lagi-lagi Sakura mengutuk dalam hati karna kegagapannya yang datang tiba-tiba itu. Kenapa lama-lama ia jadi mirip dengan Hinata teman sekelasnya? Begitu pikir gadis itu.

"Wah, kebetulan sekali! Aku dan Sasuke dulu juga bersekolah di sana! Iya, 'kan Teme?"

"Hn," jawab Sasuke tanpa minat.

Tak berapa lama kemudian Mebuki pun datang sambil membawa piring.

"Ini piringnya. Ayo silahkan dinikmati Sasuke-kun, Naruto-kun!"

"Terima kasih, Bibi," jawab Sasuke dan Naruto hampir bersamaan. Mereka pun mengambil nasi dan lauk pauknya. Begitu pula dengan Mebuki yang ikut mendudukkan dirinya di kursi yang berada di samping Sakura.

"Bibi, masakanmu enak sekali!" Mebuki langsung tertawa saat mendengar pujian Naruto yang sedang makan dengan lahap.

"Terima kasih, Naruto-kun. Oya bibi dengar kalian masih kuliah?"

Karna Naruto masih mengunyah, Sasuke lah yang menjawab. "Begitulah, Bibi. Kami pindah ke sini agar lebih dekat dengan kampus."

Mebuki mengangguk mengerti.

"Oh, begitu. Lalu—" suara dering telepon memotong kata-kata ibu Sakura. "Tunggu sebentar, ya," kemudian wanita paruh baya itu pun berjalan pergi.

Sasuke mengangguk sopan, tapi begitu Mebuki hilang dari pandangannya, ia langsung menatap tajam Naruto.

"Heh, Dobe! Kita sedang di rumah orang! Jangan makan seperti monyet kelaparan begitu! Kau membuatku malu,"

Bukannya takut, Naruto malah membalas delikan tajam Sasuke itu.

"Urusai yo, Teme! Aku begini karna kelaparan! Tadi pagi kau sama sekali tidak memberiku makan dan hanya menyuruhku mengangkat barang-barang!"

Mendengar pertengkaran kedua pemuda di depannya itu, tanpa sadar Sakura tersenyum tipis. Ah, besok ia harus bercerita pada Ino kalau ia mempunyai tetangga baru yang sangat tampan.

Kemudian tanpa sadar mata Sakura memperhatikan sosok Sasuke yang berada di depannya itu. Kalau diperhatikan secara teliti sosok laki-laki yang berada di depannya ini memang lebih tampan daripada sosok Naruto. Ah, gadis itu jadi bertanya-tanya kira-kira ngidam apa ibunya sampai-sampai bisa melahirkan sosok yang luar biasa sangat tampan seperti ini.

Merasa ada mata yang memperhatikan, refleks Sasuke menoleh. Dan mata hitamnya pun langsung bertemu dengan mata hijau milik gadis yang duduk di depannya itu. Tanpa bisa dicegah, Sakura langsung merasa panik saat mata mereka bertemu, gadis itu pun cepat-cepat membuang mukanya. Rasanya malu sekali karna sudah ketahuan diam-diam memperhatikan laki-laki itu.

Sakura dapat merasakan bahwa Sasuke masih tetap memandangnya. Gugup, gadis itu pun mengambil gelas berisi air putih dan meminumnya cepat.

Sasuke bukannya tidak tahu kalau gadis di depannya itu merasa gugup, tanpa sadar ia menyeringai tipis. Entah kenapa menurutnya tingkah gadis itu lumayan lucu. Mencoba cuek, Sasuke pun memutuskan untuk melanjutkan makannya. Tangan laki-laki itu pun yang memegang sumpit terangkat untuk menyumpit daging dan begitu ia akan menyuapkannya ke dalam mulutnya, mendadak tangan Naruto datang dan menarik tangan Sasuke yang memegang sumpit itu dan langsung memakan dagingnya.

Wajah Sasuke langsung berubah gelap.

"Apa yang kau lakukan, Dobe! Itu dagingku!" protes Sasuke dengan nada suara berat. Bukannya merasa bersalah, Naruto malah tersenyum lebar.

"Ayolah, Teme. Aku hanya meminta dagingmu sedikit!" jawab pemuda itu di akhiri dengan tawa puas.

Sakura yang masih meminum air putih tertegun melihat kejadian di depannya tadi. Entah kenapa adegan tadi terasa sangat familiar, seperti ia pernah melihatnya. Dimana ya? Ah, iya! Di komik Yaoi yang baru ia baca tadi pagi di sekolah. Eh, tu-tunggu! Di komik yaoi?

Brusssshh!

Dan pemikiran terakhir yang ada di pikiran Sakura itu sukses membuat gadis itu menyemburkan minumannya.

"UHUK! UHUK!" tentu saja ditemani batuk-batuk karna tersedak air putih serta teriakkan panik Naruto yang membuat Mebuki tergopoh-gopoh berlari ke ruang makan.

Intinya satu kata. Kacau.

.

.

.

TBC.

Aloha~

Alo datang dengan fic baru. Semoga cerita SasuSakuNaru ini tidak membosankan yaa. Dan seperti biasa, Alo akan sangat menghargai bila ada yang mereview fic ini. Karna review kalian adalah penyemangat Alo dalam menulis.

Yosh! Sampai jumpa di chap selanjutnya! XD