Tittle : Koiniochiru
Main Cast : Hanbin; Jinhwan
Pairing : BinHwan/BJin and Other
Genre : Romance-School life
Rated : T.
Warning : Yaoi, Shounen-ai, Boys Love, Boy x Boy.
_ By Falcone99_
.
{}
.
Hari ini udara kota Seoul sangat tidak bersahabat, panas dan membuat pengap. Jinhwan berjalan seorang diri untuk menuju ke sebuah halte bus. Ya hari ini dia terpaksa pulang sekolah dengan menggunakan bus kota karena pak Jang sedang sakit, dan laki-laki bertubuh kecil itu tidak mau dijemput oleh siapapun kecuali oleh pak Jang. Supir pribadi keluarga Kim, yang kini usianya hampir menginjak setengah abad.
Dengan malas Jinhwan melangkahkan kakinya menuju tempat tujuan, dengan sesekali menendang batu-batu kerikil yang menurutnya mengganggu perjalanan panjangnya itu. Jinhwan tidak biasa berjalan kaki, apalagi disaat cuaca panas seperti ini. Sepanjang perjalanan, dia tidak henti-hentinya menggerutu bahwa setelah ini, dapat dipastikan otot-otot kakinya akan terlihat sangat jelas. Hey, jarak dari sekolah ke halte bus itu sangat jauh. Kau harus menempuh sekitar 0,621371 mil, dan kaki pendek Jinhwan tidak terlatih untuk itu.
Jinhwan baru berjalan setengah dari jarak yang harus ia tempuh untuk sampai ke halte bus, ketika kedua iris matanya menangkap segerombolan namja dengan seragam sekolah yang berbeda sedang bertempur, mungkin lebih tepatnya mereka sedang tawuran (?). Beberapa diantara mereka bahkan ada yang membawa tongkat baseball dan rantai. Namun Jinhwan memilih untuk tidak peduli, karena saat ini dipikirannya hanya ada satu hal "Aku harus cepat pulang". Maka dengan keyakinan penuh, Jinhwan putuskan untuk terus melangkahkan kakinya ke arah gerembolan namja yang sedang tawuran tersebut. Hingga tanpa diduga sebuah batu berukuran sebesar kepalan tangan hampir saja mendarat tepat ke wajahnya, jika saja seseorang tidak menariknya untuk menghindar.
"Yak, bocah! Apa yang sedang kau lakukan di sini?"
Bentak seorang namja jangkung yang baru saja menyelamatkan Jinhwan dari lemparan batu tadi.
"Mwo? Siapa yang kau panggil bocah, eoh?!
Teriak Jinhwan tepat didepan wajah namja jangkung yang membentaknya barusan.
"Cepat pergi dari sini!"
Namja itu kembali membentak Jinhwan, membuat si namja yang dipanggil bocah itu semakin jengkel.
"Shirreo!" Tolak Jinhwan tak kalah keras dari bentakkan namja jangkung tadi kepadanya.
Jinhwan melirik sekilas, nametag yang terdapat pada seragam sekolah yang dikenakan si namja jangkung.
"Pergi menjauh, atau kau akan terluka!"
Kali ini namja jangkung itu merendahkan nada bicaranya, namun dengan penuh penekanan.
"Kau yang seharusnya pergi menjauh dariku, KIM HANBIN!"
Tolak Jinhwan tak kalah sengit, dan tetap melangkah untuk menerobos sekumpulan namja yang sedang bertarung dihadapannya.
"Aish, bocah tengik!"
Teriak si namja jangkung yang ternyata bernama Kim Hanbin itu frustasi, dengan menarik lengan Jinhwan untuk menjauh dari situasi berbahaya tempat mereka berada. Namun seseorang menghalangi jalan mereka, dan dengan tanpa permisi melayangkan tinjunya tepat diwajah Hanbin.
BUGHH!
Hanbin tersungkur kebelakang, dan dapat Jinhwan lihat darah segar mengalir dari sudut bibirnya.
"Akh, sial" Umpat Hanbin pelan, dengan menghapus kasar darah disudut bibirnya.
"Gwenchana?"
Tanya Jinhwan terkejut sekaligus panik. Melihat namja yang telah menyelamatkannya seperti itu, entah kenapa tiba-tiba saja Jinhwan merasa emosi dan naik pitam.
"Yak! Kau curang! Dia bahkan belum siap untuk menerima seranganmu!"
Bentak Jinhwan pada namja berwajah preman, yang baru saja melayangkan tinjunya pada Hanbin.
"Mwo, curang? Hey bocah, apa kau pikir ini sebuah pertandingan tinju?"
Tanya namja berwajah preman itu kepada Jinhwan dengan kembali mengepalkan tangannya.
Jinhwan berdecak sebal, lagi-lagi dia mendapatkan panggilan yang amat dibencinya, BOCAH. "Hey, aku sudah berusia 18 tahun!" Teriak Jinhwan dalam hati.
"Aku malah berpikir ini adalah sebuah pertandingan gulat anak TK" Jawab Jinhwan asal.
Kini dia sudah berada dalam posisi kuda-kuda dengan mengepalkan kedua lengannya didepan dada dan bersiap jika saja namja berwajah preman itu hendak melayangkan tinjunya diwajah Jinhwan.
"Aish, bodoh" Ucap Hanbin tak habis pikir, mendengar perkataan Jinhwan yang bukannya pergi menjauh tetapi malah semakin memancing emosi namja bermuka preman itu.
Kemudian Hanbin bangkit berdiri, dan dengan segera menarik kembali lengan Jinhwan untuk pergi menjauh dari sana. Meninggalkan namja berwajah preman yang kini nampak semakin kesal, karena tidak jadi memukul bocah pendek yang telah menyulut emosinya hingga ke ubun-ubun.
Hanbin terus menyeret langkah kaki Jinhwan untuk semakin cepat berlari. Tangannya memegang erat tangan Jinhwan, sangat erat hingga memaksa Jinhwan untuk terus mengikuti kemanapun namja jangkung itu akan membawanya pergi. Jinhwan tidak berusaha melawan, karena Jinhwan tahu hasilnya akan sia-sia mengingat ukuran tubuh mereka yang jauh berbeda.
Hingga sampailah mereka di sebuah taman yang tidak begitu ramai. Di sanalah akhirnya kedua namja berbeda ukuran itu berhenti berlari, nafas Jinhwan terengah-engah begitu pula dengan nafas Hanbin. Keringat membasahi wajah keduanya, hingga mereka terlihat seperti baru saja melakukan lomba lari marathon.
"Sampai kapan kau akan menggenggam erat tanganku?"
Sindir Jinhwan pada akhirnya, karena semenjak tadi Hanbin tidak mau melepaskan genggamannya ditangan Jinhwan walau mereka sudah tidak berlari.
Mendengar hal itu refleks Hanbin melepaskan genggamannya ditangan Jinhwan, dan dapat Jinhwan lihat wajah namja jangkung itu tiba-tiba saja terlihat salah tingkah. Keduanya terdiam untuk beberapa saat, sibuk dengan pikiran mereka masing-masing hingga akhirnya Hanbin mulai membuka suara untuk mencairkan suasana canggung diantara mereka.
"Cepat pulang, bocah kecil sepertimu tidak baik berkeliaran seorang diri"
Ucap Hanbin dengan memperhatikan tubuh Jinhwan dari ujung kaki hingga ujung kepala.
"Interupsi! Aku sudah duduk di bangku kelas 3 Senior High School, jika kau mau tahu"
Protes Jinhwan dengan mengangkat sebelah tangannya tanda menginterupsi.
"Hmpptt.."
Hanbin menahan tawanya, melihat sikap namja berkaki pendek dihadapannya itu.
"Yak!"
Bentak Jinhwan dengan berkacak pinggang, tak terima akan respon Hanbin terhadapnya.
"Nde, arraseo"
Jawab Hanbin mengalah, dan mulai melangkahkan kakinya untuk pergi.
"Ahh, tunggu!"
Cegah Jinhwan cepat, hal itu sontak membuat langkah namja jangkung itu terhenti dan berbalik ke arahnya.
"Gomawo…dan maaf karena telah membuatmu terkena pukulan"
Ucap Jinhwan dengan nada penuh penyesalan, mengingat bahwa karena tindakan bodoh dirinyalah namja dihadapannya itu harus mendapatkan pukulan diwajahnya.
"Gwenchana, ini hanya luka kecil"
Jawab Hanbin singkat, dan kembali melanjutkan langkahnya menjauh dari Jinhwan.
Jinhwan terus memandang punggung namja yang telah menyelamatkannya yang kini mulai menjauh. Ada perasaan bersalah, sekaligus perasaan aneh yang menyelimuti hati Jinhwan. Semacam perasaan untuk menahan namja jangkung itu agar tetap tinggal bersamanya, walau hanya untuk beberapa saat.
"Jangan pergi" Jinhwan berucap lirih.
Kata-kata itu keluar dari bibirnya tanpa Jinhwan perintah, refleks Jinhwan menutup mulutnya. "Bodoh, bagaimana kalau dia mendengarnya?" Rutuk Jinhwan pada dirinya sendiri. Tapi itu tidak mungkin, mengingat ucapan Jinhwan terlalu pelan untuk bisa Hanbin dengar dan jarak diantara mereka yang lumayan jauh.
Namun tanpa diduga, Hanbin benar-benar menghentikan langkahnya sesaat setelah Jinhwan berucap. Jinhwan nampak terkejut, sepertinya angin telah membawa ucapannya dan menyampaikannya pada namja jangkung yang kini sudah berbalik menghadap tepat ke arahnya itu.
"Hey, Kim Jinhwan!" Panggil Hanbin setengah berteriak.
"Eoh?" Namja yang namanya dipanggil malah terihat bingung.
"Kelak jika suatu hari kita bertemu kembali, maka kupastikan kau akan jatuh cinta kepadaku"
Ucap Hanbin penuh percaya diri, disertai senyum cerah yang menghiasi wajah tampannya.
Satu detik,
tiga detik,
lima detik…
Jinhwan tetap pada posisinya, berdiri mematung dengan mulut sedikit menganga. Matanya bahkan belum berkedip sedari tadi, walau kini namja jangkung yang telah berhasil membuatnya terkena serangan jantung mendadak itu telah menghilang dari penglihatannya. Kini tinggalah Kim Jinhwan beserta deru angin yang menerpa tubuh mungilnya…
.
.
.
TBC
Ini FF pertamaku, ahh gomen jika hasilnya nampak gaje dan tak bermutu...Bhakss
Anyeong...
