BROKEN FAITH
..:: By panda2515 ::..
..:: Genre : Crime, Friendship ::..
..:: Length : Chaptered ::..
..:: Cast : All Super Junior 13+2, and other cast ::..
..:: Rated : T ::..
Warning : AU (Alternative Universe), OOC (Out Of Character), thypo(s)
Disclaimer : Tokoh yang ada di cerita ini milik Tuhan YME dan diri mereka sendiri. Alur cerita ini punya author. Author harap ga dijiplak, ok?
A.N : Hello, epribadeh(?)…*lambai2 bareng member SJ* Choneun Panda imnida ^^ author baru di sini. Ini FF perdana di FFn yang sebenarnya udah lama pengen di-post tapi ga PD ._. Jadi, kalau ada typo, kesalahan EYD, alur kecepetan atau kelambatan dan kesalahan lain beserta kawan-kawannya(?) harap beritahu author dari kotak yang di pojok bawah itu tuh *tunjuk kotak review* Mohon bimbingannya dan…
~"~Have a nice reading^^~"~
Chapter 1 : Faithful Bodyguard
Di lorong yang dihiasi berbagai bingkai mewah itu, terlihat kepala negara Korea Selatan berjalan bersama para pengawalnya yang gagah. Beberapa pengawalnya yang berada di depan pintu membukakan pintu berukiran mewah tersebut. Salah seorang dari mereka masuk dan berdiri di samping presiden. Bagaikan magnet yang menempel pada besi, pengawal tersebut selalu mengawal presiden kemanapun dengan setia.
TOK! TOK! TOK!
Suara pintu ketukan terdengar. Seorang wanita berseragam rapi memasuki ruangan itu dengan setumpuk kertas di tangannya. Dia membungkuk kepada presiden dengan formal.
"Maaf saya mengganggu, rapat kenegaraan akan dimulai sekitar 2 jam lagi," ujarnya.
"Baiklah, kau bisa pergi." Wanita itu mengangguk lalu membungkuk lagi dan pergi keluar.
"Haaaaah… selalu seperti ini." Sang presiden menghela napas lalu menyandarkan kepalanya ke kursi. Pengawalnya hanya diam, menunggu perintah orang yang disegani di negaranya ini.
"Bisakah kita berbicara empat mata sebentar?" presiden bertanya dengan mata tertutup. Menikmati waktu tenangnya sebentar.
"Ne?" pengawalnya tampak kebingungan.
"Tinggalkan kami," perintahnya kepada pengawal di depan pintu."Dan jangan ada yang menguping," sambungnya dan para pengawal yang ada di depan pintu langsung pergi meninggalkan presiden dan Jung Soo.
"Duduklah," titah presiden untuk duduk berhadapan kepada pengawalnya. Ia membuka laci mejanya dan mencari beberapa kertas yang akan ia tunjukkan. Saat berkas yang dicarinya telah ditemukan, ia duduk berhadapan dengan pengawalnya.
"Kau tahu bukan, kau adalah orang yang kupercaya selama bertahun-tahun ini. Karena itu, aku akan menugaskan satu hal yang penting, Park Jung Soo."
Jung Soo mengernyit melihat sebuah amplop coklat yang disodorkan kepadanya. Tangannya membolak-balik amplop tersebut lalu melihat kertas yang ada di dalamnya. Ternyata terdapat 14 kertas yang berisi nama, tempat tinggal, dan informasi penting lainnya mengenai beberapa orang. Ia tampak membaca lembaran demi lembaran dengan teliti lalu mengingatnya dalam memori otaknya.
"Carilah mereka—para anggota I.R.I.S, lalu aku akan memberikan tugas kepada kalian."
"Tapi… kenapa?" Jung Soo bertanya meminta penjelasan.
"Terlalu banyak pengkhianat di sini. Aku tidak bisa mempercayai siapa-siapa selain kau," jelasnya."Ingat," lanjutnya, "ini rahasia."
.
.
.
.
.
Di sebuah café
Sore itu, Jung Soo tengah meneguk kopinya dengan tenang di sebuah café tepat di persimpangan jalan. Dia menunggu seseorang dari daftar orang-orang yang harus dicarinya. Sambil menunggu, dia menikmati pemandangan sore hari yang tenang. Melihat dedaunan yang turun mencumbui aspal. Tak lama kemudian, dia melambaikan tangannya kepada seorang lelaki yang terlihat—ehm… cantik. Lelaki itu langsung duduk di hadapan Leeteuk tanpa basa-basi.
"Siapa kau?" tanya lelaki yang baru datang tersebut to the point.
"Park Leeteuk." Leeteuk yang sebenarnya Jung Soo mengulurkan tangannya kepada lelaki tersebut.
"Kim Heechul, untuk apa kau mencariku?" Heechul tidak membalas uluran tangan Leeteuk. Dia malah balik bertanya dengan nada sedikit sinis.
"Aku mendapat perintah untuk mencarimu. Ikutlah denganku untuk menjadi anggota I.R.I.S," ujar Leeteuk sedikit berbisik.
"Ck, aku tidak tertarik. Lagipula aku tidak akan mendapat keuntungan apapun, 'kan?"
"Apa beberapa ribu dolar cukup untukmu?."
"APA?!" tanya Heechul heboh. "Ribu… dolar?" Leeteuk mengangguk.
"Aku tidak tahu pasti untuk tugasnya, tapi kau akan mendapatkan uang tersebut dengan pasti," jelas Leeteuk. "Sebelumnya, kau harus keluar dari Kyung Hee University."
"APA?! KELUAR KATAMU?!" Heechul berdiri saking kagetnya. "Dengar tuan sok tampan. Kau pikir aku masuk ke sana semudah membalikan telapak tangan?! Oh, god! Yang benar saja!" Heechul mengambil tasnya lalu bergegas pergi dari sana.
Sebelum pergi, Heechul membalikan badannya, "Jangan panggil aku untuk main-main!"
"Nyawa orang tuamu ada ditanganku," ujar Leeteuk mencoba menggertak.
"Cih, mereka bahkan tidak menyayangiku," Heechul berbisik.
"Kalau begitu…" Leeteuk tiba-tiba berada di belakangnya.
Ctreeeeek!
Dia menodongkan sebuah pistol yang ditutupi jaket hitam. Heechul yang merasa sesuatu menyentuh punggungnya langsung berhenti.
"Nyawamu ada ditanganku."
.
.
.
.
Di sebuah gang sempit
Seorang lelaki bertubuh gempal berjalan di gang tersebut, mungkin lebih tepatnya ia mengendap-endap. Gang tersebut sedikit gelap dan tidak ada orang yang melewatinya. Punggungnya memangku sebuah tas besar berwarna hitam. Kepalanya bergerak ke kanan dan kiri, takut jika ada orang mengikutinya.
''Oy!''
''Aaaaaa!''
BRUUUUKKK!
Lelaki tersebut—Shindong, terjatuh karena dikejutkan oleh seseorang yang menepuk pundaknya dari belakang.
''Ssssttt...'' orang yang mengejutkan Shindong menaruh telunjuknya di depan mulut. Mengisyaratkan untuk tidak berisik.
''Kau mengagetkanku!'' Shindong memukul orang yang mengejutkanya, sedangkan orang tersebut hanya memamerkan sederet gigi putihnya.
''Mianhae,'' ujarnya singkat. ''Mereka menunggumu, Shindong.'' ia menunjuk dengan dagunya.
Beberapa orang dengan wajah sangar tengah menantinya. Mereka memakai setelan jas dan topi hitam sambil menghisap nikotin. Persis seperti para mafia dalam film-film.
Shindong menelan lidah kecut lalu berjalan menuju orang-orang berjas hitam. Ia membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah benda kotak berwarna hitam.
''Kau sudah datang? Mana baranganya?'' salah satu dari mereka bertanya to the point.
''Aku membawa ini, alat ini bisa membuka pengaman brangkas. Aku juga sudah menyimpan alat untuk membobol kunci apa saja di dalamnya,'' jelas Shindong. Mereka tampak melihat benda tersebut dari semua sisinya tanpa melewatkan se-inchi pun.
''Baiklah, ambil ini!'' salah satu dari mereka tampak menyerahkan koper hitam. Shindong membuka koper tersebut dan melihat isinya.
''Ey... Apa kau menghinaku? Aku tidak terima barang haram seperti ini, aku hanya butuh beberapa ratus juta won.'' Dia melemparkan tas tersebut dengan kasar. Tidak menerima dirinya dilecehkan untuk harus menerima dengan barang haram.
''Hey, fatso, ini sama dengan $5.000.''
''Tidak bisa! Tidak ada uang berarti transaksi ini batal!'' Dia mengambil alatnya dari tangan mereka lalu pergi.
''Pergi saja sana! Masih banyak orang yang kami kenal!'' teriak salah satu dari mereka.
''Hey, tunggu!'' teriak Zhoumi—yang mengagetkan Shindong.
''Sialan! Apa mereka mau menghinaku dengan barang murahan seperti itu?'' Shindong menggerutu sepanjang jalan bersama Zhoumi.
''Kau tahu 'kan kalau orang-orang yang kutemui di casino tidak semuanya dapat dipercaya.''
''Ya, dan seharusnya kau bisa mengetahui mereka membayar dengan apa.''
Walaupun Shindong memasarkan barang buatannya kepada orang-orang black market, tapi dia hanya menerima uang cash—dalam buku etika berdagangnya.
''Mianhae.'' Zhoumi menundukan kepalanya merasa bersalah.
''Sudahlah, aku mau makan! Aku sudah lapar haaaah...'' Shindong mengusap-usap perut besarnya.
''Hey, tunggu aku! Ada orang yang mau membeli barangmu lusa!" Zhoumi berteriak mengejar Shindong yang sudah menjauh.
.
.
.
.
.
Di sebuah toko bunga
CRIIIIING CRIIIIING
Bel toko tersebut berbunyi, menandakan seorang pengunjung masuk. Namun, pengunjung tersebut memakai pakaian yang tidak biasa. Masker dan kacamata hitam yang dipakainya membuat kesan misterius.
''Annyeong haseyo.'' Suara wanita tersebut terdengar lembut dan ramah. Belum lagi rok berwarna pink dan putih selutut membuat penampilanya semakin cantik.
''Tidak usah berpura-pura manis seperti itu aku tahu siapa kau.'' Laki-laki tersebut berujar dingin.
Sang wanita berdecak kesal sambil memutarkan bola matanya. ''Kita bicara di dalam.'' Dia berjalan masuk lalu diikuti si pria.
''Ini barang yang kau minta.'' Si pria menyerahkan tas gitar tersebut. Tidak seperti luarnya, di dalamnya terdapat sebuah pistol. Ketika tangan mulus si wanita hendak mengambil pistol tersebut, si pria segera menepisnya.
''Ada barang ada uang.''
Si wanita berdecak kesal, ''Ya, aku tahu Lee Donghae lagipula aku tidak akan membunuhmu dengan pistol itu.''
''Terserah kau Lee Sungmin aku hanya butuh uang. Kau tahu 'kan aku sudah bersusah payah mendapatkan ini dari Jerman? Ini limited edition.'' Donghae menunjuk-nunjuk pistol yang diberikanya pada Sungmin.
Sungmin beranjak dari sofanya menuju kamarnya. Dia kembali sambil membawa sekoper uang.
''Aku hanya punya sedikit.'' Tanpa aba-aba Donghae langsung mengambil koper tersebut dan menghitung jumlah uangnya.
''Oke! Ah, kalau boleh tahu untuk apa kau memesan barang ini? Dan lepas saja baju perempuanmu itu, aku jijik melihatnya.''
''Ah, mianhae. Sebenarnya kemarin ada orang misterius datang ke toko ini, lalu dia memintaku untuk mencari barang ini. Dia berjanji akan membayarnya 3 kali lipat dan aku turuti saja,'' jelas Sungmin panjang lebar. Donghae hanya mengangguk-anggukan kepala mendengar penjelasan Sungmin.
''Begitu ya, ternyata kau matre juga.''
''Apa bedanya dengan kau?''
CRIIIING CRIIIING
''Permisi.'' Donghae dan Sungmin saling bertatapan. Satu hal yang ada di pikiran mereka, ''Sembunyi!''
''Bodoh! Bukankah kau yang memiliki toko ini? Kenapa kau malah bersembunyi?'' Donghae membereskan barang-barang tersebut lalu menyembunyikanya.
''Eh, iya hehehe...'' Sungmin hanya tersenyum tanpa dosa lalu kembali ke depan.
''Ada yang bisa saya bantu?'' tanyanya ramah bak wanita. Entah kenapa ia berdandan berlebihan seperti ini.
Si tamu—Leeteuk tampak melihat-lihat bunga di toko tersebut, sedangkan Heechul hanya diam di dekat pintu. Sepertinya dia masih kaget karena hampir kehilangan nyawanya.
Sungmin menghampirinya dan membantunya dalam mencari bunga. ''Ah, apakah Anda berniat untuk memberi bunga ini kepada kekasih Anda?'' Leeteuk tampak melihat bunga akasia di sudut ruangan.
''Tidak, ini tidak cocok untuknya. Aku hanya ingin menjadikannya sebagai sahabat,'' terang Leeteuk lalu melihat bunga lain.
Matanya kemudian tertuju pada bunga aster yang terpajang di sudut ruangan.
''Aku beli seikat yang ini.'' Leeteuk menunjuk bunga tersebut. Sungmin mengambilnya sesuai permintaanya. Mereka menuju kasir untuk pembayaran.
''Harganya 3000 won ini barangnya, terima kasih.'' Leeteuk menyerahkan uangnya tetapi saat Sungmin menyerahkan bunganya dia tidak menerimanya.
''Ada apa? Apa ada yang cacat?'' Sungmin tampak kebingungan dan melihat bunga tersebut barang ada yang cacat.
''Itu untukmu,'' ujar Leeteuk.
''Apa?'' Sungmin masih tampak tidak mengerti.
''Untukmu. Berapa kali aku harus mengulanginya?''
''Tapi Anda sudah membayarnya jadi...''
''Aku memberinya untukmu,'' ulang Leeteuk, ''kau pasti tahu 'kan apa arti bunga aster? Aku memberimu kepercayaan dan aku harap kau juga memberi kepercayaan padaku.''
Kini Sungmin sedikit mengerti tapi... Apa kepercayaan yang Leeteuk berikan padanya?
''Ini.'' Leeteuk menyodorkan sebuah kertas. ''Aku harap kau datang ke alamat ini lusa pukul 10 tepat dan membawa pistol itu. Jangan lupa ajak temanmu yang bersembunyi di belakang pintu juga. Aku pergi.'' Dia berjalan keluar toko tersebut.
Tiba-tiba langkahnya berhenti, ''Ah, aku lupa. Aku bukan seorang gay yang akan mengajakmu berkencan lusa, ingat itu Lee Sungmin.''
Leeteuk meninggalkan toko bunga tersebut bersama Heechul. Sungmin tampaknya masih bingung, apakah dia harus datang? Tiba-tiba Donghae tepat di belakangnya.
''HUWAAAAA!'' Sungmin sangat terkejut akan kedatangan Donghae secara tiba-tiba seperti hantu.
''Hei, siapa orang tadi? Apa dia punya indra keenam sampai dia tahu aku sembunyi di belakang pintu?'' Donghae tampak bingung dengan orang aneh—menurutnya yang datang tadi.
''Entahlah... Apa aku harus ikut ya?''
.
.
.
.
.
Di Game Center
DOOOORRR! DOOOOORR! DOOOOORRR! DRRRRRRTTT! DUAAARR!
Apakah ini di medan perang? Oh, tentu saja bukan. Itu hanya suara dari speaker game terdengar sangat berisik. Tentu saja, karena ini game center. Terdapat banyak orang di sana. Dari anak sekolah yang bolos sampai orang dewasa bermain dengan asyik di sini.
Di sebuah bilik di sudut ruagan, tampak seorang pemuda sedang dikerubungi teman-temannya.
''Waaaaah, hebat! Kau menang terus sampai level 89! Menakjubkan!'' puji salah satu temannya.
''Iya, padahal dia tidak memakai cheat.'' puji yang lainnya.
''Ajari aku ya, Kyuhyun-ah?'' pinta salah satunya, sedangkan Kyuhyun masih tetap fokus.
''Ah, kalian berisik sekali! Sebentar lagi aku menang lalu akan aku ajarkan kalian.''
Di sisi lain...
''Hei, untuk apa kita ke sini?'' tanya Heechul pada Leeteuk.
''Diam,'' titah Leeteuk. Kenapa orang ini sangat cerewet?
Leeteuk memilih bermain di samping bilik yang ramai itu. Dia memilih game yang sama dengan Kyuhyun.
Leeteuk memilih Fight Against Human. Rencana apalagi yang akan kau jalankan, Leeteuk?
''Eh? Ada yang mau bertarung melawanku? Baiklah, akan kuterima dengan senang hati.'' Sepertinya permainan ini akan menyenangkan—menurut Kyuhyun.
Permainan antara Leeteuk dan Kyuhyun berlangsung sengit. Keduanya sama-sama tak mau kalah. Kyuhyun disemangati teman-temannya dengan berisik, sedangkan Leeteuk... Hanya ditemani Heechul yang cuek.
CCAAAAAUUU! DOOORR! DOOOR! DOOOR!
Player 1 Won!
''APA?!'' Kyuhyun dan teman-temannya tak percaya. Bagaimana... Kyuhyun bisa kalah?
''Hehehe...'' Leeteuk tersenyum puas. Kyuhyun yang memang tak mau kalah menatap Leeteuk dengan tatapan menantang.
''Bagaimana? Aku bisa mengalahkanmu di level 91 hehehe... Oh ya, ini kenang-kenagan dariku. Datang ke tempat ini lusa pukul 10. Bagaimana?'' tanya Leeteuk menyerahkan selembar kertas lalu beranjak pergi dari situ.
Teman-temannya menatap Kyuhyun meminta penjelasan mengenai orang tersebut. Mata mereka seolah bertanya, "Siapa dia?"
"Siapa dia?" akhirnya salah satu temannya mengemukakan rasa penasaran semuanya.
KREEEEEK!
Kyuhyun meremas kertas pemberian Leeteuk
''Aku tidak akan kalah!'' tekadnya.
.
.
.
.
.
Di kantor polisi
Hiruk pikuk di kantor polisi sedikit ramai karena tindak kejahatan yang bertambah setiap hari. Orang-orang yang ada di situ terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Beberapa diantara mereka tengah mondar-mandir. Dan yang lainnya tampak sedikit bersantai sambil meneguk secangkir kopi dan donat di depan computer.
''Haaah... Bagaimana ini? Kasus pembobolan belum selesai, sedangkan kasus lain masih banyak, ARGH!'' lelaki bermarga Choi tersebut memukul meja karena frustasi.
''Kepala Ma! Kepala Ma! Tunggu dulu!''
BRUUUUKK!
Perempuan yang berteriak tersebut tiba-tiba jatuh di depan lelaki yang sedang frustasi tadi. Kertas yang dibawanya sekarang jatuh berserakan di lantai. Adegan terjatuhnya membuat mood sang lelaki tersebut bertambah buruk.
''Petugas Kim, bisakah Anda tidak berteriak di sini? Kau tahu 'kan berapa banyak kasus yang sedang kutangani?''
''Mianhamnida, Siwon-ssi.'' Perempuan tersebut membungkuk meminta maaf.
''Ah, iya!'' pekiknya, ''Bukankah kau sedang menyelidiki kasus pembobolan di daerah Sangamdong?'' Siwon mengangguk menimpali pertanyaan petugas Kim tersebut.
Petugas Kim mengisyaratkan Siwon untuk mendekat. ''Aku menemukan kertas ini di lokasi kejadian. Mungkin ini sebuah petunjuk dari sang kriminal.''
Di kertas itu terdapat sebuah alamat. Siwon mengingat-ingat kembali alamat tersebut. Setahunya, alamat tersebut jarang didengarnya.
''Tapi... Aku tidak bisa mengantarmu ke alamat tersebut maaf ya?''
''Ne, Kamsahamnida petugas Kim.''
''Ne, cheonmaneyo.''
Petugas Kim berlalu meninggalkan Siwon yang sedang memikirkan segala kemungkinan yang mungkin terjadi.
.
.
.
.
.
Di Restoran Cina
CEEEEESSSSS! TRAAAAANG! TRAAAAAANG!
Suara khas wajan terdengar di sebuah restoran khas China yang berada di pinggir kota Seoul. Seorang chef asli China tengah memainkan spatula dan wajan dengan cekatan. Semua bumbu dan bahan telah dimasukannya. Aroma dari masakan tersebut tercium sampai ke meja makan dan membuat para pelanggan tak sabar mencicipinya.
TRIIIIIING!
Masakannya sudah siap lalu diantarkan oleh seseorang ke meja pelanggan. Pelanggan yang telah menyiapkan sendok dan sumpit itu langsung menyantapnya. Entah karena kelaparaan atau makanan tersebut terlalu enak, piring tersebut sudah bersih dalam sekejap.
''Hebat kau, Han gege! Semua masakanmu mampu membuat pelanggan seperti orang kelaparaan 3 hari!'' puji Ryeowook—pelayan yang mengantarkan makanan tadi.
''Ah, kau ini! Aku hanya mempelajarinya sedikit dari ibuku.'' Hangeng terlihat malu saat Ryewook memujinya.
''Tapi kau benar-benar hebat!''
''Eh, di sana ada pelanggan cepat layani!'' Perintah Hangeng membuat Ryeowook cepat-cepat mengambil buku menu.
Ryeowook membungkuk menyerahkan buku menu kepada sang pelanggan dengan sopan. Sang pelanggan tampak menimbang-nimbang makanan apa yang akan dimakannnya.
''Aku pesan Chow Mein dan Jiaozi,'' ujar sang pelanggan telah menentukan pesanannya..
''Heechul-ah, kau mau pesan apa?'' tanya Leeteuk—yang memesan.
''Aku tidak akan pesan,'' jawab Heechul.
''Baiklah.'' Ryeowook segera menuliskannya dan segera menyerahkannya pada Hangeng.
''Ckckckck... Ternyata kau ini tukang makan, ya? Baru saja makan sudah makan lagi,'' ujar temannya.
''Biar saja, aku yang membayar,'' balas Leeteuk.
Setelah beberapa menit menunggu, makanan yang dipesan Leeteuk telah siap. Ryeowook segera mengantarkannya ke meja no. siap dengan sumpit, Leeteuk memakan Chow Mein dan Jiaozi yang telah dipesannya dengan lahap. Karena tergoda dengan wanginya, Heechul berniat meminta Jiaozi.
''Heh, ini punyaku!'' Tangan Leeteuk menepis tangan Heechul yang hendak mengambilnya.
''Dasar pelit,'' gumam Heechul nyaris tak terdengar, namun sepertinya Leeteuk mendengarnya dan memberikan tatapan maut padanya.
''I-iya... Makan saja sendiri.'' Heechul mengalihkan pandangannya.
"Kenapa aku harus bertemu orang ini dan menemaninya seharian? Sial!" pikir Heechul.
Sambil menunggu Leeteuk yang sedang makan dengan lahap, Heechul sesekali memainkan sumpit dan melihat ke sekitar.
'Apa orang ini dapat dipercaya? Aku tidak begitu yakin. Ah, masa bodoh! Yang penting kan aku dapat banyak uang'—batin Heechul.
Entah terlalu banyak melamun atau apa, Heechul tidak sadar Leeteuk sudah menghabiskan makananya dan menyisakan piring yang sudah bersih. Mereka kemudian menuju kasir untuk membayar semuanya.
''Ini kembaliannya, terima kasih.'' Petugas kasir itu berkata ramah. Leeteuk dan Heechul pergi dari restoran itu.
''Eh, dompet siapa ini?'' Sebuah dompet berwarna coklat tergeletak di meja. Di dalamnya, terdapat banyak uang dan kartu nama.
Mata Ryeowook menangkap Leeteuk dan Heechul yang baru saja keluar. ''Tuan, tunggu sebentar!''
Ryeowook berlari mengejar Leeteuk dan Heechul. Sayangnya, mereka telah pergi jauh.
''Haaah... Bagaimana ini? Mereka telah pergi jauh.'' Ryeowook bertanya pada dirinya sendiri. ''Woah... Uangnya banyak sekali.'' Ryeowook melihat isi dompet tersebut yang ternyata terdapat banyak uang. Dengan segera, ia menepis pikiran buruknya. ''Ah, apa sih kau pikirkan, Kim Ryeowook? Kau harus mengembalikannya! Ya... Harus!''
.
.
.
.
.
Di Sebuah Toko Bunga
''Hmm... Harumnya...'' Seorang pria berbadan kekar tengah asyik mencium aroma bunga mawar. Mungkin beberapa orang berpikir... dia seharusnya bekerja di GYM atau yang lainnya. Ia seperti singa gagah yang bersembunyi diantara bunga-bunga cantik.
''Fufufu... Fufufu...'' Dia sesekali bersiul sambil merapikan bunga-bunga.
KRIIIIIIIING!
Telepon di dekatnya berdering. ''Yeoboseyo, toko bunga milik Kim Young Woon di sini.''
''Ah, Kangin, ternyata kau pandai menyembunyikan identitasmu.''
''Hei, kau bicara apa? Siapa kau?''
''Hahaha... Jika kau ingin tahu datang saja ke xxx besok. Sampai jumpa, Neung Ryeok Ja.''
''Eh, kenapa dia tahu tentang 'itu'?'' Kangin bertanya pada dirinya sendiri. ''Hm... Aneh.''
.
.
.
.
.
Di Kedai Pizza 24 Jam
''Hoooaaaaam...'' Seorang lelaki yang duduk di meja dekat kasir menguap dengan lebar. Sudah pukul 11 malam, dirinya harus menjadi penghuni di kedai pizza ini.
''Aish... Jinjja! Kenapa kita harus menunggu kedai bodoh ini, Yesung hyung? Lagipula siapa yang mau makan pizza tengah malam?! WAE! WAE!'' Eunhyuk berteriak tidak jelas di situ. Perkataannya memang benar, siapa yang mau makan pizza tengah malam—kecuali Patrick si bintang laut.
''Memangnya kau tahu tempat bekerja part time dengan gaji besar?'' Handphone Yesung mengeluarkan suara. Eh, tunggu dulu... Handphone?
''Oh... Yang benar saja! Ini bukan Krusty Krab!'' Lap yang dipegang Eunhyuk dilemparkan ke meja.
''Hm... Kita pulang saja, lalu nanti jam 5 kita datang ke sini jadi bos tidak akan memarahi kita,'' usul Yesung yang menggunakan handphone untuk berbicara.
''Kenapa tidak daritadi saja, hyung! Ah, ya sudah kita pulang!'' Eunhyuk bersemangat mengambil tasnya.
KRIIIIIIIING!
Telepon di situ berbunyi. Eunhyuk memutarkan bola matanya kesal karena waktu pulangnya harus tertunda karena telopon yang mungkin tidak penting.
''Yeoboseyo,'' jawabnya malas.
"Apa ini kedai pizza?"
"Ya, tuan," jawab Eunhyuk lalu memutarkan bola matanya kesal.
"Aku pesan 3 pizza ukuran besar. Tolong antarkan ke xxx lusa pukul 10. Pastikan kau datang tepat waktu."
Ckleeeeek!
Tuuuut… Tuuuut… Tuuuuut…
"Lusa? Lalu kenapa dia memesannya sekarang? Ah, masa bodoh! Sepertinya dia hanya orang iseng." Eunhyuk bertanya pada dirinya sendiri.
"Hei… sedang apa kau? Ayo, kita pulang!"
"Ne, Yesung hyung!" Eunhyuk bersiap-siap pulang dari situ dengan semangat. Dia telah mengunci pintu kedai itu sehingga kedai itu akan aman.
Ketika Eunhyuk membalikkan badanya...
"AH! Eh… bos?" Eunhyuk tampak kaget ketika melihat bosnya sudah berdiri dengan muka yang memerah di depan pintu.
"ANTARKAN PIZZA ITU LUSA ATAU KALIAN KUPECAT!"
"B-baik!"
"Sialan!"
TBC
Hehehe... gimana ceritanya? Aneh? Biasa aja? Kurang greget?
Oke, ke-absurd-an mulai kambuh -"
Author harap ini cukup menghibur readers hohoho... -w-
Makasiiihh... banget buat readers yang udah baca fic ini
Jangan lupa reviewnya, ya , *puppy eyes*
Sampai jumpa di chap berikutnya! ^^/
JURUS MENGHILANG! WUUUSSSHH!(?)
