Type : Yu-Gi-Oh! GX

Genre : AU, Crossgender, Romance, Humor & Friendship.

Rated : K+/PG-13

Character : Jun Manjoume & Fem!Juudai Yuuki

Inspiration : One of picture from pixiv ( member_ ?mode=manga_big&illust_id=51976629&page=17 )

Attention : Typo, EYD & kosakata amburadul,kaku, AU, OOC, dll.

Other : If you wanna change this story to English, please for message me.

Disclaimer : Yu-Gi-Oh! GX milik Kazuki Takahashi-sensei & Naoyuki Kageyama

Summary :

Juudai berubah jadi Masochist? Lalu, apa yang harus Jun lakukan? (Jun Manjoume's birthday)


~ Masochist Girl ~

Sungguh... aku habis makan apa tadi siang...? Atau mimpi apa aku di siang bolong tadi? Semua... terlihat jelas dengan apa yang kulihat sekarang ini...

Si bodoh itu..., iya, si Dropped Out..., Juudai... kenapa dia berubah seperti itu?! Ekspresi yang seratus delapan puluh derajat beda dari sebelumnya!

"...Ehehehehe..."

Cih! Tawa itu... walaupun terdengar seperti mengejek tapi ia seperti meminta paksa aku untuk terus melakukannya! Tapi, di sisi lain, aku tak ingin mendengarkannya.

"... Onegai... Manjoume... ehehehe..."

Cukup! Aku mulai muak melihatnya seperti itu! Bagaimana tidak?

Setelah aku kembali dari urusan kedua kakakku, Juudai mengajakku duel dengan alasan kembalinya diriku ke Duel Academia. Awalnya, aku menerimanya. Tapi... yang membuatku kaget adalah... ia mengenakan kalung serta gelang besi yang biasanya digunakan Hell Kaiser saat duel dengan para duelist lainnya.

Anehnya lagi, aku tak mengenakkan gelang maupun kalung penyiksa itu. Aku bertanya, kenapa ia tak memberikannya padaku? Ia hanya menjawab...

"Aku penasaran dengan rasa sakit yang dipancarkan dari benda ini. Seperti apa, ya? Apakah sangat menyenangkan?".

Aku tak habis pikir, kenapa si otak kosong yang tidak suka pelajaran apapun, tiba-tiba berubah jadi seorang... masochist...?! Dan lagi... entah kenapa... kedua mata Juudai berubah menjadi emas?! Apa yang terjadi padanya?! Apa dia dirasuki roh monster yang jahat?! Ataukah...

"Saa~ Serang aku, Manjoume-san da~ Aku tak punya pertahanan apapun di arena-ku~ Ehehehe~"

Sial! Desakkan darinya membuatku bingung! Apa yang harus kulakukan?! Life Point miliknya tinggal 1600. Tak ada Monster, Trap maupun Magic Card di arena-nya. Apa maksudnya semua ini?

"Hell Soldier! Directly attack!" perintahku pada monster satu-satunya yang ada di arena-ku.

Slash!

"Aaaaaaaaaargh!" pekiknya saat terkena serangan. Tapi, inilah yang akan terjadi selanjutnya.

Piip!

"Gyaaaaaaaaaaaaaahhhh!" jeritnya saat ia menerima aliran listrik yang ada pada gelang dan kalung neraka itu.

Kenapa...? Kenapa ia membiarkan dirinya terkena seranganku? Apa dia sengaja terus-menerus terkena damage agar ia dapat mengeluarkan kartu AS-nya? Tapi, kenapa ia tidak mengeluarkan Magic Card miliknya?! Apa yang ada di dalam otaknya sekarang ini?!

"Hehehehe~ Menyenangkan...~" ucapnya saat berusaha berdiri dengan susah payah akibat rasa sakit yang ia terima. Tapi, di sisi lain... ia tertawa...? Dia bilang ini menyenangkan...? Apa akal sehatnya sudah hilang? Lihat saja! Kini wajahnya semakin pucat dan bahkan air liur keluar dari bibir merah mudanya. Semakin lama terlihat semakin menjadi orang gila!

"Ore no turn..." ucapnya tertatih dan tangannya yang gemetar menarik kartu dari deck-nya. "Draw...!" ucapnya sebelum melirik ke kartunya. Ia kembali menyeringai.

Apa kartu yang ditariknya berupa kartu AS? Atau malah...

"Turn End...~"

Apa?! Turn End?! Ini sudah keempat kalinya dan ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bertahan, kenapa ia buang kesempatan ini?! Apa dia mau bunuh diri?!

"Giliranmu..., Manjoume-san da~ Ehehehe...~"

Aku ingin menghentikannya tapi dengan apa...? Kini Life Point-nya tinggal 400. Ia sama sekali tidak menyerangku atau mendapatkan efek damage dari Trap-nya. Kenapa... kenapa kau melakukan hal yang tidak masuk akal ini...?

"Eeh...? Doushita no...? Ayolah, jangan membuatku menunggu lama~! Serang aku~! Life Point-ku tinggal sedikit~!" protes Juudai kesal karena aku tidak melakukan Draw pada giliranku.

Apa aku harus menekan tombol Surrender? Mungkin dengan cara ini, ia akan selamat!

Saat aku akan menyentuh tombol Surrender, Juudai malah tertawa.

"Hei~! Kau mau menekannya? Tak masalah! Akan kukatakan satu hal lagi. Duel Disk yang kau pakai itu terdapat tombol remote yang terhubung dengan kalung dan gelang yang kukenakan ini. Jika kau menekannya, maka aku akan terkena alirannya..." -menyeringai- "Dan pastinya, tegangannya jauh lebih besar dari yang kuterima saat di serang... 3600 volt~".

Apa?!

"Ehehe~ Dibandingkan tegangan saat terkena serangan yang berjumlah 500 volt, tegangan dari remote itu terhitung dari jumlah hilangnya Life Point-ku dari awal sampai sekarang. Jadi, jika kau mau menekannya, tekan saja~! Aku sangat siap! Ahahaha!"

Dia... sudah tidak waras...!

"Jangan bercanda! Aku tak akan mau menekan tombol ini! Bahkan, aku tak akan mau meneruskan Duel gila ini!" ucapku marah karena tak terima diriku menyaksikan... rival-ku... tersakiti seperti ini!

"Duel gila, kau bilang? Hee~ Bukankah ini yang kau inginkan sejak lama~?"

"Yang... kuinginkan...?"

"Benar~." ucapnya. Dan kini mimik wajahnya kembali serius bahkan tak berekspresi sama sekali. "Kau begitu membenciku, bahkan kau pun tak menyukaiku. Tak menganggapku sebagai nakama-mu. Dan... kau ingin aku lenyap dari sini, bukan?"

Mataku terbelalak mendengar apa yang dia katakan. Jujur, aku memang membencinya, bahkan tidak menyukainya karena dia hanyalah serangga pengganggu yang terus-menerus menghalangi jalanku. Tapi aku tidak pernah berpikir bahkan berkeinginan untuk menghabisinya dengan menghilangkan nyawanya seperti ini! Aku hanya ingin dia kalah dan... mungkin lebih parah... dia bersujud di depanku serta mengakui kekalahannya.

Hanya saja... kenapa dengan seenak jidatnya ia melakukan siksaan seperti ini dengan alasan obsesiku untuk mengalahkannya?! Ini sungguh tak masuk akal dan gila!

"Aku tidak terima!" teriakku.

"Tidak terima?" ucapnya sambil mengerenyitkan keningnya.

"Aku memang ingin sekali menghabisimu tapi tidak dengan menghilangkan nyawamu! Kalau aku melakukan hal ini, sama halnya aku membunuhmu dan aku akan masuk penjara!" ucapku menyangkal.

"Kalau begitu, hanya tinggal mencari seorang pembunuh, bayar dia untuk membunuhku atau menyiksaku. Lalu, bakar mayatku hingga jadi abu. Selesai~" balasnya.

"Diam! Jangan memintaku!" ucapku untuk berusaha membungkam mulutnya.

"Aku tidak memintamu tapi aku menuruti keinginanmu." balasnya dan tetap mendesakku.

"Kau-!" ucapku terpotong.

"Saa~ Serang aku dan habisi nyawaku juga, Ore no ai." ucapnya sambil menyeringai.

Kedua mata obsidian-ku sempat terbuka lebar. Kata itu... "Ai" kata yang ia sebut untukku..., kata yang hanya untukku tapi tak kuhiraukan..., apakah... ini salahku...?

"...Hentikan...!" ucapku lirih dan menahan kesal.

"Nani?" ia tidak mendengar.

Aku menunduk, tangan kiriku mengepal dan aku menarik napas sebelum berteriak, "Kumohon hentikan semua ini! Aku memang ingin melihatmu kalah! Tapi, aku tak ingin melihatmu mati di depanku!".

Tak terasa, butiran bening keluar dari kolam obsidian-ku. Ya, aku menangis karena penyesalanku...! Karena keangkuhanku...! Karena keegoisanku...! Karena kebodohanku...! Semua gara-gara aku!

Ia tak pernah kuhiraukan sebagai rival, ia tak pernah kuperhatikan sebagai nakama, ia pun tak pernah kusayangi sebagai orang yang ia cintai...

Aku ini manusia... atau iblis...?!

Aku menjauhi dia karena perilakuku yang selalu seperti ini sejak kecil! Aku tak pernah berterima kasih karena ia terus mendukungku! Aku telah menyia-nyiakan perasaannya yang berusaha menyelamatkanku!

Aku... telah menyakitinya...

"Semua sudah terlambat, Manjoume." ucapnya sambil merentangkan kedua tangannya dan menyeringai. "Setelah kau mengalahkanku, kau akan menang dan duel ini akan berakhir tanpa kau merasakan adanya pengganggu dariku.".

Tidak...

"...Ore...no...turn..." ucapku lirih dan gemetar.

"Koi, Manjoume-san da~"

Aku menarik kartu sambil terus menahan rasa kemarahan dan kesedihanku.

"Serang aku, Hell Soldier!"

"JUUDAAAAAAAIII!" teriakku sebagai perintah terakhirku hingga akhirnya...

Jraass!

Tidak!

Piiiip!

Tidak!

"GRAAAAAAAAAAAAAAAAAHHHH!"

Tidak!

"JUUDAI!"

Bruk!

Aaa... tidak... tidak mungkin... Juudai... mati...?!

Aku berlari ke arah Juudai dan melepaskan Duel Disk milikku serta membuangnya ke sembarang tempat. Aku tidak peduli Duel Disk-ku akan hancur ataupun rusak, tapi aku tak ingin kehilangan orang yang telah membangkitkanku dari keterpurukanku!

Kuangkat tubuhnya dan memeluknya dengan erat. Aku menangis dan terus-menerus menyebut namanya tapi tetap saja kedua permata hazzle-nya tidak lagi tampak di hadapanku.

Aku telah menghilangkan senyumnya! Aku telah memusnahkan semangatnya! Aku telah membunuh keberadaannya! Iya! Aku telah membunuhnya!

Kini... tak ada lagi yang bisa mengisi kehangatanku, tak ada lagi yang menemaniku, semua sudah hilang...

"Baka! Baka! Seharusnya, akulah yang menggunakan alat ini! Seharusnya, akulah yang merasakan kesakitan ini! Seharusnya, aku yang berada di posisimu sekarang ini! Oi! Bangun! Apa yang harus kukatakan pada temanmu, dan juga seluruh orang di sini?! Apa yang harus kukatakan, oi!? Aku bodoh... membiarkanmu seperti ini...! Maafkan aku...! Aku... aku sungguh menyukaimu... Aku sungguh ingin menjadi nakama untukmu... Aku sungguh ingin diterima sebagai Omae no ai. Tapi, kumohon... bangunlah...!" ucapku, seluruh yang ada di dalam pikiran dan perasaanku telah kusampaikan lewat bisikan lembut. "Onegai... okitte... ore no... ai..." ucapku terakhir sebelum memeluknya erat-erat tapi tiba-tiba...

"Pfft...!"

Eh?

"Buwahahahahahahaha!"

A-apa...?! Me-mereka... tertawa?! Dan... mereka muncul dari berbagai sudut tempat persembunyian mereka...? Kenapa...?

"Otanjoubi omedetou, Manjoume-kun~" ucap Asuka Tenjoin-kun.

Aku hanya speechless tanpa mengucapkan apapun. Sungguh, skak mat, tak bisa mengeluarkan sedikit pun suara dari leherku.

"Otanjoubi omedetou, Manjoume." ucap Ryou Marifuji.

"Ekspresimu sungguh luar biasa, Manjoume-kun." ucap Fubuki-san.

A-...

"Apa-apaan ini?!" teriakku kesal pada mereka.

"Hehe~ Ini surprise untukmu~" ucap Misawa sambil tersenyum usil.

"Surprise katamu?!" teriakku makin menjadi-jadi.

"Yup~ Dan dialah yang membuatnya." ucap Asuka sambil menunjuk seseorang yang sedang kupeluk.

Jadi... ini ulah si reseh Juudai...?!

"Ahahaha!" ia tertawa dan melepaskan pelukanku. "Habis lucu sekali melihat ekspresi Manjoume seperti itu~ Membuat perutku sakit!" ucap si reseh ini sambil memegang perutnya yang sudah kocak dari tadi.

"T-tertawalah sesukamu! Tapi, kau telah membuatku menjadi calon pidana karena kelakuanmu! Apa maksudnya kau memasang alat yang digunakan Hell Kaiser padamu?! Merasakan kesakitan?! Kau gila?! Kau akan mati secara perlahan! Di tambah lagi, tombol Surrender yang ada di Duel Disk-ku adalah remote alat mengerikan ini dan memberikan tegangan berdasarkan jumlah Life Point-mu yang telah hilang. Dan lagi, kenapa matamu berubah jadi emas seperti ini?! Jelaskan padaku! Apa-apaan ini?!" ucapku marah campur kesal, tapi bahagia karena ia baik-baik saja.

"Pertama, aku memang meminjam alat ini dari Ryou-san. Tapi, tegangannya sudah di-setting dan diganti dengan getaran. Jadi, aku berpura-pura terkena sengatan listrik dan berperan sebagai seorang Dropped Out yang sembunyi-sembunyi adalah seorang Masochist. Kedua, kalau tombol Surrender..." ucapnya terpotong saat melihat Shou memegang Duel Disk-ku dan menekan tombol Surrender aku langsung berteriak.

"Ja-"

Click!

Eh? Tombol itu...

"Tombol Surrender adalah tombol agar alat ini bisa non-aktif dan lepas secara otomatis~" ucapnya saat melepaskan alat siksaan itu. "Terakhir, mata ini? Dari dulu, aku sudah memilikinya.".

"Apa maksudmu?" tanyaku bingung.

Secara sekejap, kedua mata emasnya langsung berubah menjadi heterochromia hijau (mata kiri) dan jingga (mata kanan), setelah itu kembali menjadi permata hazzle. "Setelah aku bersatu dengan Yubel, aku bisa mengendalikan kekuatan Haou serta Yubel di dalam diriku." jelasnya.

"Haou? Siapa?" tanyaku.

"Inkarnasiku tapi itu tak terlalu penting. Yang jelas... Manjoume kena~".

Aku hanya menunduk malu dan berdiri.

"Eh? Manjoume? Kau marah, ya?" tanyanya dengan polos.

Marah? Tentu saja! Siapa yang tidak marah jika dipermainkan seperti ini?! Walaupun ini adalah kejutan dari mereka, jelas aku begitu marah karena mengkhawatirkan keada- Tunggu! Gah! Kenapa pikiranku berkata seperti ituuuuuuuuuu?!

"Manjoume?"

Aku langsung mengacungkan jari telunjukku di depan si reseh ini. "Awas kau! Kali ini, aku benar-benar akan menghabisi dirimu sampai ke tulangmu!" ucapku sebagai peringatan. Tanpa menunggu jawaban darinya, aku segera beranjak dari Ruang Duel dan menyingkir dari tempat ini.

"Manjoume! Besok akan diadakan pesta ulang tahunmu di Asrama Blue Obelisk! Kau harus datang lho!" teriak Juudai untuk mengingatkanku.

Aku tak berhenti maupun menoleh ke arahnya. "Jangan harap!" balasku.

"Oke~! Kami tunggu~!" ucapnya malah berterima kasih.

"Gaaaargh!" teriak kesalku dan meninggalkan gedung Duel Academia sambil menghentakkan kaki.

Sungguh malu aku dipermainkan seperti ini! Apa-apaan mereka?!

Tapi, entah kenapa aku kembali merasakan ikatan nakama dari dalam diriku. Apa mungkin karena si reseh Juudai itu? Aargh! Gadis itu membuatku kalah telak! Aku bersyukur dia baik-baik saja.

Oke! Aku akan menyusun rencana pembalasan dendam untuknya! Awas saja, kau akan menyesal karena membuatku malu seperti ini, Juudai. Pembalasan dua kali lebih sadis dari yang kau lakukan. Hehehe~

~The End~


Onegai : Kumohon / Ayolah
Saa : Nah / Lakukan
Ore no turn : Giliranku.
Doushita no? : Ada apa?
Nakama : Sahabat / teman
Ore no ai : Sayangku
Ai : cinta
Nani : Apa?
Koi : Ayo / datanglah
Baka! : Bodoh!
Omae no ai : Sayangmu
Okitte : Bangun
Otanjoubi omedetou : Selamat ulang tahun
-kun : suffix untuk laki-laki
-san : suffix untuk orang yang lebih dewasa / sopan

~xXx~


*tarik napas*hembuskan*

Oke, i-izinkan saya untuk menjelaskannya. Kejadian ini saya ambil dari salah satu gambar Juudai yang sedang memakai alat penyiksa itu sambil tersenyum maso gitu. Terus, di sini (dimensi saya) ada 2 Juudai dan 2 Manjoume.

Juudai di sini 100% CEWEK! GAK PAKE PROTES! #plak!, dan Haou malah REAL COWOK, tapi pas jadi manusia, namanya ganti Jaden. Kok bisa? Nanti saya buatkan sequel-nya deh. Gak janji juga.

Yang Manjoume, Jun Manjoume di sini ASLI COWOK! SALAH SATU COWOK PEREBUT JUUDAI! #ditendang Jun, kalo yang cewek, karena ke-Tsundere-an ditambah dia memang bisa jadi dua orang (apa maksudnya?) jadi namanya June Manjoume, bedanya dia lebih penyayang sama Trio Ojama daripada kembarannya.

Bisa dibilang, di cerita ini saya menggunakan Juudai cewek sama Jun cowok. Tapi, bisa diganti Jaden cowok sama June cewek, hanya saja... yang cewek bakal nonjok cowoknya.

Juudai : Plus! Si Author sempet ngintip kejadian ini dari Ja-Hmph!

*bekep Juudai* Hush! Diem! Ntar ketauan!

Juudai : *nglepas bekepan* Lalu, kapan cerita si Jaden punya ekspresi?

En... Gak janji.

Juudai : Mou...! PADAHAL PENASARAN INGIN ME-HMPH!

Ngah! Dibilangin diem! Ntar-!

Jaden : *nongol di belakang, megang bahu saya dan berbisik, wajah masih datar* "Ntar" apa~?

TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK! *langsung kabur*

Jaden : Dasar.

Juudai : *ketawa* Minna-san, sebenarnya ini adalah fiksi untuk hadiah Manjoume. Maklum kalau telat satu bulan.

Jaden : Baca dan review. *ngerangkul bahu Juudai*bawa pergi Juudai*