Disclaimer: Tadatoshi Fujimaki
.
Hari itu, Satsuki Momoi bertingkah aneh.
Gadis berambut peach itu tersenyum cerah, berlawanan dengan cuaca yang terus mendingin kian hari. Langkahnya terlihat lebih ringan dari biasanya, bahkan saat ia diperintah oleh pelath untuk menyeret Aomine yang lagi-lagi bolos latihan basket. Tidak ada keluhan yang keluar dari mulutnya, hanya senyum tanpa dosa yang dipenuhi oleh efek bling-bling dan warna pastel sebagai background-nya.
Aomine sampai merinding.
"Oi, Satsuki..." Ace SMA Touou melirik sang manager yang duduk bersebelahan dengannya, sedang menonton latih tanding antara anak kelas satu dan dua dengan ekspresi 'horor'nya. "Kau ini ... tidak demam, kan?" Aomine langsung mengeluarkan unek-uneknya.
Satu tepukan halus di bahu kanan Aomine, Momoi tertawa layaknya orangtua.
"Apa Aomine-kun tidak lihat wajahku, hm?"
Rambut-rambut halus di belakang lehernya berdiri. Aura Momoi terasa semakin horor.
Justru itu yang membuatku heran. "... J-jadi—" Aomine memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan. Jawaban frontal yang sering dipakainya terlalu beresiko untuk kondisi Momoi saat ini. "Apa yang ... membuatmu ... sampai bertingkah seperti—seperti—" Kalimatnya terputus-putus, orang macam Aomine tidak terbiasa menggunakan bahasa yang sopan dan satun. "—Tetsu akan mengajakmu kencan?"
Lima kata terakhir yang diucapkan oleh bibir seksi seorang Aomine Daiki tadi sebenarnya murni candaan supaya Momoi tidak mengalami unmood yang berakhir dengan mengomeli Aomine sepanjang hari. Serius, bukan modus atau sebangsanya. Murni bercanda. Hati kecil Aomine yang rapuh itu benar-benar niat membuat Momoi bertingkah lebih seperti biasanya.
Tapi—
Momoi menyentuh pipinya yang memerah.
"Kuroko-kun ... nembak aku kemarin."
Krik.
Aomine cengo. Angguk-angguk pelan. Otaknya masih belum terkoneksi.
"Hee, jadi kalian pacaran, dong? Hahahaha."
"I-iya. Ehehehe—"
"Satsuki sama Tetsu pacaran? Hahahaha ... ahahahahahahahaha—a—"
"Hari Sabtu nanti Kuroko-kun mau ajak jalan-jalan, lho."
"—HAAAA?"
.
The Effects © gyurachi
Warn: random plot. Typos. Crispy-semi-creepy?
.
1st half
Kuroko Tetsuya: From Single to Taken (to become Single again)?
.
.
.
"UPDATE: KUROKO OFFICIALLY DATING, GUYSSSS!"
Kagami teriak, pas di depan pintu ruang latihan. Otomatis anak-anak yang iseng lewat sana langsung speechless akan kefasihan The Hottest American-boy dalam berbahasa Inggrsi.
Abaikan sisi luar, seisi ruang latihan basket SMA Seirin gonjang ganjing akan berita panas yang baru saja disebarluaskan the hottest American-boy—atau boleh kalian panggil Kagami atau Taiga untuk formalnya—beberapa detik yang lalu.
"BANGS—WHAT?" Hyuuga Junpei, as a good leader yang harus memberikan tanggapan cepat langsung melempar bolanya asal-asalan—positif mengenai kepala coach tercinta. Suicide headshot—setelahnya berlari bagai cahaya dan meremas kuat bahu Kagami.
Junpei mewek di bawah ketiak Kagami, merasa motto 'senpai should be noticed first'-nya itu hancur oleh Tetsuya tombakbayangan Kuroko.
Alkisah (sambil menunggu detik-detik kematian Junpei), berbagai reaksi yang kurang lebih sama dari anak kelas dua bermunculan. Oh, minus Tsuchida yang sudah di-taken dan Teppei yang sudah terbang ke negeri asal Alec ditambah Mitobe yang tidak pernah mengeluarkan sepatah katapun. Jadinya hanya si kapten kepribadian ganda, mulut kucing, dan mata elang yang protes dengan status junior mereka yang berubah jadi taken.
(Kouhai jomblo selain Kagami? Sedang menjalankan tugas mulia dari Junpei untuk membelikan makan siang.)
Dan di antara mereka, Shun Izuki yang nota bene-nya laki-laki tulen ternomal di antara mereka (mungkin?) merasa paling disakiti atas pemberitaan yang bahkan belum ada official announcement-nya dari si pelaku. Rasanya dilampaui sama Kuroko yang sudah dianggap saingan berat para makhluk ghaib itu ... mirip jatuh di jalan aspal, habis itu Teppei menaburkan serbuk hasil penguapan air laut dalam kadar yang sangat tidak normal di atas lukanya sambil senyum titan. Kalau misalnya masak telur mungkin udah like drink 5 liter of sea water di musim dingin.
Intinya, Izuki tidak terima kalau manusia normal sepertinya bisa kalah telak sama Kuroko yang masih dipertanyakan tentang spesiesnya.
Please, tampang Izuki? Tampan di atas rata-rata, dengan rambut hitam yang sangat Japanese dan senyum tipis yang super cool ala shoujo manga. Sifat? Akan membuat semua wanita tertawa (garing) akan humor (garing)nya. Body? Beuh, terlatih oleh coach profesional bernama Riko Aida! Kurang apalagi Shun Izuki?
Oke, biar Kuroko punya tampang dan body super kawaii yang membuat para fans menggelinjang bahkan tanpa harus repot senyum tapi kan Izuki—
—Ehem. Kembali ke topik.
(Kali ini Junpei sudah terikat manis di bawah ring. Ada pita merah besar yang dililitkan di lehernya, plus handuk yang menyumpal mulutnya. Terima kasih untuk Aida-san. Maha karyanya membuat Junpei seakan siap untuk di-anggur-kan—)
Izuki merangkul Kagami, membawanya ke tempat ternyaman untuk melanjutkan topik yang diangkat oleh sang ace. "K-Kagami, dapat info dari mana?"
"Aomine." Enteng, tanpa dosa, polos, atau blo'on? Setidaknya Kagami sudah menjawab dengan jujur tanpa bermaksud untuk menambahkan kebenciannya terhadap ke-taken-an Kuroko. "Tadi di Twitter update begitu. Mana pakai acara spamming di inbox. Emotikonnya juga ... alay, mirip mukanya. Ewh."
Kagami berbalik menyerang Aomine. Sifat alay Aomine kalau sedang berkeluh kesah di socmed terbongkar sudah.
.
Sementara itu, di tempat yang berbeda dengan waktu yang sama, pemuda Daiki yang lagi sibuk fanboy-ing oshi-nya di atap sekolah—supaya bisa move on dari pernyataan resmi paling menyakitkan yang baru saja didengarnya—bersin secara ajaib.
.
"Jadi, jadi, Kagami," Shinji yang excited dengan topik ini ikut-ikutan merangkul Kagami. Jadilah tiga sejoli itu berkumpul di satu titik ternyaman untuk berdiskusi—pojok ruang latihan. "Siapa pacar Kuroko? Jangan-jangan ... Nona Beruang yang pernah datang untuk menguntit Kuroko waktu itu, ya?"
Kagami mengangguk. Tangannya memasang pose berpikir. "Aku rasa iya. Soalnya Aomine sampai pakai kombinasi huruf dan angka waktu curhat. Aomine kan suka sama si Nona Beruang—etto, namanya ... Satsuki Momoi?"
.
Aomine lagi-lagi bersin secara ajaib.
.
"Kuroko lucky abis. Pacarnya si Nona Beruang." Izuki berkomentar, his kokoro semakin hancur berkeping-keping. Sebenarnya ada niat Izuki untuk ceplas-ceplos soal 'how lucky Kuroko gotta big one'. Tapi zone Riko yang bahkan lebih kuat daripada Aomine ataupun Kagami langsung memberinya sinyal keras untuk mengurungkan keinginannya. Izuki tidak ingin kelaki-lakiannya dihabisi oleh seorang pelatih sebangsa Riko dan tiba-tiba jadi melambai seperti oshi-nya Junpei.
(Nama oshi Junpei disensor, takut do'i koar-koar.)
"Pacaran sejak kapan?"
"Baru kemarin. Masih hijau dan rentan hancur karena badai yang cemburu akan eksistensinya." –Kagami, siswa kelas 1 SMA Seirin, bule yang mencoba puitis.
"Masih baru, ya..." Izuki menggosokkan jarinya di bibirnya, menimbang-nimbang kalimat Kagami yang sarat provokasi itu. Lima detik setelahnya, Izuki yang biasanya terlihat kalem baik hati dan rajin menabung itu berubah ekspresi. Senyum creepy ala setter voli di fandom sebelah langsung terbentuk, persis.
Bedanya, kalau setter fandom sebelah itu senyumnya murni bahagia, Izuki murni senyum penuh tindak kriminal terhadap pasangan baru yang berada di dalam tahap manis-manisnya.
"Oi, Kagami," Suasana berubah, mirip mafia yang lagi mencoba bertransaksi dengan mafia lainnya. "Apa kau tahu jadwal pasangan hijau itu minggu ini?"
Kagami mengangguk. Special thanks to teman 'cahaya'nya yang curhat sampai ke mana-mana. Mendadak ia jadi narasumber si informan para mafia single yang mencoba memutuskan jalinan kasih di antara sepasang anak SMA kelas 1. "Hari Sabtu mereka mau jalan-jalan di taman bermain.—Tapi, Senpai, apa yang akan kaulakukan?"
"Fufu." Dua kali Izuki menepuk bahu Kagami. Senyum horornya masih setia mendampingi. "Shinji, sudah paham, kan?" Pertanyaan Kagami secara resmi di-kacang-in.
Shinji yang sejak tadi hanya diam mengangguk, ia tersenyum ala kucing licik di sebuah animasi legend—di mana sang kucing tidak pernah menang melawan tikus. "Yosh. Rencanamu benar-benar jenius, Izuki."
"..."
Kagami mingkem. Gagal paham dengan maksud dua seniornya itu. "... Apa yang kalian rencanakan sebenarnya..."
"Bakagami, kau tahu kenapa kami menyebutmu Bakagami?"
Perempatan muncul di pelipis Kagami.
"Senpai, kau mengejekku?" Tangannya siap memukul bagian apapun dari tubuh Izuki. Bahkan anu-nya pun Kagami ready. Tergantung do'i-nya mau dilakukan dengan pose apa.
Well, nggak ada sangkut pautnya, sih.
"Fufu, ini klasik, Kagami!" Sang Mata Elang melebarkan senyumnya, otaknya mulai membuat rencana-rencana yang akan digunakannya di hari Sabtu kelak. "Cukup kacaukan saja kencan pertama mereka, dan BOOM! Putus, deh."
Pemain bernomor punggung 10 itu melirik Izuki, sebenarnya benar juga, sih. Anak kecil semacam Kuroko yang bahkan tidak pernah berinteraksi dengan para kaum hawa tiba-tiba pacaran sama gadis plusplus macam Momoi? Kuroko yang posisinya masih tanda tanya nge-beat Aomine yang katanya 'the only one who can beat me is me'?
Hell no.
Once again, harusnya cowok normal tulen macam Izuki (dan mungkin, Kagami ditambah Shinji) yang pacaran duluan.
Kuroko? Cukup di meja perjodohan ala Siti Nurbaya.
Dengan semangat penuh persatuan untuk merobek lembar kisah cinta Kuroko – Momoi yang belum ada satu minggu, Kagami menangguk mantap. "Yosh, aku ikut. Aomine juga aku ajak."
Izuki yang tiba-tiba merangkap jadi kapten dari rencana ini ikut mengangguk. Ia menepuk pundak Kagami, senang dengan turut sertanya Kagami di dalam rencana ini.
"Ayo namakan proyek ini, Izuki!" Shinji tiba-tiba nimbrung.
Pemain basket Seirin nomor 5 itu memiringkan sebelah alisnya. "... Hah? Kenapa harus pakai nama—"
"Ah, ayolaaah~"
Izuki melirik Shinji lagi. Mempertimbangkan ide dadakan darinya. "Hm ... bagaimana kalau 'Dari jomblo ke taken lalu kembali ke jomblo' project? Aku kira lumayan—"
"Kalau proyek 'Mari patahkan tulang anggota tim Basket SMA Seirin yang tidak mau berlatih', bagaimana?"
Kreekk.
Ruang diskusi Kagami, Izumi, dan Shinji tiba-tiba menggelap, terkan bayangan seorang perempuan berambut pendek. Mereka bertiga bisa mendengar suara-suara mengerikan di belakangnya—entah itu seperti suara tulang yang patah, atau semacamnya. (Walau pada kenyataannya, Riko hanya meremas manja botol plastik tidak bersalah yang kebetulan ada di dekatnya.)
"Atau 'Hancurkan dua telur masa depan anggota tim basket SMA Seirin yang kerjanya menggosi—"
"—Maafkan kami, Riko-kochiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii!"
.
1st half: END
.
2nd half
Kuroko Tetsuya: The Definiton of a Gentleman
.
.
a/n: lagi-lagi menelurkan fanfiksi Kurobasu. Kali ini 2shot (atau lebih)? Dan plotnya randomzzzzzz. Salahkan kondisi yang sedang tidk fit. Otak jadi ikutan oTL Doakan bisa di-update dalam satu minggu 'o')9
.
Syugah smileu, gyurachi—[14092014]
.
[tambahan]
Tetsuya Kurokois now in a relationship with Satsuki Momoi
.
RyouKi KUROKOCCHIIIIIIIIIIIIIII, KENAPA KAU JAHAT SEKALII?! T.T
Shintarou Midorima ... ugh, PJ ajadeh. Btw, selamat Satsuki. Perjuangannya gimana sist?
RyouKi KUROKOCCHIIIIIIIIIIIIIII, KENAPA KAU JAHAT SEKALII?! T.T
RyouKi KUROKOCCHIIIIIIIIIIIIIII, KENAPA KAU JAHAT SEKALII?! T.T
RyouKi KUROKOCCHIIIIIIIIIIIIIII, KENAPA KAU JAHAT SEKALII?! T.T
RyouKi KUROKOCCHIIIIIIIIIIIIIII, KENAPA KAU JAHAT SEKALII?! T.T
RyouKi KUROKOCCHIIIIIIIIIIIIIII, KENAPA KAU JAHAT SEKALII?! T.T
Shintarou Midorima spam anjr. Lagian RyouKi ente siafe?
Seijuurou Akashi (1000+ peoples unlike this.)
[RyouKi and Shintarou Midorima like this.]
Atsushi Murasakibara Sikasik. Traktir makan. Beliin es krim magnoom 10 dongse.
RyouKi KUROKOCCHIIIIIIIIIIIIIII, KENAPA KAU JAHAT SEKALII?! T.T
RyouKi sorry spam. Koneksi minta digodain oTL Oh dan gue Kise. PLS PADAHAL CUMA NYINGKAT NAMA YA MidorimaCCHI. Oh, btw, Kurokocchi, aku nggak rela kamu pacaran sama Momoicchi! Nanti kalau Aominecchi stress gara-gara ini gimana?! :'(
[Shintarou Midorima and Seijuurou Akashi like this]
Aomine Daiki ... kenapa gue harus nyangkut di post kayak beginian...
Atsushi Murasakibara Minechin galau gara-gara temen mahoan sama gebetan malah pacaran. Highlight.
[Imayoshi S. like this.]
.
.
.
Setelah melihat notifikasi pada ponselnya, untuk sesaat Aomine merasa terjun dari atap sekolah itu sangat menyenangkan.
