"Kau selalu berkata seperti itu, kau tidak pernah ada waktu untuk kami"

"Jika tak seperti itu, dari mana kalian hidup hah?" Bentak Seorang pria, pada wanita di depannya,

"Tinggalah sebentar saja jika begitu," Mohon wanita sambil menarik tangan Suaminya,

"Lepaskan aku, aku masih banyak pekerjaan" Tangan sang istri di tepis dengan kasar membuat wanita paruh baya ini terjatuh.

"Hentikan!" Kata seorang pemuda dari atas, ia lalu turun secepat kilat dan membantu ibunya berdiri, "Pergilah jika kau ingin pergi" Kata pemuda tadi dengan nada sangat dingin, dan pria pun berlalu, "Kau tidak apa-apa Ibu,?" Ibu dari pemuda ini hanya mengangguk sambil meringis kesakitan,

Pemuda tadi ke kamarnya, setelah membanting pintu kamarnya dengan kuat dengan wajah yang sulit di artikan ia berlutut lemas di depan jendela,

"Oh, Tuhan, Kumohon kirimkan aku apapun yang membuat hidupku lebih baik, aku bosan seperti ini Tuhan, jika kau mengabulkannya, aku akan selalu berdoa kepadamu"

"Sasuke, Tidurlah, besok kau akan ke sekolah" Terdengar suara wanita dari seberang pintu Sasuke yang baru saja di bantingnya.

"Iya Ibu" Kata pemuda yang baru saja di ketauhui bernama Sasuke itu.

Disclimair

Naruto Masashi Kishimoto

Santa's Gift Khamora SsiZie

Sasuke's Pov

Ku buka mata ku setelah sinar matahari menerpa wajahku, sebenarnya aku sangat malas ke sekolah hari ini, tadi malam pria brengsek itu datang ke rumah, aku tidak peduli dia siapa, yang jelasnya dia sudah menghancurkan keluarga ini, menyakiti ibu. Perkenalkan aku adalah Uchiha Sasuke, bungsu dari dua bersaudara, seperti yang di ketahui, aku baru saja mengumpat ayahku sendiri, aku tidak peduli, jika di suruh memilih, aku lebih baik lahir dari keluarga miskin, dari pada harus memiliki ayah seperti dia, ayah memang memiliki banyak perusahaan besar, namun apa hebatnya jika ia tak urung merupaka laki-laki yang mencampakkan keluarganya sendiri, ibu selalu berkata, 'dia menghidupi keluarga ini Sasuke,' namun aku tahu alasan lain ibu, dia masih mencintainya, jelas saja, jika tidak mana mungkin ibu akan merengek seperti tadi malam, padahal ia tahu bahwa suami tercintanya itu sudah menikahi gadis lain? Tapi aku tidak bisa menyalahkan ibu, untuk itu aku sangat menyayangi ibuku. Jika semalam yang datang menolong ibuku hanya aku, dan kalian akan bertanya di mana kakakku? Percayalah kehidupannya lebih menyedihkan, dia lari dari rumah, dan tidak ingin menemui ibuku lagi, pasalnya, ibu sahabatnya merupakan istri baru dari suami ibuku, aku tidak ingin menganggapnya ayah, sampai kapan pun tidak pernah, tidak peduli jika aku ini seorang yang durhaka, kalian jiga pasti akan berfikiran seperti ku jika jadi aku, sudah tiga tahun aku tidak melihat kakakku, aku rindu padanya, sangat. Kakakku merasa bersalah pada ibu dan aku, padahal kami berdua tidak pernah menyalahkannya.

Kini aku sudah bersiap ke kampus, setelah memastikan tidak ada yang kurang dari penampilanku di kaca, aku melesat ke dapur untuk sarapan. Di dapur rupanya sudah ada ibu seperti biasa, ia menyiapkan makanan, kali ini hanya roti panggang.

"Aku tidak sempat memasak nasi goreng untukmu, maafkan aku" Kata Ibu lembut

"Tidak apa-apa bu" Aku sedikit menanggapi perminta maaf ibu, aku adalah tipikal jarang mengeluarkan kata-kata, apa lagi yang tidak penting.

Setelah menghabisi rotiku, dan pamit pada ibu, akupun melesat ke kampus tempatku berkuliah, menggunakan hadiah pemberian ibu empat tahun yang lalu saat natal, natal ya? Aku melihat keluar jendela dan kostum yang aku kenakan, ternyata aku sudah di balut syal dan mantel panjang, aku lupa, ini sudah november, yang artinya suhu akan mendingin, dan akan turun salju, jika sudah begitu, maka lengkaplah suasana natal yang memang identik dengan musim dingin di bulan desember nanti.

:::::::::::::::::::::

Aku kini terbaring lemah di kasur hangatku, setelah lelah berkuliah, padahal di sana aku hanya berkelahi tak jelas dengan orang-orang di kampus karena sudah berani-berani menghina keluargaku, jangan heran, ayahku pengusaha terkenal, jadi banyak yang mengetahuinya,termasuk aibnya, jika hanya menyangkut aibnya aku tidak masalah, namun jika membawa-bawa ibuku dan kakakku aku tidak akan tinggal diam, aku akan menghajarnya siapapun dia tidak peduli laki-laki atau wanita, tua ataupun muda, jadi jangan heran jika aku memiliki banyak musuh, aku tidak peduli, namun aku kasihan pada ibuku yang tiap hari membersihkan goresan luka di sekujur tubuhku, tapi itulah ibu, paling dia hanya berkata 'jangan bertengkar lagi Sasuke, tidak baik' dan setelah itu dia menyuruhku tidur, begitu pula yang di lakukannya tadi, dan di sinilah aku sekarang di kamarku yang hangat dan tidak ada pengganggu. Selamat tidur ibu, selamat tidur kakak, dimanapun kau berada. Berharap besok ada keajaiban.

:::::::::::::::::::::

Sekali lagi aku terbangun, tanda dari waktu yang terus berputar, karena aku rasa baru saja aku mengahadpi pagi hari, kemarin, sekarang aku harus menghadapinya lagi, hari ini, hari libur, astaga, aku bisa mati bosan di sini, aku tidak pernah keluar rumah selain tempat-tempat seperti bar dan kampus, aku bahkan tidak mengenali siapa saja yang tinggal di kompleks ini setelah semua berantakan, anggap saja aku tidak peduli lagi.

Aku turun untuk menyapa ibu, setelah ku lihat di dapur tempat biasa ibu di pagi hari dia tidak ada, aku membuka kulkas untuk mengambil air putih untuk ku teguk, aku melihat ada sebuah note yang di tempel di kulkas 'Ibu ke pasar, jangan cari ibu, ibu akan lama' oh, ibu ke pasar, pantas aku tidak melihatnya sedari tadi.

TING TONG

Tiba-tiba aku bel rumahku berbunyi, ibu tidak konsisten, di tulisannya ia berkata akan lama. Tapi kenapa secepat ini, aku pun membuka pintu untuk membiarkannya masuk, tapi kenapa ibu harus memencet bel segala? Aneh, jadi siapa? Perasaan teman ibu tidak pernah bertamu sepagi ini. Ya sudah aku buka saja.

End Sasuke's Pov

Sasuke membuka pintu rumahnya, namun apa yang di temukannya di sana, seorang gadis sedang tersenyum, mari ku sebut ciri-cirinya, gadis ini berambut pink, bermata iris emerald, berkulit putih susu, berwajah tirus dan cantik.

Sasuke's POV

Siapa gadis ini? Tersenyum sangat tidak jelas, ini membuatku cengo, kenapa dia terlihat sangat ceria senyumnya itu terlihat tidak pernah pudar, bahkan setelah melihat muka cengo ku, dia siapa sebenarnya, apa mungkin teman ibu ada yang semuda ini, bahkan mungkin dia seumuran denganku.

"Kenapa kau lama sekali?Aku sampai kering di sini menunggumu membukanya" Belum pudar rasanya keterkejutanku karena kedatangannya dan dia barusan berkata apa, dan sekarang apa lagi dia langsung seenaknya masuk ke dalam rumahku, lalu melihat di sekitar.

"Rumahmu bagus juga" Katanya lagi, sebenarnya siapa dia, aku masih saja memegang gagang pintu rumahku, siapa sebenarnya makhlukh ini, dia lalu mendekat, aku memundurkan wajahku, mau apa dia?

"Kenapa kau berdiri di situ terus apa kau heran?" Hey, tentu saja aku heran, kenapa tiba-tiba ada seseorang, terlebih seorang gadis, merasa kenal denganku dan seenaknya masuk ke dalam rumahku

"Siapa kau? Apa maumu?" Kataku akhirnya sadar dari apa yang terjadi.

"Kau sendiri yang meminta kehadiranku" Katanya lagi, astaga Tuhan, apa ini, makhlih jenis apa. Eh tunggu, Tuhan?

"Maksud mu?" Kataku meminta penjelasan.

"Hmm, aku ingat doamu, 'Ya Tuhan, kirimkan aku apa saja untuk memperbaiki hiidupku' kira-kira seperti itu, apa kau ingat?" Katanya menerwang.

"Benarkah?" Aku mengerecutkan alisku dalam tidak percaya dengan segala ucapannya, tapi kenapa dia bisa mengetahui doaku, itu bukan lagi kira-kira tapi sudah sangat betul,

"Iya, aku ada karena Tuhan mengirimku untukmu" Katanya tersenyum sangat sengang,

"Aku tidak percaya, dan keluar dari rumahku sekarang juga," Aku di buat takut olehnya, untuk itu segera saja ku usir dia, tapi dia cemberut,

"Kau ini, plin plan, kau yang memintaku lalu kau mengusirku, kau tidak percaya?" Aku mengangguk mengiyakan, lalu tiba-tiba suara brl pintu kembali tertangkap di telingaku, kami sama-sama menoleh ke pintu yang tak jauh dari kami, seketika itu juga aku membuka pintu, Llu aku melihat ibu yang berwajah heran sambil membawa bwlanjaan,

"Kenapa mukamu seperti itu? Sasuke? Kau terlihat ketakutan" Kata Ibu masuk ke dalam rumah, setelah mengganti sendalnya menjadi sendal rumah ia kembali berbalik padaku lalu meminta penjelasan,

"Ibu, siapa dia?" Kata ku menunjuk sesuatu, seseorang, entahlah terserah apa jenisnya yang berada di depanku.

Ibu mengerutkan alisnya lebih dalam dari pada aku "Dia siapa? Aku tidak melihat siapa-siapa?" Katanya celingukan, apa ini? Oh Tuhan, benarkah dia yang Kau kirim untukku untukku membantuku? Tapi apa yang bisa di lakukan olehnya? Aku melihatnya lagi, setelah sepeninggal ibu, aku berdiri mematung sambil melihatnya, ia kini menaik turunkan alisnya dengan senyum kemenangan menghiasi bibir mungilnya itu.

:::::::::::::::::::::

Setelah seharian penuh di rumah, Kini kami berdua berada dalam kamarku, ia mengikutiku terus kemanapun aku pergi sedari tadi, karena gerah aku pun membawanya ke kamarku, baiklah, siapa pun dirimu aku akan mengikuti permainanmu, jika memang kau di kirim tuhan untukku, jika saat natal nanti aku tidak merayakannya dengan senyum bahagia dan perasaan lega, maka aku akan mengusirmu karena telah menggangguku.

"Baiklah, jika memang kau yang di kirim Tuhan untukku, apa yang kita lakukan untuk hidupku?" Kataku menentangnya.

"Aku? Bukan aku yang akan memperbaiki hidupmu, tapi kau sendiri bodoh, aku hanya membantumu" Apa-apaan dia bukankah dia yang bilang bahwa dia di kirim Tuhan untukku, tapi kenapa masih saja aku yang melakukan ini?

"Kalu begitu apa gunamu? Aku memintamu untuk melakukan apa yang ku suruh bukan?" Kataku tidak terima dengan perkataannya barusan.

"Tuhan mau memberi bantuan hanya untiuk dia yang berusaha, jika kau tidak usaha, bagaimana mungkin, sekali lagi, aku hanya membantumu" Baiklah aku menerimanya,

"Lalu apa yang aku lakukan sekarang" Kataku menyetujui,

"Baguskah jika kau mau, kau punya daftar, pertam-tama, minta maaf pada semua yang pernah kau sakiti di kampusmu, baik mental mupun fisik," Katanya enteng, baiklah ini sudah keterlaluan, ku tarik tangannya menuju pintu keluar kamarku, ia kaget di perlakukan seperti itu,

"Dengar, sampai kapanpun aku tidak akan memafkan mereka yang menghina keluargaku" Aku menarik tubuhnya, namun dia berpegang pada kaki ranjangku,

"Mereka seperti itu karena kau yang memulai, dengar! Kau yang dari awal menyombonkan diri pada mereka dengan harta bodohmu, memperlakukan mereka seperti budakmu, bukankah pembalasan itu lebih kejam" Katanya sambil meronta, aku melepaskan cengkramanku, apa yang di katakannya memang benar, tapi tetap saja aku tidak akan meminta maaf pada mereka samapi mati pun aku tidak mau.

"Jika kau mau, aku akan memberimu hadiah" Katanya lagi tersenyum menuju ke arahku yang sudah merengkuh dan bersandar di dinding dekat pintu. Hadiah apapun aku tidak akan tertarik, aku tetap diam menanggapinya "Aku akan membantumu mencari kakakmu, bagaimana?" Aku langsung menatap wajahnya yang hanya bebrapa senti, sontak dia memundurkan wajahnya, sambil tetap tersenyum, rupanya dia tahu, jika aku akan menyetujui usulnya kali ini,

"Baiklah, bagaimana caranya meminta maaf? Terlalu banyak orang yang ku sakiti di kampusku" Kataku dingin,

"Ku dengar kau adalah pria jenius, gunakan otakmu untuk sesuatu yang benar kali ini," Katanya sambil tersenyum,

Semalaman aku terus saja memikirkan ini, bagaiman caranya sementara aku melihat gadis tadi sedang terududuk di jendela sambil tersenyum, memejamkan mata menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya, aku terus saja berfikir, akupun merasa lelah, aku mulai memejamkan mata, berfikir sambil terlelap, itu yang biasa ku lakukan.

Tanapa terasa sudah kembali pagi, aku merasa bermimpi aneh, aku melihat di sekililing mencari sesosok wanita yang berada dalam mimpiku tadi malam, tidak ada, berarti memang ia hanya dalam hayalanku saja, aku lalu bangkit dari tempat tidurku, lalu ku lihat ada sebuah note di cermin bertulis 'jangan lupa dengan misi minta maafmu' aku langsung melototkan mataku tajam, jadi semua ini benar? Baiklah, aku juga sudah mendapatkan bagaiman caranya, jika saja dia tidak membantuku menemukan Itachi, akan ku penggal kepalanya.

Aku kini berada di kampus tempatku menuntut ilmu, segera saja aku menuju ruang informasi untuk menjalankan misiku.

Ku ketuk pintu ruangan yang akan menjadi media misi ku kali ini, dan seketika pintu pun terbuka, menampilkan sosok pria berambut kuning, dengan cengiran khasnya.

"Oh, Sasuke? Ada apa?" Katanya melihatku heran

"Ada yang ingin ku sampaikan untuk semua penghuni kampus ini" Kataku datar

"Apa?" Anak ini, tidak pernah berubah selalu saja berisik,

"Nanti juga kau akan dengar" Kataku lalu menerobos masuk, dia hanya pasrah melihatku, lalu ku aktifkan semua salon yang terhubung di setiap ruangan, aku pernah keruangan ini bersama Naruto –pria yng tadi membukakan akau pintu- di dulu sangat dekat dengan ku, aku terkadang menemaninya ke ruangan ini, jadi aku hafal semuanya, setelah mengecek mike akupun berbicara seperti apa yang telah aku latih elama perjalanan ke sini.

"Aku adalah Uchiha Sasuke, ingin meminta maaf pada siapa pun di kampus ini yang pernah ku sakiti baik secara fisik maupun secara mental, aku sungguh tidak pernah bermaksud seperti itu, mengertikah kalian jika jadi aku, kau yang dari awal mendapatkan apa yang kau inginkan, kau akan merasa dunia ini adalah milikmu, lalu tiba-tiba semuanya hancur begitu saja, kau akan merasa dunia ini tidak adil, masalah keluargaku bukan rahasia lagi, siapa pun yang ingin membalas perbuatanku, balas sajalah, tetapi kumohon jangan membawa-bawa nama ibuku maupun kakakku, jika kalian memang berniat memblasnya, aku akan menuggu di taman, aku tidak akan membalasnya, demi menebus rasa bersalahku" Kata ku mengakhiri pengunguman bodoh ini,

"Apa kau gila Sasuke? Ini adalah bunuh diri,"Kata Naruto yang sedari tadi ku perhatikan melotot tidak percaya dengan apa yang ku lakukan,

"Aku juga tidak ingin memiliki musuh Naruto, aku lelah dengan semua ini, aku berniat mengakhirinya dan memulai dari awal" Kata ku tertunduk,

"Ya Sudah, aku mengerti, aku akan menemanimu di taman nanti," Kata Naruti=o memegang pundakku, bermaksud memberi dukungan, aku hanya tersenyum menanggapainya, aku dan Naruto merupakan sahabat dulu, namun sejak SMA, namun karena kesombonganku, aku merasa diriku tidak butuh teman, lambat laun kami pun tidak lagi akrab, saat semua menimpaku, aku baru merasa teman adalah segalanya, namun aku sudah terlanjur malu hanya untuk menatap wajah teman-temanku dulu.

"Kau juga Naruto, aku meminta maaf padamu atas apa yang aku lakukan, maukah kau menjadi temanku lagi" Kataku lirih,

"Tidak" Ia menggeleng tentu saja, siapa yang mau memafkanu, "Aku dari awal tidak memiliki masalah denganmu, kau saja yang tiba-tiba menghilang, saat kau mendapat masalah aku ingin menemanimu mengahadapinya, namun kau tak terlihat membutuhkannnya, belakangan aku tahu bahwa kau malu pada kami, jadi, kita masih tetap seorang teman, tidak perlu kau memintanya pun kau tetaplah temanku yang paling baik" Aku langsung tersenyum mendengar perkataan Naruto yang cengar cengir sambil menunjukkan jempolnya, ia rupanya menuruti kebiasaan Lee, apa mereka mau memafkanku juga ya? Oh iya aku lupa h Naruto penah meminta tolong padaku, akan ku lakukan sekarang . Aku kembali mengaktifkan sound.

"Oh aku lupa, buat Hyuga Hinata, Naruto sudah lama menyukaimu, terimalah cintanya" Kataku mengakhiri penginguman paling memalukan buat Naruto, Naruto kini menganga, cengo, swetdrop, tunggulah ledakannya,

"Awas kau Uchiha Sasuke, akan ku balas kau," Kata Naruto berteriak,

"Naruto, kau lupa mematikannya," Aku menunjuk arah mike, hahahahaha lucu sekali dia setelah ia mematikannya, kami melaukan aksi kejar-ejaran di sekitar kampus. Menyenangkan sekali, terima kasih Tuhan.

:::::::::::::::::::

Saat di taman, banyak sekali yang datang membalaskan dendamnya, kebanyakan adalah teman SMA ku yang dapat kau sebut mantan sahabatku dulu, mereka meninjuku, berkali-kali, aku tak peduli, sudah berapa liter darah yang keluar dari kepalaku, tidak peduli seberapa nyeri badanku, tidak peduli bau anyir darah menyeruak dari sekujur tubuhku, asalkan aku bisa hidup tenang, akan ku tahan, Naruto yang berjanji menemaniku tidak bisa membantuku, ia hanya menonton dan sesekali meringis.

Aku kini tidak merasakan ada pukulan lagi, apa mereka sudah berhenti? Aku membuka mataku, kini mereka semua berkerumun mengelilingiku, dengan sebuah senyum terukir di wajah mereka masing masing, Naruto membantuku berdiri, aku heran, aku berbalik pada Naruto, meminta penjelasan, namun ia hanya menyuruhku memandangi mereka,

"Jadi, apa yang akan kau katakan pada kami?" Kata salah satu dari mereka yang ku ketahui, dan jika pandanganku tidak kabur bernama Shikamaru sambil tersenyum,

"Aku meminta maaf," Kata ku susah payah karena kesakitan.

"Baikalah kau di maafkan, maafkan atas pukulan tadi, heheehehe, kami sudah berusaha tidak memukulmu terlalu keras, tapi ini permintaan semuanya, jadi maafkan kami?" Kata Kiba, pria penyuka anjing ini kini tersenyum sambil memgang pundakku,

"Sebenarnya banyak yang akan memukulmu, namun kami mengatakan kami saja yang mewakili mereka, jadi harus kami pukul dengan keras," Kata Sai dengan seringainya yang tak pernah lepas,

"Kalian puas memukulku?" Kataku lemah

"Sangat puas, hahahahahahahahaha" Kata Mereka menertawaiku bersamaan kecuali yang berwajah datar selain diriku, Shikamaru, Neji, Gaara, Shino, mereka hanya tersenyum melihatku , saemua berada di sana, tersenyum bersahabat padaku, Naruto, Sai, Shikamaru, Chouji, Lee, Neji, Shino, Kiba, Gaara. Suasana yang sungguh ku rindukan.

Terima kasih teman-teman, terimakasih Tuhan.

::::::::::::::::::

Aku pulang ke rumah, aku melihat ibu sudah tertidur di kamarnya, ibu juga merupakan pengusaha, ia membuka butik, jadi tiap pulang ke rumah, jika tidak ada aku, aku menyuruhnya langsung istirahat saja, jangan membuatkan aku makan malam, aku segera ke kamarku, setelah sedikit acara nostalgia dengan teman-teman aku merasa sangat lelah, terlebih dengan nyeri di sekujur tubuh yang sangat menyiksa, namun semua luka luar telah di obati dengan teman-teman yang memaksa Naruto untuk membawaku ke tempat Hinata, ia adalah anggota PM dari organisasi kampus, tidak heran jika aku di bawa ke sana, dengan wajah merah Hinata membalut lukaku, tentu saj ia malu setelah pengungumanku menggenai dirinya yang di sukai oleh Naruto, setelah itu kami sengaja meninggalkan mereka berdua, dan saat singgah di sebuah kafe kami sudah mendengar bahwa Naruto dan Hinata, yah... kau taukan, sudah berpacaran.

Oh Tuhan, aku lelah, setelah ku buka pintu kamarku bermaksud untuk segera tidur, tiba-tiba aku di kagetkan oleh penampakkan seorang gadis yang terduduk di dekat jendela sambil tersenyum memejamkan mata, apa ini merupakan kebiasaannya? Entahlah, saat mendengar ke datanganku ia segera membuka matanya, ia lalu melotot dan menuju ke arahku jika di lihat dari sort matanya dia terlihat sangat senang,

"Astaga Sasuke, aku terharu, apa yang kau lakukan di kampusmu membuatku terharu" Katanya sambil memegang kedua pipinya, aku mengerucutkan alisku,

"Dari mana kau tahu apa yang ku lakukan di kampusku?" Kataku penasaran, jangan jangan dia membuntutiku,

"Kau lupa aku ini siapa?" Katanya memajukan wajahnya dan memicingkan matanya, Oh iya aku ingat sekarang,

"Mana janjimu?" Kataku menagih janji yang pernah ia lontarkan,

"Jika kau tidak punya jam kuliah selam lima hari, maka kita akan pergi jam delapan pagi, kau dan aku akan pergi mencarinya, aku sudah mengetahui lamatnya, jadi, bersiaplah," Katanya kembali ke tempat semula, baikalah apapun yang kau katakan, toh aku sudah meneruti satu keinginanmu, dan ku akui, aku senang telah melakukannya, setelah berganti baju, di kamar mandi tentunya, aku melihatnya masih dengan posisi sebelum aku mengagetkannya dengan kedatanganku, jika di lihat dengan seksama, gadis ini, benar-benar cantik, apakah dia wujud lain dari malaikat? Hey, Sasuke, apa yang kau katakan, astaga, karena lelah aku jadi berpikiran yang tidak-tidak, aku tidur saja, aku tidak sabar menunggu tiga minggu ke depan, yah, aku hanya memilki waktu setelah tiga minggu.

::::::::::::::::

Menjalankan kehidupan dengannya ku akui kehidupanku lebih berwarna, ia mengajarkanku banyak hal, akupun juga kini mendapatkan kembali teman-teman, lambat laun hidupku menjadi banyak teman, walaupun aku masih belum merubah watakku yang pendiam dan dingin, namun mereka mengerti bahwa ini merupakan watakku dari lahir, sehingga mereka sudah terbiasa. Aku hanya bisa berdua dengannya jika tidak ada orang, namun belakangan aku mengetahui bahwa ia bisa menampakkn diri jika dia mau,hebat juga dia, aku tidak tahu namnya tapi sering ku panggil jidat karena jidatnya yang lebar.

::::::::::::::::

Hari ini pun tiba, aku sangat antusias, setelah aku berpamitan pada ibu, akupun menggas mobilku menuju alamat yang di tunjukkan oleh makhlukh tak jelas di sampingku ini.

Kami melewati jalan-jalan yang sepi namun memiliki pemandangan yang indah, sesekali gadis di sampingku ini mengeluarkan tangannya, sesekali ia tersenyum melihat burung-burung berterbangan, ia seakan tak memiliki dosa, aku jadi berfikir, dia kan kiriman Tuhan, apakah dia mempunyai dosa? Ah sudahlah, aku menoleh memandanginya, kini ia sedang menikmati semilir angin, dari jendela sambil memjamkan matanya, kebiasaannya, aku memandangnya lekat-lekat, ia terlepas bahwa aku menganggapnya aneh, makhlukh di sampingku ini memang sangat cantik, Astaga Sasuke, aku lalu menhentikan laju mobilku secara tiba-tiba, ia kaget, dan jidat lebarnya itu tertumbuk di daskborku, astaga.

"Aku minta maaf kau tidak apa-apa" Aku meliatnya meringis kesakitan, kasihan sekali, aku sangat khawatir, lagi pula kenap juga aku harus menghentikan laju mobilku secara tiba-tiba seperti tadi, aku tidak mengerti, aku mendekatkan wajahku untuk melihat wajahnya jika ada yang terluka, aku sangat khawatir, tapi tunggu, kenapa juga aku sangat khawatir, aku mungkin sudah gila, aku memandang wajahnya setelah ku pastikan tidak ada yang terluka aku kembali menggas mobilku, dengan persaan aneh, persaan apa ini? Aku juga tidak mengerti, aku harus konsentrasi pada jalanan, ayo Sasuke.

"Kenapa kau rem mendadak, aku kan jadi kaget" Katanya menunjuk-nunjuk ke arahku,

"Tadi ada kucing lewat, jadi ku rem" Kata ku datar: Berusaha bersikap biasa. Setelah berkata seperti itu, ia kembali memndangi pemandangan di luar jendela, aku kembali menatapnya sekilas, lalu kembali konsentrasi.

"Hati-hati, kita akan menempuh perjalanan panjang," gumamnya tanpa menoleh ke arahku,

Aku masih saja konsentrasi, dengan jalan di depanku, kini kami tiba di sebuah, perdesaan, namun belum desa yang kami tuju ini hanyalah, sebuah desa perantara sebelum kami mencapai desa yang di maksud.

"Berhenti di sini" Tiba-tiba aku di kagetkan oleh suara cemprengnya, aku pun refleks menggas mobilku,

"Kenapa berhenti?" Kataku protes,

"kita singgah sebentar, kau pasti lelah," Ia membuka pintu mobil lalu turun, aku mengikutinya ia menuju sebuah, jika tidak salah, ini adalah panti asuhan,

"Hallo minna!" Katanya di depan pintu, sontak semua yang berada situ menoleh padanya, yang kebanyakan anak-anak, seketika semua berhamburan untuk berlomba memeluknya, saat semua sudah tersa sesak, mereka melepaskannya, "Kakak membawa hadiah kalian mau?" Katanya lagi, Hadiah? Persaan dia tidak membawa hadgangguk, iah apapun, tentu saja tanpa bertanya anak-anak ini mengannguk, ia lalu merogoh jaket yang ku kenakan, aku heran memandanginya, lalu ia menelfon, setelah menutupnya ia kembali menyimpan ponselku di saku jaketku.

Seketika sebuah truk datang, petugasnya turun dan membukakan apa yang di muat oleh truk tersebut, aku terperangah tak percaya, di sana sudah mainan, bahan makanandan segala jenis keperluan, bahkan sampai pohon natal pun ada, sipa sebenarnya dia, aku melihanya dia kini sudah berbicara pada wanita yang terlihat seperti pengurus panti, sambil tersenyum sangat cantik, ia kini di berondong anak-anak, aku hanya melihatnya dari jauh, beberapa anak-anak menciuminya, dengan entengnya, aku saja tidak pernah menciumya, hey, apaapaan aku ini, akhh, Sasuke, apa mungkin aku benar-benar menyukainya seperti yang di katakan teman-temanku, ah sudahlah.

::::::::::::::::

Kini kami sudah berada di penginapan, setelah menuju ke kamar masing-masing kami merebahkan diri, sekarang sudah malam, namun, aku terbiasa tidur dengan ada si jidat yang terduduk manis di jendelaku, akan ku putuskan ke kamarnya sebentar.

Aku kini berada di depan pintunya, aku membukanya karena memang pintunya tidak tertutup rapat, aku tidak melihat dirinya di sudut ruangan manapun, aku mengetuk kamar mandi, tidak ada respon, kepanikan melandaku, aku sangat panik kemana perginya dia, aku bertanya pada bibi penginapan, katanya ia berada di pantai belakang, lihat saja dia, jika ku temukan akan ku jitak kepalanya yang lebar, bisa-bisanya dia membuatku panik seperti ini.

Aku berada di pantai sekarang ku edarkan pandanganku di sekitar pantai, aku mendapatkannya, sesosok gadis dengan baju terusan sampai mata kaki di lapisi dengan jaket jins lengan panjangnya, pa-apaan dia, tak tahukah ini sudah malam dan akan memasuki musim dingin, apa lagi ini di sekitar pantai, segera saja aku menghampirinya, memakainkan jaket yang ku pakai, ia terlihat kaget dan menoleh ke belakang,

"Apa? Kau sudah tau dingin, masih saja berpakaian tipis seperti itu" Kataku memarahinya, ia hanya tersenyum manis, sambil memandangku lekat, salah tingkah juga aku di buatnya, namun tentu saja gerak gerik ku tak mencurigakan, tertutupi wajahku yang datar "Kenapa?" Aku bertanya karena memandangku seperti itu, dia hanya menggeleng dan kembali memandang bulan, yang kebetulan sedang purnama. Kami menghabiskan waktu di pantai, malam ini, dan aku memastikan perasaanku, ternyata memang benar kata teman-temanku, aku menyukai gadis yang kini duduk di sampingku sambil memandang awan.

"Hey jidat," Aku memanggilnya,

"Aku punya nama" Katanya masih memjamkan mata

"Aku tidak peduli, kau lebih bagus ku panggil jidat" Kataku

"Terserah kaulah, ada apa memanggilku?"

"Aku memiliki permintaan,"

"Apa?", katanya membuka mata dan menatapku penasaran"

"Aku ingin ibu dan ayahku bercerai, setelah itu, kau harus membantukku dalam urusan cinta" Kataku menatapnya serius,

"Kau memiliki orang yang kau suka?" Katanya tiba-tiba raut wajahnya berubah jadi sulit di artikan, aku mengangguk mantap, ia lalu memandangi laut, dengan pandangan mata yang agak sayu, apakah gadis ini mengantuk? "Jika kau ingin menbuat ayah dan ibumu bercerai itu tergantung kau, selama ini kau tak pernah merengek padanya bukan, dan urusan cinta, itu di luar kuasaku, maafkan aku" Katanya lalu kami berdua pun terldiam, benar juga, aku akan memaksa ayah bercerai dari ibu, apa yang ibu harapakan pada orang seperti dia, dan untuk masalah cinta, nanti aku katakan padanya di waktu yang tepat.

:::::::::::::::::

Pagi pun menjelang, kini kami sudah berada dalam mobilku, menuju kediaman yang katanya di sana tinggal seseorang yang ku tahu dia adalah kakakku, aku seakan tidak sabar, ku lirik wanita di sampingku matanya terlihat sedikit bengkak, saat ku tanya ia bilang ia begadang semalaman, entahlah.

Aku tiba di sebyah kompleks perumahan, aku singgah tepat di sebuah rumah yang terbilang sederhana, saat memsatikan alamtanya, aku pun masuk, si Jidat menunggu di luar katanya, ia tidak ingin menganggu acara keluarga.

Saat ku ketuk pintunya, alangkah kagetnya aku saat mendapati sesosok pria yang matanya sama denganku sedang berdiri di depan pintu menatapku kaget, aku mengenalnya, aku tahu dia siapa, otang yang selama ini kurindukan, kakakku Uchiha Itachi.

:::::::::::::::::

Setelah bujukan mautku, kakak mau pulang bersamaku dan ibu, aku juga meyakinkan kakak jika kami tidak pernah sedikitpun menyalahkannya. Kini aku suda memgangi segala keperluan kakakku, aku menuju mobil yang ku parkir di depan, namun aku heran ada sebuah kertas yang terselitp antara jendela dan pembersih kaca akupun segera membacanya, 'Aku sudah menjalankan tugasku, aku yakin kakakmu akan pulang bersamamu, setelah ini, kau tahu apa yang harus kau lakukan untuk membuat hidupmu lebih baik, aku sudah memberi mu petunjuk tadi malam, Jidat' Tulisan di kertas itu seakan menamparku, secepat inikah ia pergi bahkan sebelum aku mengatakan aku menyukainya, tiba-tiba kakaku datang dari belakang,

"Ada apa?" Tanyanya heran melihatku seperti mayat hidup.

"Tidak apa-apa," Kataku lemah.

"Biar aku yang menyetir, kau terlihat lelah" Kata kakakku lalu bergegas ke kursi kemudi, percayalah kak, tidak ada yang lebih menyenangkan selain kepulanganmu, tapi aku baru saja kehilangan makhlukh yang belakangan merubah hidupku. Namun aku harus pasrah, karena cepat atau lambat ia juga akan pergi.

:::::::::::::::

Sudah satu minggu sepeninggal si jidat pink, oh Tuhan maafkan aku, aku bahkan belum tahu namanya maafkan hambamu yang tak tau malu ini, namun sesuai janjiku, aku akan sering ta'at ke padamu, setelah bujukan dari ku dan Itachi ibu mau menceraikan lelaki bejat itu, ibu pun bangkit dari keterpurukannya selama ini, bisnis butiknya berjalan lancar, dan belakangan aku tahu kakakku memiliki cabang rumah makan dan sebuah hotel yang besar, kami tak lagi meminta bantuan laki-laki laknat itu. Kami pun juga merayakan natal bersama, di temani Ibu kakak dan teman-temanku , suasan benar-benar ceria, namun aku tetap saja merindukannya, kira-kira dia sedang apa? Entahlah,

Kini aku sedang berada di kantin kampus, teman-teman mengajakku makan disini, aku mengedarkan pandangan ke penjuru arah, entah apa yang aku cari,

"Hey Sasuke, apa yang kau cari?"

"Tidak ada" Kataku sekenanya, aku lalu meminum jus yang ada di depanku, lalu tiba-tiba aku melihat sosok yang tak asing di mataku, ia sedang berjalan tertawa, dengan seorang wanita di sana, aku tidak salah, itu memang benar dia, Jidat Pinkku yang selama ini ku rindukan, tanpa menunggu sepersekian detik aku mengejar dua orang yang baru saja melintas di hadapanku, aku ridak peduli dengan tatapan aneh teman-temanku, tujuanku hanya satu, mengejarnya, namun gerombolan mahasiswa lain di koridor membuatku kewalahan, aku tidak lagi melihatnya, sial, eh, tunggu, bukankah dia teman jidat waktu berjalan tadi, segera saja ku hampiri.

"Hey, apa kau mengenalnya? Gadis yang bejalan denganmu tadi?" Kataku ti the poin,

"Sakura?" Tanyanya heran, jadi itu namanya,

"Benar dia, kau mengenalnya?" Kata ku sangat tidak sabaran,

"Bukankah kau Sasuke,?" Katanya lagi, aduh banyak sekali pertanyaannya, oh oya benar, aku lupa jika aku belum memperkenalkan diri,

"Iya, aku Uchiha Sasuke,"

"Kau tidak mengenalnya?" Katanya lagi, aku mengenalnya tapi dalam konteks yang berbeda, aku menggeleng.

"Dia adalah tetanggamu satu bulan terakhir" Bagaikan petir yang menyambar, sungguh aku tidak tahu jalan Tuhan seperti apa,

"Bisa kau memberi tahuku siapa sebenarnya dia?" Kataku memohon.

"Baiklah" Katanya menyetujui.

TBC

Hallo minna-san, ketemu lagi nih, hohohohoh,

Buat yang udah ripiew ficku yang sebelumnya, makasih yah,, saya terharu hohoh. Rencananya fic kali ini mau di bikin two shoot.

Ripiew pliiss teman-teman? Mau yah?