Semua karakter yang terlibat hanya milik Masashi Kishimoto sensei
This story based on Boys Love Manhua and Anime (YAOI) of
Hyperventilation by Lewin
If you want, you can find the real story on Internet.
.
.
Saya hanya meminjam serta mengkonversi ke dalam Straight pair Sasuke x Hinata. Saya tidak mencari keuntungan apapun dari tulisan ini.
WARNING! MATURE CONTENT ALERT
.
.
HYPERVENTILATION
A Secret of Passion Story by Hexe
.
.
Bagian satu
REUNION
.
.
" Ichi, ni -kampai!"
Suara sorak sorai yang dibarengi dengan suara beradunya gelas kaca kecil yang berisikan cairan bening; sake -memeriahkan malam yang cerah di penghujung musim panas. Puluhan orang yang berkumpul dalam satu meja yang memanjang memenuhi salah satu restoran keluarga sederhana yang berlokasi di pinggiran keramaian kota.
Beberapa orang sibuk menceritakan mengenai kehidupan masing-masing setelah lulus dari Konoha Senior High School, ya –ini adalah acara kembali berkumpulnya para alumni dari angkatan ke 26 dari sekolah yang cukup bergengsi itu. Jika dilihat lagi, sudah sembilan tahun lamanya sejak upacara kelulusan mereka dari sekolah. Waktu yang cukup lama bagi mereka agar bisa kembali berkumpul untuk saling bercerita atau bahkan mungkin untuk bernostalgia bersama.
Membahas mengenai kenakalan dan kekonyolan yang mereka lakukan ketika menginjak bangku senior high. Kencan buta, cinta monyet –bahkan kisah-kisah absurd lain menjadi topik yang menyenangkan untuk dibicarakan malam ini.
Pesta reuni sederhana yang dihadiri puluhan orang itu menjadi moment istimewa bagi mereka yang memiliki kisah atau cerita yang paling berkesan yang mereka alami selama masa sekolah. Tawa dan canda semakin memeriahkan malam yang kian melarut dan semakin menggelap.
Salah satu pria dengan rambut hitam emo yang khas, juga dengan kedua manik hitam jelaganya menjadi pusat perhatian dan kerubunan para wanita seperti biasa. Pria itu, Uchiha Sasuke, yang menjabat sebagai presiden siswa atau ketua OSIS di dua tahun terakhir masa sekolahnya.
Pria yang terkenal dengan ketampanan dan kepintarannya di dalam semua bidang akademik maupun non akademik. Sosok paling diincar oleh para gadis masa itu –mungkin, hal itu juga masih berlaku bagi dirinya sekarang. Menjadi pusat perhatian dan menjadi sorotan adalah hal yang biasa baginya.
Dan hanya ada satu wanita yang hanya memandang ke arah Sasuke tanpa ikut berkerumun untuk sekedar menyapa atau bahkan berbincang. Wanita itu adalah Hyuuga Hinata, wanita bersurai indigo sebahu dengan kedua manik perak keunguan yang khas dari keluarganya. Seorang pegawai swasta yang biasa saja, baik dalam segi penampilan atau dalam segi kemampuan maupun keahlian. Hinata hanya seorang wanita biasa, wanita yang berpakaian sederhana dengan tampilan wajahnya yang selalu terlihat natural.
Hinata hanya bisa memandang dan memperhatikan pria yang disukainya itu dari jauh, bahkan sampai sekarang pun, dirinya hanya bisa menatap sayu di pojok ruangan. Sebenarnya, Hinata datang dan menghadiri undangan reuni malam ini hanya untuk kembali bertemu dan melihat Uchiha Sasuke setelah sembilan tahun tidak bertemu. Karena menurut kabar yang beredar, Sasuke pergi ke luar negeri dua hari setelah kelulusan dan kembali lagi ke Jepang sekitar tiga tahun yang lalu.
Tidak ada teman yang bisa Hinata ajak berbincang, karena sebenarnya Hinata adalah sosok yang pendiam dan anti sosial selama masa sekolahnya. Bukan tidak ingin berbaur atau apa, Hinata hanya terlalu pemalu untuk sekedar menyapa atau memulai obrolan dengan seseorang. Dan niatannya datang kemari dengan penuh harap adalah agar dia bisa kembali bertemu dengan Sasuke, dan hal itu terjadi malam ini –Uchiha Sasuke menghadiri acara reuni dengan di temani kedua teman dekatnya, Uzumaki Naruto dan Nara Shikamaru.
"Oh, lihatlah! Presiden kita sekarang sudah memiliki calon isteri!"
Suara nyaring yang berasal dari Naruto itu membuat semua perhatian tertuju pada Sasuke, semua orang mendadak diam dan membuat suasana menjadi hening seketika. Sasuke yang mendengar ocehan dari sahabatnya itu hanya memejamkan mata lalu meneguk satu gelas sake.
Sebuah cincin emas melingkar dengan indah di jari manisnya, membuat kilauan yang terpancar dari permata yang menempel di tengah-tengah cincin itu terlihat karena tertimpa cahaya lampu.
Hinata yang melihat cincin emas itu hanya membulatkan kedua matanya; tidak percaya. Dalam sekejap, hati dan dadanya terasa sesak dengan kedua matanya yang mulai berkaca.
Seharusnya, dirinya tidak usah datang malam ini. Seharusnya, dirinya sudah menyiapak diri jika situasi ini pasti akan terjadi. Situasi dimana Uchiha Sasuke sudah memiliki wanita yang akan dijadikan pendamping hidup. Karena tidak mungkin pria tampan dan kaya raya sepertinya tidak memiliki pasangan.
Detik berikutnya, Hinata menegak sake tanpa menuangkan cairan alkohol itu ke dalam gelas; Hinata langsung menegak dari botolnya dengan cepat. Hal yang dilakukannya memang konyol, dirinya sedang patah hati dan tidak ada satu orang pun yang menyadarinya disini.
Hinata tidak menyadari tatapan dari kedua manik hitam itu memandang dengan intens ke arahnya, yang ia lakukan hanya terus meneguk sake itu hingga habis tidak tersisa.
"Nah, seperti apa wanita yang beruntung itu, Sasuke?"
Hinata bisa mendengar pertanyaan menggoda yang dilontarkan salah seorang pria pada Sasuke. Dengan tubuh yang bergetar, Hinata meremas celana panjang yang dikenakannya; menunggu dengan was-was jawaban yang akan keluar dari mulut Sasuke.
"Seperti apa?"
Hinata semakin mengeratkan remasannya,
"Dia sangat cantik."
Suara riuh dibarengi siulan menggoda terdengar ke penjuru ruangan, beberapa orang tertawa sambil mengucapkan selamat pada Sasuke, beberapa orang lain bersulang sebagai tanda perayaan jika sang mantan presiden siswa mereka sebentar lagi akan melepas status lajangnya.
Hinata berdiri dengan sebuah mantel cokelat di sebelah tangannya, kepalanya ia tundukkan lalu bergumam setelahnya.
"Aku ingin mencari angin."
Tidak ada yang memperhatikan dirinya, tidak ada pula yang menyadari dirinya keluar dari restoran, tidak ada kecuali Sasuke yang sedikit mengerutkan kedua alisnya kala mendapati wanita itu keluar.
Hinata mengenakan mantelnya sambil berjalan keluar, hati dan perasaannya sudah hancur dan tidak tersisa lagi sekarang. Dan alasannya untuk tetap berada di acara itu sudah menghilang, tidak ada lagi alasan yang mengharuskannya untuk duduk dan memperhatikan sang pujaan.
"Oh, kau mau kemana, Sasuke?"
"Aku ingin merokok."
Hinata yang mendengar percakapan itu membulatkan kedua matanya, namun kedua mata itu kembali menyendu dengan air mata yang sudah memenuhi pelupuk matanya. Hinata mengenakan sepatunya dengan cepat dan bergegas keluar dari restoran. Tidak ingin terlihat dan tidak ingin Sasuke mengetahuinya.
Wanita Hyuuga itu mendudukan dirinya di teras toko yang berada di sebelah restoran tempat reuni itu diadakan. Hinata mengeluarkan satu kotak rokok dan mengambil satu batang benda itu kemudian menyulutnya dengan api. Hinata menghisap rokok itu dalam diam sambil memeluk kedua lututnya.
"Aku tidak tahu sekarang kau menjadi seorang perokok."
Hinata mengangkat kepalanya yang tertunduk di atas kedua lututnya, suara itu; Uchiha Sasuke. Hinata bisa melihat pria itu kini berdiri menjulang di depannya sambil menyeringai tipis. Jantung Hinata berdetak puluhan kali lebih cepat dari biasanya, tidak menyangka jika Sasuke akan menyusul dan menghampiri dirinya yang kini terlihat sangat menyedihkan.
Tidak berniat membalas perkataannya, Hinata kembali menundukkan kepalanya dan menghisap rokoknya dalam diam. Sasuke masih berdiri sambil memandangi Hinata dalam diam, namun di menit berikutnya pria Uchiha itu mendudukkan diri tepat di samping tubuh Hinata dan memaksa wanita itu untuk menggeser ke samping.
"Geser sedikit."
Tubuh Hinata terlonjak ketika merasakan dorongan dari sisi panggul milik pria yang disukainya, hati dan pikirannya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan aneh tentang pria itu yang kini duduk dan sedikir merapat ke tubuhnya.
Hinata bisa mencium aroma musk yang begitu memanjakan penciumannya. Aroma kayu dengan kombinasi tanah basa yang lembut menggelitik hidung mungil miliknya. Aroma dari Uchiha Sasuke –aroma dari pria yang disukai dan dicintainya sejak senior high.
"Bisakah aku meminta sebatang rokok milikmu?"
Untuk beberapa detik Hinata hanya melongo sambil memandangi wajah Sasuke yang sedang memandang balik ke arahnya, kedua mata ametis miliknya menelusuri keseluruhan wajah dari Sasuke. Kedua pipinya yang tirus, garis wajahnya yang keras, rahangnya yang kokoh –juga kedua belah bibirnya yang sedikit tebal dibagian bawah dan sangat tipis untuk bagian atas.
Uchiha Sasuke memang sangat tampan.
Hinata meneguk ludahnya dengan susah payah, wanita Hyuuga itu memalingkan wajahnya yang mulai memerah; meski sebenarnya wajahnya itu sudah memerah akibat efek yang ditimbulkan dari sake yang tadi ia minum.
"Aku minta rokoknya."
"A-ah! Tentu saja."
Hinata sedikit gelagapan ketika berusaha mengambil kotak rokok dari saku mantelnya, membuat Sasuke yang memperhatikan gerak-gerik yang kikuk itu mengulas satu senyum tipis di bibirnya.
Sasuke menerima uluran rokok itu sambil memnggumamkan kata terima kasih. Hinata yang mendengar gumaman itu hanya mengangguk cepat dan kembali memalingkan wajahnya sambil kembali menghisap rokoknya yang tersisa setengah bagian.
"Api. Bisakah aku meminta apinya?"
Lagi, Hinata memandang dengan kikuk ke arah Sasuke yang kini mengacung-ngacungkan rokok yang sudah terapit di kedua belah bibirnya.
"Aku minta api."
"O-oh, baiklah."
Dengan kedua tangannya yang sedikit bergetar, Hinata menyalakan pematik dan mengarahkan api yang menyala itu ke rokok yang disodorkan oleh Sasuke dalam apitan bibirnya. Sasuke mencondongkan tubuhnya, membuat jarak keduanya terkikis dan hanya berjarak satu jengkal saja. Sasuke terus memandangi wajah Hinata yang memerah, kedua mata hitam milik pria Uchiha itu memperhatikan dan menelusuri seluruh permukaan wajah Hinata yang sedikit pendek dari wajahnya.
Kedua pipi wanita itu memerah, bulu matanya yang lentik dan lebat, kedua alisnya yang tipis dan panjang, hidungnya yang kecil, dagunya yang lancip; juga kedua belah bibir wanita itu yang sedikit membuka membentuk lengkungan yang membuat darah Sasuke berdesir seketika.
Hinata sedikit menarik diri ketika rokok milik Sasuke sudah menyala, wanita Hyuuga itu kembali memasukan pematiknya sambil sedikit menggeserkan pantatnya ke samping.
Untuk beberpa menit, tidak ada obrolan yang terjadi di antara keduanya, hanya semilir angin dan suara dari kendaraan yang menyelimuti keduanya. Hinata memang tidak berniat membuka percakapan dengan Sasuke, rasa sakit dan kecewa masih menyelimuti dirinya dengan penuh –apalagi pria yang kini duduk bersisian dengan dirinya adalah pria yang sudah membuat dirinya patah hati.
Sasuke terus menghisap rokok itu dalam diam, mencoba menikmati suasana hening yang menyelimuti keduanya. Sesekali, kedua manik hitamnya mencuri pandang ke arah Hinata yang terus menundukkan kepalanya. Sasuke melihat rokok milik wanita itu sudah habis, dirinya terus memperhatikan gerak-gerik Hinata yang kembali mengambil sebatang rokok untuk dihisap lagi.
Hinata menghentikan gerakannya ketika dirinya hendak menyalakan pematik, suara decakan lidah itu terdengar dan membuat dirinya terdiam seketika. Karena penasaran, Hinata sedikit melirikan matanya ke samping dan mendapati Sasuke sedang memandang datar ke arahnya tepat setelah Hinata mendengar decakan lidah darinya.
Detik berikutnya, Hinata memekik tertahan ketika satu lengannya ditarik dengan paksa dan tubuhnya di seret kedalam gang sempit nan gelap yang ada di sebelah toko tempat mereka duduk sebelumnya. Sasuke memaksakan tubuh Hinata untuk merapat ke dinding, menghimpit tubuh Hinata yang sedikit bergetar dengan dadanya yang kembang kempis tidak beraturan.
Hinata memalingkan wajahnya ke samping ketika kedua manik hitam itu memandangi dirinya dengan pandangan yang intens. Hinata membulatkan kedua matanya ketika merasakan satu paha Sasuke yang dimajukan agar menyentuh dan menggesek dirinya. Tubuh Hinata melemas seketika, tenaga yang ia miliki meluap entah kemana. Hinata masih memalingkan wajahnya yang kini sudah memerah padam, kedua tangannya meremas sisi bahu milik Sasuke dengan erat. Pria Uchiha itu memiringkan wajahnya sambil terus menekankan satu pahanya dan terus memandangi wajah Hinata dalam diam dengan ekspresi wajahnya yang sulit untuk diartikan.
Hinata melengguh ketika Sasuke sedikit mengangkat satu pahanya dan menekan Hinata lebih dalam; menciptakan tekanan dan gesekan yang membuat seluruh syaraf milik wanita itu melumpuh seketika. Detik berikutnya, Hinata bisa mendengar suara geraman tertahan dan mulutnya langsung di tangkap oleh mulut Sasuke.
Uchiha Sasuke mencium dirinya.
Tubuh Hinata bergetar ketika menerima sengatan-sengatan listrik yang terasa ketika bibir milik Sasuke memangut bibirnya. Kedua kelopak matan Hinata tertutup, kepalanya terasa pusing dengan debaran jantungnya yang semakin menggila. Uchiha Sasuke terus mencium dan memangut bibirnya secara berulang, desahan lirih kembali lolos ketika lidah pria itu menyapu lidah dan kulit pipi bagian dalam milik Hinata. Suara decapan terdengar begitu erotis di bawah langit malam dengan semilir angin yang menerpa kulit mereka yang terbuka.
Benang saliva tercipta ketika Sasuke melepaskan pangutannya, pria Uchiha itu menempelkan keningnya pada kening milik Hinata, ujung hidung mancung miliknya menyentuh hidung kecil Hinata. Napas keduanya sama terengah, berbagi napas satu sama lain dengan jarak yang begitu dekat –nyaris tidak ada ruang.
Sasuke merendahkan kepalanya dan mulai menjilati sisi leher jenjang milik Hinata, tidak ada yang bisa dilakukan oleh wanita Hyuuga itu selain mendesah dan melengguh ketika benda kenyal nan basah itu menyapu kulit lehernya yang sensitif.
"A-aahh, c-cukuph."
Hinata berusaha mendorong tubuh jangkung itu agar sedikit menjauh darinya, Hinata tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi sekarang. Wanita Hyuuga itu tidak tahu apa yang diinginkan oleh Sasuke darinya dengan tiba-tiba saja mencium dan mencumbui dirinya di gang sempit dan gelap.
Semua ini begitu mengejutkan dirinya.
Namun, tenaga yang berusaha ia kumpulkan untuk mendorong jauh tubuh Sasuke kembali hilang ketika satu telapak tangan dan sedikit kasar itu merayap di balik kaus hitam yang Hinata kenakan. Hinata memekik, merasakan telapak tangan itu menyapu perutnya yang datar dengan gerakan memutar yang halus.
"Jangan!"
Hinata menjerit ketika merasakan ibu jari milik Sasuke menyelinap di pertengahan dadanya. Jeritan yang sebenarnya terdengar lirih itu sukses menghentikan cumbuan dan gerayangan yang dilakukan pria Uchiha itu padanya. Sasuke hanya melihat sambil menyeringai tipis ke arah Hinata yang kini bernapas dengan tempo yang cepat dan tidak beraturan.
Sasuke menutup hidung dan mulut wanita itu dengan satu telapak tangannya, beberapa menit selanjutnya –napas Hinata sudah kembali tenang dan mulai beraturan. Sasuke terkekeh ketika melihat wajah dan telinga Hinata yang memerah.
"Kau tetap terlihat manis, Hinata."
Sasuke menjauhkan tubuhnya, membuat jarak diantara keduanya dan berdiri tak jauh darinya. Namun jarak yang baru saja tercipta kembali terkikis ketika Sasuke merangkul belakang leher Hinata dan menarik tubuh wanita itu kedalam rangkulannya.
"Ikut aku."
BERSAMBUNG
