Title : Last Letter

Genre : Angst/romance

Rated : T

Disclaimed : KHR Belong to Amano Akira!

A/N :

Wah saya terharu sama pembaca yang bilang ffic yang dulu2 bagus ;A; padahal dikirain garing ternyata ga ;w; oh iya, buat CrusedCrystal maaf, saya emang orangnya cman bisa buat angst ;w; g bisa bikin yang lainnya :P ini juga angst sih dan tetep D18! jadi silahkan dibaca~

+ : Colaborate with Chercez d Arisato yang mau lihat versi lainnya dan juga versi inggris silahkan dilihat di profile dia klo dah slesai :P

Markas Vongola dipenuhi oleh beberapa orang dari keluarga mafia lainnya. Lily putih bertebaran disekitar hutan maple yang berada didekat sana. Beberapa orang yang mengenakan jas hitam keluar dari tempat itu tanpa suara.

Sawada Tsunayoshi, sang pemimpin vongola keluar dari tempat itu paling akhir. Dia melihat kearah sekitarnya dan juga kedalam hutan itu, mencari seseorang yang seharusnya ada pada saat pemakaman itu. Tetapi nyatanya dia tidak menemukan orang itu dimanapun.

Pada akhirnya, setelah yakin orang itu tidak ada dimanapun juga, Tsuna mencoba untuk mencarinya disatu-satunya tempat yang tersisa. Sebuah ruangan yang didalam pintunya terdapat lambang Vongola Cloud Guardian. Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Tsuna membuka pintu itu dan mencoba untuk menemukan sosok yang dicarinya. Dan ternyata laki-laki berambut kuning itu sedang duduk dikursi dan menghadap kearah jendela.

Tsuna menghela nafas dan menghampiri orang itu. Menepuk pundaknya pelan, tsuna mengatakan sesuatu padanya. "Aku tahu Dino-san... Kau masih sedih karena kematian Hibari-san..." Tsuna melihat Dino dengan tatapan sedih dan juga khawatir. "Aku dan juga yang lainnya juga merasakannya..."

"Tetapi, kau tidak bisa menghindari kenyataan dengan tidak datang kepemakaman Hibari-san, Dino-san..." Lanjut Tsuna, tetapi tidak ada jawaban sama sekali dari Dino. Tsuna hanya bisa menghela nafas dan melihat kearah Dino.

"..." Dino hanya bisa terdiam dan tetap melihat kearah sebuah bingkai yang terletak didepan foto itu. Tsuna yang melihat pandangan Dino tidak tertuju padanya, melihat kearah bingkai itu dan sejenak terkejut. Tsuna menutup matanya dan seperti sedang menahan tangisnya, dia menundukkan kepalanya sedikit kearah Dino dan akhirnya keluar tanpa mengeluarkan suara sedikitpun.

Dino hanya bisa terdiam sambil melihat kearah foto yang ada didepannya itu. Pandangannya kosong dan dingin, dia tidak bisa lagi merasakan emosi apapun. Sedih, senang, marah, dia tidak bisa lagi merasakannya. Hatinya sudah membeku semenjak kematian Hibari. Emosinya sedikit demi sedikit terkisis dan kekosongan mulai menyelimutinya. Tetapi, nyatanya dia menerima begitu saja...

"Kau Kyouya Hibari?"
"Siapa kau...?"
"Aku bisa dikatakan sebagai kakak Tsuna dan juga punya hubunga dengan Reborn. Aku kemari ingin menanyakan tentang cincin yang mempunyai lambang awan itu."
"Oh, bayi itu? Kau pasti orang yang kuat, aku tidak perduli dengan cincin itu selama aku bisa menggigitmu sampai mati."

---x---

"Dino... Dino..." Hibird yang sudah kehilangan tuannya, sekarang ini lebih suka menghilang ditengah hutan pohon mapel itu. Kalau saja dia keluar dari hutan itu, dia hanya berada dibahu atau disekitar Dino. Mungkin dia pergi ketengah hutan itu karena mencari Hibari. Sementara Dino, karena dia selalu berada disebelah Kyouya ketika dia masih hidup.

Biasanya, semenjak kematian Hibari, Dino tidak memperdulikan Hibird yang terbang diatasnya atau hinggap dipundaknya. Tetapi, saat itu ada sesuatu yang juga dibawa oleh Hibird. Sebuah surat yang sepertinya memang dia bawakan untuk Dino saat itu.

"Surat apa itu Hibird..." Dino mencoba untuk menyentuh Hibird dan mengelusnya sebelum dia mengambil surat itu. Dan mencoba untuk menemukan nama pengirim surat itu. Tetapi semua itu nihil, tidak ada sebuah tulisanpun di amplop yang ada ditangannya itu.

"Hibari, Hibari..." Hibird seperti memanggil Hibari yang tidak ada disana. Tetapi, Dino menyadarinya dan dengan cepat membuka surat yang ada disana.

To, Cavallone

Aku yakin,

Ketika kau mendapatkan surat ini aku sudah tidak ada lagi didunia ini...
Aku sudah tidak bisa lagi melihatmu, mendengarmu, dan juga menyentuhmu...
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana wajahmu ketika melihat surat ini...
Kau yang selalu tersenyum, selalu menghiburku walaupun aku menanggapinya dengan dingin...
Kau selalu ada disaat aku ada, Kau selalu mendengarkan apapun yang aku katakan, sesakit apapun...

Meskipun aku tidak pernah mengatakan ini kepadamu dan juga yang lain...
Aku selalu menganggapmu sebagai orang yang paling berharga bagiku...
Kau selalu mengatakan bahwa kau ingin melindungiku, ingin selalu menjagaku selamanya...
Kau selalu beranggapan kau tidak pernah melindungiku dan hanya membuatku terluka.
Tetapi, tanpa kau sadari kau selalu melindungi perasaanku Cavallone...
Aku ingin memberitahukanmu sesuatu...

...

Mungkin tidak sekarang,

Aku akan menunggumu ditempat itu...

Kuharap kau bisa menemukannya...

Dino hanya tersentak dan terdiam ketika melihat surat itu. Surat yang walaupun tidak ada nama pengirimnya, Dino tahu yang menulisnya adalah Kyouya. Menaruh surat itu di meja dan hanya terdiam sambil menutup matanya. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi ketika membacanya. Tidak mengerti? Ya, dia tidak mengerti apa yang dituliskan oleh surat itu. Sudah cukup dia tidak bisa menangis lagi semenjak kematian Kyouya yang mendadak itu.

----------x--------

"Temui aku di tempat biasa jam 12 malam, oke Kyouya!"

"..." Kyouya hanya berjalan menuju kekediaman Cavallone ketika itu. Tanpa tahu apa yang diinginkan oleh Dino sampai memanggilnya kesana, tetapi Kyouya tetap pergi ketempat itu. Ketika dia akan memasuki kediaman orang itu, tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggu fikirannya. Sekelompok orang yang berkumpul didepan tempat Cavallone.

"Penyerangan akan dilakukan malam ini... Ketika penjaga dan anak buah didalam rumah mulai berkurang, kita menyusup dan bunuh pemimpin Cavallone..." Hibari terkejut mendengar kata-kata salah seorang dari mereka. Menatap mereka tetapi dia memutuskan untuk tidak menghabisi mereka sekarang.

-x-

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas malam. Suasana dikediaman Cavallone tampak tenang dan sepi. Beberapa pengawal sudah terlelap karena memang disuruh oleh boss mereka. Tampak beberapa orang yang berkumpul siang itu sedang berjalan masuk kedalam kediaman Cavallone setelah membuat penjaga rumah itu pingsan.

"Rencana akan dimuali sekarang..." seseorang yang sepertinya pemimpin mereka memberi komando dengan komunikasi jarak jauh. "apakah semuanya sudah siap di posisi?"

"Kami sudah si- UAGH!" beberapa orang yang dihubungi tiba-tiba seperti diserang oleh seseorang. Sang pemimpin penyerangan terlihat terkejut dengan apa yang didengarnya.

"Hei ada apa?"

"Siapa kau?" suara disebrang sana seperti terjadi perkelahian. Lalu suara itu digantikan dengan sunyi senyap. Tidak ada suara siapapun tetapi telpon belum diputus oleh orang yang ada disebrang sana.

"Sepertinya rencanamu tidak berjalan mulus..." ternyata yang memegang alat komunikasi mereka adalah Hibari.

"S-siapa kau!"

"Aku tidak akan memberitahukan siapa aku... Tetapi, kalau kau menyetuh Cavallone sedikit saja... Aku akan membunuhmu..." Hibari mengatakan hal itu dan menutup handphonenya.

Orang itu terlihat terkejut dan segera masuk kedalam hutan tempat para anggotanya mengepung markas Cavallone. Tetapi yang ada disana hanya Hibari dengan memegang tonfa penuh dengan darah dan juga beberapa anak buahnya yang tumbang didepan Hibari.

"Kau datang juga..." Hibari melihat orang itu dan mengangkan tonfanya yang sudah diselimuti oleh flame ungu miliknya. "Aku akan menghabisimu dengan segera..."

"..." Orang itu terlihat berkeringat dan sedikit bergetar. Tetapi, tiba-tiba dia tersenyum melihat Hibari. Dan dalam waktu beberapa detik, sebuah peluru menembus tubuh Hibari diikuti beberapa peluru yang juga menembus tubuhnya.

Dengan peluru sebanyak itu yang menembus tubuhnya, seorang Hibari Kyouyapun pasti akan tumbang. Orang itu hanya tersenyum dan melihat kearah Hibari. "Kau fikir, aku menyerang keluarga Cavallone tanpa persiapan yang matang...? sekarang, kau sudah tidak bisa apa-apa dan aku akan membunuh Dino Cavallone, jangan menghalangiku..."

Orang itu akan pergi, tetapi Hibari langsung menatap orang itu dan berdiri kembali walaupun dengan susah payah. Tatapan membunuh yang benar-benar bisa membuat orang gemetar dan juga dengan luka seperti itu. "Sampai kapanpun... Aku tidak akan membiarkanmu maju selangkahpun..."

--x--

Dino masih menunggu Hibari dengan penuh harapan. Dia menunggu ditengah hutan itu, didepan danau yang sering mereka kunjungi ditempat itu. Waktu sebentar lagi menunjukkan pukul 12 tetapi tidak ada tanda-tanda Hibari yang datang menemuinya. Dino hanya menghela nafas dan tetap menunggu Hibari.

"Apakah dia benar-benar tidak datang..."

Waktu menunjukkan pukul 12 malam dan tetap tidak ada tanda-tanda Hibari akan datang. "Hah... 5 Mei... Selamat ulang tahun Kyouya... Walaupun aku tidak tahu kenapa kau tidak datang..."

BANG!

Baru saja Dino mengatakan hal itu, suara tembakan menggema ditempat itu dan membuatnya langsung merasakan firasat buruk. "K-Kyouya...?"

DRRRRR

Handphone Dino berbunyi, dan dilayar tertulis Kyouya.

"K-Kyouya? Kau ada dimana?" Dino langsung menjawab dan yang terdengar bukan suara Hibari tetapi suara Romario yang terdengar sangat pelan disana.

"Dino-sama..."

--x--

Dino segera berlari ketempat yang ditunjukkan oleh Romario. Jantungnya berdegup sangat kencang dan perasaannya benar-benar tidak enak. Dia ingin segera sampai disana dan melihat apakah rasa tidak tenang ini hanya perasaannya saja.

"Kyouya!" Dino melihat kearah Romario dan yang lainnya yang sekarang ini mengerumuni salah satu pohon yang ada disana. Dibawah pohon itu, beberapa orang tumbang dan disana Hibari tergeletak dengan darah ditubuhnya. Luka-luka itu terlihat sangat parah. Dino segera mendekatinya dan melihat keadaan Hibari.

"Kyouya, kau tidak apa-apa?" Dino mencoba untuk memegang tangan Hibari yang mulai dingin. Hujan tiba-tiba membasahi tempat itu dan membasahi tubuh Hibari, Dino, dan yang lainnya. "Kyouya... Jawab aku! Ada apa sebenarnya ini Romario!"

"Kyouya-san... Melawan orang-orang yang berencana untuk membunuh anda Dino-sama..." Dino melihat kearah Romario dengan wajah tidak percaya dan melihat kearah Hibari lagi.

"Kyouya.... benarkah itu Kyouya..." Dino memegang pipi Hibari. tangannya bergetar ketika itu. "Kyouya..."

"..." Hibari yang seharusnya sudah tidak mempunyai tenaga lagi, menggerakkan tangannya dan memegang tangan Dino. "Hei..."

Dino tersentak dan melihat kearah Hibari. "K-Kyouya, kau masih sadar? Cepat Romario, panggil ambulance sekarang juga! Kyouya, tetaplah disampingku... jangan pergi kemanapun juga..."

Hibari melihat kearah Dino yang sekarang ini tidak terlihat jelas olehnya selain karena hujan, juga karena rasa lelah yang mulai menjalar. Tetapi dia tersenyum, tersenyum lembut hal yang tidak pernah dia tunjukkan bahkan kepada Dino sekalipun. "Aku... Tidak bisa lagi berada disampingmu Dino... Kau tidak bisa melawan perasaanmu... Kau tahu aku akan pergi..." Dino hanya bisa diam dan melihat Hibari.

"Tidak, aku tidak suka ini... Jangan tinggalkan aku Kyouya..." Dino mencoba untuk mempererat genggamannya dan berusaha tetap membuat Hibari sadar. "Aku... tidak bisa hidup tanpamu Kyouya... Kumohon..."

Hibari memegang pipi Dino dan akan menghapus air mata Dino yang akan keluar itu. "Tidak seperti kau saja... Aku tidak apa-apa, aku melawan mereka bukan untuk melihatmu seperti ini bodoh..." Hibari terbatuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Luka ditubuhnyapun mengeluarkan darah.

"Kyouya, jangan berbicara dulu!" Dino mencoba untuk menghentikan darah tetapi percuma. Pandangan Hibari mulai memudar, dia bisa merasakan degupan jantungnya yang mulai melemah... dan melemah...

"Dino..." Hibari dengan sisa kekuatannya mengalungkan tangannya dileher Dino dan mencium pipinya serta membisikkan sesuatu ditelinga Dino sebelum tangannya terjatuh dan pandangannya menghilang sepenuhnya.

Grazie per tutto e io ti amo*

---x---

"Kyouya..." Dino menutupi wajahnya dan terdiam untuk sejenak. Hibird tetap bertengger dibahu Dino dan diam saja.

"Dino...Dino..." Hibird mencoba untuk mengalihkan perhatian Dino sambil mematuk-matuk surat itu. Dino sadar, yang harus dia lakukan sekarang adalah menemukan surat kedua. Tetapi dimana...

Memikirkan semua hal itu beberapa saat sebelum Hibird memasukkan sebagian tubuhnya kedalam amplop seperti mencari sesuatu disana. "hibird, apa yang kau lakukan...?" Dino menarik kembali Hibird keluar dan melihat apa yang dicarinya. Didalam mulutnya, terdapat serpihan daun. Dino segera mengambilnya dan melihat daun itu.

"Daun..." Dino melihat daun itu dengan seksama dan menyadarinya. "Ini daun Maple... Tapi-" Melihat daun itu Dino teringat akan sesuatu. Dia segera berlari keluar dari kamarnya.

"Dino-sama, apa yang kau-" Romario melihat Dino yang berlari. Tetapi, Dino tidak melihatnya dan langsung berlari meninggalkan tempat itu.

===========x==========-

M-Maaf, ini maunya gw bikin jadi 1 chap aja, tapi ternyata g bisa =A= ya sudahlah, saya bikin 2 chapter~

Kurang angst ya?

Garing ya?

;w;

Yang pasti Hibari n Dino dipastikan OOC! XD

Maaf deh, silahkan flame aja klo kurang angst atau garing A yang penting ripiu ya~

*terima kasih untuk semuanya, dan aku mencintaimu...