Buka Dulu Maskermu, Biar Kulihat Wajahmu
"SAKUMO!"
Sosok berambut perak itu berkelebat, menambah kecepatan larinya. Kenapa gw?! Pikirnya berulang-ulang sembari mengecek tiga ninja yang mengejarnya masih berada di kejauhan. Oh yeah, semua ini gara-gara...
...benda tidak berdosa yang menutupi sebagian wajahnya a.k.a. maskernya...
Tapi kenapa?! Gerutunya, seolah dunia ini begitu tidak adil padanya.
"Oi, Sakumo! Ayolah, Cuma lihat sedikit aja! Oi pelit!"
Sakumo kelabakan, terkaget-kaget mendengar suara Jiraiya yang saat itu telah berada dekat dengannya. Kembali menambah kecepatan, ia menggerutu tak jelas mengenai nasibnya yang begitu malang sehingga bisa-bisanya memiliki senpai yang kebetulan tiga di antaranya—dan juga yang mengejarnya saat itu—adalah sannin yang legendaris di seantero Konoha.
"Senpai-tachi! Berhentilah mengejarku, KUMOHON!" teriaknya frustasi. Sambil berlari, tentunya.
"Hatake, kami akan berhenti mengejarmu kalau kau mau membuka maskermu itu...sebentaaar saja, ayolah!" teriak suara feminin dari kejauhan.
Kembali ia mengintip dari balik bahunya. Wajah wanita berambut pirang yang masih mengejarnya itu terlihat jujur. Tetapi, tidak, sampai ia menyadari benda kotak laknat yang ditentengnya—benda sialan itu, kamera...
Mereka berniat memotretnya! Wajahnya? Telanjang tanpa maskernya?! Kurang ajar!
Memantapkan hati untuk tidak mendengarkan bujukan gombal para senpainya ia pun melesat pergi. Terdengar olehnya samar-samar teriakan Tsunade yang mengatakan bahwa kamera yang dibawanya itu polaroid dan berjanji hanya sekali jepretan manis dan selesai.
Jangan bercanda, kehormatanku semuanya berada di balik masker ini! Teriaknya dalam hati. Dengan kecepatan yang membuat iri segala ninja yang ada, ia melompati atap-atap rumah di Konoha...
Jemuran...
Lompat.
Antena TV...
Keinjak.
Oops.
"...hei!...mereka baru masuk injury time, tahu!"
"Tenang saja Konoha pasti menang!" teriaknya buru-buru pada pemilik antena yang diinjaknya. "Soalnya, Suna baru ikut musim ini..." tambahnya.
"Ooi Sakumoooooo...."
Matanya membelalak, cepat-cepat ia menoleh ke samping kanannya. Terlihat olehnya sannin kodok itu kini telah berlari tepat di sampingnya, menyengir lebar. "Kaget?"
Mendesis pelan ia kembali mempercepat larinya. Atap rumah yang diinjaknya saat itu terasa bergelombang dan bersisik...
Sisik?
Sebelum sempat otaknya memproses, tiba-tiba saja permukaan atap yang diinjaknya bergerak, dan dengan cepat melilit tubuhnya. Benda yang melilitnya—diduga adalah ekor dari hewan raksasa berdarah dingin yang kini berada tepat di hadapannya.
Yay, kuchiyose huh? Mereka sampai membuang-buang cakra untuk hal iseng kayak gini? Aku gak percaya ini!
Sosok pucat yang berdiri di kepala ular raksasa itu berdecak perlahan. "perhatikan langkahmu Hatake. Selalu lihat ke dalam dari yang terdalam..." ujarnya mengejek.
Wajah sang Hatake malang itu kini pucat, menyamai sosok di hadapannya tersebut. "Orochimaru-senpai..."
Kali ini tamat riwayatnya, pikirnya putus asa. Di belakangnya terlihat tsunade dan jiraiya sudah berdiri mengepungnya.
Tiga sannin vs satu jounin elit
1-0
Ini nggak adil...
..................................daaaaan, keruntuhan klan hatake pun dimulai.....................................
TBC. (disclaimer; naruto masih miliknya kishimoto-sensei! Gw cuma nulis fanfic! urja shannan)
