Fanfiction ini awalnya pair nya KrisTao. Tapi berhubung saya kecewa sama tao gegara dia out di Exo, jadi saya ganti Hunhan. Ff ini yaoi tapi ga yaoi-yaoi banget hihi. Lebih kental friendshipnya. Yoi , selamat membaca deh...

Exo We are One!

.

.

.

.

Author's

.

.

Luhan menggiring bolanya dengan gesit. Pandangannya lurus pada gawang. Di depannya chen dan lay berusaha menghalanginya. Kakinya mengoper bola itu ke kanan, kemudian kekiri, lalu dia menendangnya melewati celah kaki lay dan chen.

Luhan berhasil lolos.

Gawang sudah berada tepat di depan mata luhan. Kakinya mengambil ancang-ancang untuk menendang bola. Seperti gerakan slow motion pada adegan 'shaolin soccer'. Dia menggunakan kaki kiri. Tendangan kaki kiri yang kuat.

Penjaga gawang mengambil ancang-ancang. Bola di hadapannya berputar-putar, kemudian melesat secepat kilat. Penjaga gawang itu menemukan arah bola yang akan menembus gawangnya. Penjaga gawang itu, Tao. Tao dengan memanfaatkan kakinya yang panjang,mencoba berlari ke sisi kanan gawang. Dia meluncur di tanah.

Bola itu mengenai tangan Tao. Tao berhasil menghalaunya.

Namun bola itu mengarah pada Kris. Luhan tersenyum, memberi kode pada kris. Kris menendang bola ke sisi gawang yang kosong. Dan tao tidak dapat meraihnya.

"Gol !" Kris berseru. Tangannya meninju udara, lengkap dengan senyumannya yang tampan.

"Penyelesaian yang bagus kris!" Luhan ber highfive ria dengan Kris.

.

.

.

...

Luhan dan kawan-kawannya sedang berganti pakaian. Baru saja mereka selesai mandi. Latihan futsal membuat badan mereka lengket. Biasanya mereka akan duduk melingkar di bawah shower. Kemudian menggosok punggung mereka bergantian. Kebiasaan seorang namja.

Kris mengancingkan kemejanya yang besar untuk ukuran seperti chen atau lay. Kris itu namja raksasa berbadan tinggi.

"hei kalian lihat bagaimana tadi aku menendang bola?, itu adalah tendangan super!" kris mulai menyombongkan diri. Ini adalah sifatnya yang alamiah. Susah untuk dirubah. Tapi teman-temannya tidak menganggapnya serius, mereka menanggapinya dengan gurauan.

"ya.. ya.. ya.. itu hanya kebetulan saja, biasanya tendanganmu hanya bisa merusak gawang" chen terkikik setelah mengucapkannya. Dan kris mendelik tidak suka, kemudian semua orang tertawa.

"seharusnya aku salto saja tadi, bola itu pasti bisa aku tangkap!" Tao badmood.

"kau harus berlatih lebih keras adik kecil" kris mengusak rambut tao, tao adalah adik keayangan kris.

Mereka semua kuliah di Universitas yang sama. Namun berbeda semester.

"kemampuan kalian sudah berkembang, selamat ya.." luhan, si kapten futsal ini mengacungkan jempolnya.

"ya, ini semua berkatmu. Arahanmu sangat manjur han" lay tersenyum. Dimplenya terlihat saat dia tersenyum ,manis.

Luhan adalah kapten yang hebat bagi mereka. Universitas mereka tidak memiliki club futsal sebenarnya. Namun club futsal ada berkat luhan. Dia dengan susah payah mencari anggota agar club futsal bisa terbentuk. Club futsal ini baru saja berdiri sekitar 6 bulan yang lalu. Club ini dipandang sebelah mata, sehingga mereka tidak menerima cukup dana untuk menyewa pelatih.

Dan mereka bersyukur memiliki luhan yang serbaguna. Dia pelatih dan kapten yang sabar. Sabar menghadapi Kris yang tempramen, lay yang agak susah menerima arahan, chen yang dulu payah dalam berlari ,tao yang manja serta kendala yang lain.

Namun mereka senang bermain futsal. Itu yang menjadikan mereka mau belajar dan bertekat untuk menjadi lebih baik.

"Ya! " pekik chen. Semua orang langsung menghampirinya, bertanya-tanya sebenarnya ada apa ?

"kau kenapa chen?" luhan sungguh penasaran.

"Adikku merampok kartu kreditku!, aku baru saja membaca tagihannya dari ponsel" chen merengut sebal. Ini sudah kesekian kalinya adik chen menggesek kartu kredit chen dengan seenak jidatnya. "dia membeli tiket konser Boyband Exo !, ini mahal sekali Ya Tuhan ! aku bangkrut!" chen menjerit histeris. Sungguh malang nasibnya.

"Exo?, mereka keren! Aku juga sudah beli tiketnya!" Tao menunjukkan tiketnya. Mencuiminya berkali-kali, seperti tiket itu adalah hartanya yang paling berharga.

"mereka terkenal!, pacarku tergila-gila pada mereka!" Lay juga terlihat sebal.

Kris penasaran, kemudian mencari foto exo di google. "apa hebatnya mereka dengan wajah seperti ini, wajahku lebih tampan!" kris menunjuk-nunjuk foto itu. "iyakan luhan!" kris menyenggol luhan.

Luhan menggenggam erat tas yang dibawanya. Jangan sampai mereka tau ada sepasang baju couple Exo di dalam tasnya. "I-iya, mereka payah" luhan menjaga imagenya.

"ya! Itu tidak benar! Suara mereka bagus, dancenya juga bagus" tao berujar dengan semangat. Matanya berbinar-binar. Sungguh tao benar-benar terhipnotis dengan boyband Exo itu.

Mereka hanya mengeleng-gelengkan kepala mereka. Mengabaikan tao dan meninggalkan ruang ganti.

.

.

.

Luhan baru saja naik lift. Kamar adiknya ada di lantai tiga ruma sakit ini. Luhan tersenyum, memandangi lampu lift yang sekarang sudah 'terang' di angka tiga. Lift itu terbuka, luhan bergegas keluar. Dia berhenti di kamar 101, menarik nafas panjang. Mengetuk pintu dengan pelan. Kemudian terdengar suara yang ceria "masuk!". Luhan masuk.

"hai princess, sudah minum obat?" luhan mengusap rambut adik cantiknya. Dia seorang yeoja yang cantik dan manis.

"pertanyaan oppa selalu sama" xiumin manyun.

"haha, oppa harus memastikannya chagi, kau kan susah jika minum obat" luhan duduk di samping adiknya.

"jika sehun oppa yang menyuapiku obat, aku mau membuka mulutku dengan lebar!" xiumin nyengir. Dia sangatlah polos. Umurnya baru 13 tahun.

"dasar gadis nakal!" luhan mencibir. Luhan mengeluarkan kaos couple yang ada di dalam tasnya. "jeng jeng!" luhan memberi kejutan kepada xiumin.

"woahh.. yeoppo" xiumin memeluk kaos itu. "gomawo oppa, ini sangat bagus.. woah ada foto sehun oppa dibelakangnya!" xiumin kegirangan, kemudian mengecup kilat pipi oppanya.

"oppa juga punya satu" luhan menunjukkan miliknya. "bagaimana, kau puas?" luhan mencubit pelan pipi adiknya.

"aniya.. pakai dulu baru aku puas hihi" xiumin memakai bajunya. Luhan terpaksa memakai bajunya juga. Sungguh, ini menjatuhkan harga diri luhan sebagai namja.

"ayo kita foto!" luhan mengeluarkan kameranya. Kemudian tersenyum, xiumin juga tersenyum lebar sambil memeluk oppanya.

"yoshh, aku akan check list dulu". xiumin mengeluarkan sebuah note book berwarna merah muda. Menyentang sebuah daftar.

Itu adalah daftar seorang 'Fangril', begitulah xiumin menyebutnya. Dia ingin melakukan semua yang di daftar itu sebelum dia berakhir.

Xiumin mengidap penyakit yang berhubungan dengan batang otaknya. Kata dokter itu virus. Dan xiumin merasa sehat karena setiap hari mendengarkan lagu Exo. Dia merasa seakan-akan dapat hidup seratus tahun lagi. Sebagai fans sejati, xiumin selalu mendamba idolanya. Dia selalu tersenyum jika melihat exo tampil di tv.

"kau sudah mencentangnya?" luhan bertanya, dan xiumin mengangguk.

"sedikit lagi akan selesai oppa" xiumin tersenyum manis.

Luhan berusaha mewujudkan semua keinginan xuimin yang ada di daftar itu. Luhan sudah membeliaknnya CD exo yang limited, itu adalah perjuangannya berkeliling di setiap toko kaset di seoul. Seminggu yang lalu dia mewarnai rambutnya seperti rambut sehun yang warna-warni, dan itu demi adiknya.

Namun dia agak pesimis untuk keinginan adiknya yang setelah ini. Dalam daftar itu tertulis 'aku ingin menghadiri konser exo bersama oppa'. Harga tiketnya tidak murah, dan luhan hanya seorang pekerja paruh waktu. Orang tua luhan kaya sebenarnya, tapi dia tidak bisa dengan mudah meminta uang.

Orang tua luhan sudah bercerai. Ibu luhan menikah lagi. Bergitu pula dengan ayah luhan. Sepertinya memang sudah tidak ada cinta di antara mereka. Luhan dan xiumin tidak ingin menggangu keluarga baru ayah dan ibu mereka. Akhirnya mereka memutuskan untuk hidup mandiri.

Namun saat xiumin sakit luhan putus asa, pekerjaannya sebagai pekerja paru waktu tidak bisa menutup biaya rumah sakit adiknya. Dengan membuang hargadirinya yang tinggi, luhan meminta bantuan ayahnya. Jika saat ini luhan juga butuh uang untuk membeli tiket konser dia tidak akan pernah mau meminta uang kepada ayah atau ibunya. Sudah cukup harga diriya terluka untuk pengobatan xiumin.

.

.

.

...

Luhan membersihkan meja dengan tidak semangat. Pikirannya sedang dipenuhi tentang 'bagaimana cara mendapatkan uang untuk membeli tiket konser'. Hell!, gajiannya juga masih lama. Tidak mungkin dia minta gajinya dibayar dimuka.

Kerja partime sebagai pelayan tidak seberapa, namun inilah pekerjaan yang bisa kau dapatkan dengan ijasah SMA.

"woy brother.. kenapa wajahmu kusut!" myungsoo, teman kerjanya menepuk pundaknya agak keras. Luhan meringis.

"gwenchana, aku Cuma butuh uang yang banyak" luhan kembali mengelap meja.

"wow, kalau soal uang aku menyerah" myungsoo mengangkat kedua tangannya dan nyengir. Luhan tau, jika masalah uang myungsoo tidak bisa di andalkan. Ya, mereka sama-sama namja yang pas-pasan soal uang.

"tapi, bro.. aku menemukan ini di jalan" myungsoo mengeluarkan selebaran iklan. Luhan membacanya.

Isinya adalah iklan sebuah pertandingan futsal terbuka. Dan hadiahnya lumayan besar. Jika luhan menang, dia tinggal menambahkan sedikit uang tabungannya dan dia akan mendapatkan dua tiket konser Exo. 'ya Tuhan! Ini adalah jalanmu' luhan bersorak dalam hati.

Luhan kemudian memeluk myungsoo, dia kelepasan saking bahagianya. Dan myungsoo menjitak kepala luhan. luhan tidak perduli kepalanya yang sakit, yang penting dia akan mendapatkan tiket itu segera.

Namun, masalahnya pertandingan itu akan di selenggarakan 3 hari lagi. Luhan sedikit pesimis. Namun, dia akan berusaha. Dia tidak akan menyerah sebelum mencobanya.

.

.

.

...

Setelah pulang kerja, luhan menghubungi teman-temannya. Mengajak mereka berkumpul di kedai ramen langganan mereka.

"hah! Pertandingan futsal!" teman-teman luhan terkejut. luhan mengangguk antusias.

"ini adalah kesempatan kita. Jika kita menang, club futsal akan naik daun, dan kita akan mendapatkan suntikan dana lebih untuk club kita. Ini kesempatan emas" 'dan aku akan bisa membeli tiket konser Exo' luhan berkata dalam hati.

"tapi, kita masih belum terlalu hebat han" lay meneguk segelas soju.

"dan pertandingannya tiga hari lagi, apa cukup untuk latihan?" Tao menekuk wajahnya. Dia membayangkan akan terus berlatih selama tiga hari kedepan. Pasti melelahkan.

"ayolah! Kita harus semangat, jangan kalah sebelum berperang. Aku yakin kita akan menang!" luhan ber api-api.

"baiklah, jika kapten sudah semangat seperti ini ya.. apa boleh buat?" kris menyerah, dia menyetujui ajakan luhan.

"nah sekarang siapa yang ikut?" luhan menaruh telapak tangannya di atas meja.

"aku" kris menaruh telapak tangannya di atas luhan. "kurasa aku juga" lay menaruh telapak tangannya di atas telapak tangan kris. "aku juga kalau begitu" chen ikut. "yah tanpa penjaga gawang kalian akan kebobolan !, aku ikut" tao juga. Dan akhirnya di susul dengan teman-teman yang lain. Mereka sepakat untuk mengikuti pertandingan itu.

"jjjaaaa.. ramennya sudah siap" ajhuma pemilik kedai ramen datang dengan beberapa mangkok ramen pedas yang mengepul. Mereka bersorak, dengan lahap memakan ramen itu.

.

.

.

...

Luhan baru saja pulang dari kedai ramen. Rumahnya tidak jauh dari sana. Cuaca saat ini agak dingin. Luhan merapatkan mantelnya, sesekali mengosok-gosok telapak tangannya. Kakinya menyusuri sebuah gang yang gelap. Matanya membola begitu dia tersandung sesuatu. Dia terjatuh di aspal yang dingin.

Luhan mengeluarkan ponselnya. Menerangi sesuatu yang membuatnya terjatuh. Luhan memekik kaget. Ternyata yang membuatnya jatuh adalah orang. Orang itu mengenakan mantel tebal berbulu coklat.

"astaga! Apakah ini mayat!" luhan ketakutan. Jika ini benar mayat maka dia tidak akan sudi di hantui. Luhan menendang-nendang perut orang itu, agak keras.

"ungg!" orang itu merintih. 'bagus, bukan mayat. Dia masih hidup' batin luhan. Luhan membalik tubuh orang itu hingga menjadi terlentang sekarang. Luhan jongkok, mengamati wajah itu. Sepertinya familiar dimatanya. Seperti seseorang yang dia kenal. Seperti seseorang yang luhan lihat beberapa waktu yang lalu. Luhan mendekatkan wajahnya kepada orang itu.

"S-se.. sehun!" luhan sungguh tidak percaya. Luhan mencium bau alkohol.

Sehun boyband Exo sekarang ada dihadapannya dengan kondisi mabuk dan terlentang di gang!. Luhan mengucek-ngucek matanya, mencoba memastikan yang dilihatnya bukanlah ilusi semata.

"ung! Hyung! Ayo berpesta.." sehun meracau tidak jelas. Dia tiba-tiba menarik mantel luhan. membuat luhan jatuh di atas tubuhnya. Luhan mencoba melepaskan tangan sehun, namun sehun malah memeluknya. Luhan merasa pipinya panas. Sehun memeluk erat tubuhnya.

Luhan memberontak dengan sekuat tenaga, namun sehun juga tidak mau kalah. Akhirnya mereka bergulung-gulung tidak jelas dengan keadaan berpelukan. Setelah cukup lama bergulung-gulung luhan akhirnya bisa lepas dari sehun.

"sungguh merepotkan!" luhan membersihkan mantelnya yang kotor. Dia memandangi sehun dengan tatapan kesal. Namun, dia juga merasa kasihan. Akhirnya dia membopong sehun ke rumahnya.

.

.

.

...

Sehun menguap lebar. Dia membuka mata sipitnya dengan malas. Biasanya dia akan terbangun karena teriakan Suho hyung. Tapi sekarang dia terbangun karena bau masakan yang membuat perutnya keroncongan. 'apakah itu masakan d.o hyung?' sehun berujar di dalam hati.

Namun begitu matanya meneliti kamar ini, dia tersadar. Ini bukan kamar yang ada di dormnya. Dia segera turun dari tempat tidur. Mencari seseorang yang mungkin telah membawanya kemari.

Sehun menuju ke dapur, dan dia menemukan seseorang. Dia mendekati luhan, lalu tersenyum. Dia tidak pernah menemukan namja cantik yang pandai memasak. Do. hyung pandai memasak menurut sehun, tapi dia mengerikan jika marah. Tapi kai malah mengangap itu manis.

"annyeong haseyo.." sehun menepuk pundak luhan. luhan berbalik, tangannya memegang pisau. Sehun terlonjak dan mundur beberapa langkah. Mengerikan.

"oh sudah bangun?" luhan mengiris daun bawang dengan pisau itu. Kemudian menaburkan irisan daun bawang itu ke dalam masakannya.

"N-ne.. ungg... kau yang membawaku kemari?" sehun agak canggung.

"ya aku menemukanmu seperti mayat di gang, jadi aku membawmu ke sini saja" luhan meletakkan masakannya di atas meja.

"makanlah, baru bercerita" luhan mengintrupsi.

Setelah sehun makan, sehun mulai bercerita. Ternyata tadi malam Exo dan managernya mengadakan pesta karena album Exo menembus pasar Amerika. Dan sehun mabuk, bukan hanya sehun tapi semua orang yang ada di sana mabuk. Dan selebihnya dia tidak ingat kenapa dia bisa tergeletak seperti mayat di gang itu.

"terimakasih luhan hyung sudah mau menolongku" sehun tersunyum tipis. Namja di hadapannya membuatnya sedikit gugup.

"hm.. pulanglah ke dorm mu" Luhan membereskan piring-piringnya.

"bagaimana caranya aku bisa membalas kebaikanmu hyung?" sehun menatap luhan.

Sebenarnya luhan ingin meminta 2 tiket konser gratis, tapi dia terlalu sungkan. Akhirnya dia meminta sehun untuk menengok adiknya sebentar sebelum dia kembali ke dorm. Xiumin pasti senang.

"oh jadi adikmu itu fans exo, aku kira kau yang fans exo hyung. Poster dan pernak-pernik exo ada banyak di kamarmu" sehun terkikik.

"Ya! Itu milik xiumin!" Luhan menampiknya.

.

.

.

.

...

Luhan membawa sehun menengok xiumun. Dan xiumin tidak bisa menahan jeritannya begitu melihat sehun di hadapannya. Xiumin memeluk sehun erat. Berceloteh panjang tentang bagaimana dia selamaini mengagumi sehun dan Exo. Wajahnya terlihat berbunga-bunga. Luhan sangat bahagia melihatnya. Sehun juga tampak senang. Namun sehun harus segera kembali ke dorm. Xiumin menjadi sedih karena sehun hanya sebentar menengoknya.

"aku pulang ya, xiumin jangan lupa minum obat" sehun sudah menganggap xiumin seperti adiknya sendiri.

"obat lagi obat lagi.." xiumin manyun. Sungguh dia benci mendengar kata itu.

Setelah sehun pulang xiumin membuka buku hariannya. Dia menulis sesuatu di sana. Luhan penasaran, namun dia tidak diijinkan xiumin untuk melihatnya.

"yasudah, oppa pergi dulu ne.. " luhan berpamitan kepada xiumin. Dan dibalas senyuman oleh xiumin. Xiumin tersenyum melihat diarynya. Dia sudah selesai menulis.

22 July 2015

'Tuhan, aku senang sekali hari ini. Hari ini aku bertemu dengan Sehun oppa. Dia lebih tampan dari pada di TV. Dia menyuapiku makan dan menyuapiku obat. Sebenarnya aku benci obat. Tapi jika sehun oppa yang menyuapiku aku mau hihi.

Aku tidak membutuhkan obat, Ya Tuhan aku hanya membutuhkan sedikit waktu untuk menyelesaikan Daftarku. Hanya tinggal satu keinginan. Aku sebenarnya tidak tega meminta tiket yang mahal itu kepada oppa, tapi aku sangat menginginkannya. Tuhan, tolong berilah oppa luhan uang yang banyak. Supaya aku bisa melihat konser. Selama ini aku tidak meminta apapun darimu Tuhan. Aku juga tidak nakal kok, akupun tidak marah kepadamu saat appa dan umma bercerai. Kata oppa itu adalah takdir terbaik yang kau buat.

Jika nanti aku sudah pulang bersamamu Tuhan, tolong jagalah luhan oppa. Dia namja yang baik, dan jangan biarkan dia kesepian. Berilah dia teman seperti sehun oppa. Sehun oppa sangat baik. Aku mohon Tuhan. Aku berjanji tidak meminta apapun setelah ini, dan aku akan berpulang kepadamu dengan damai.

Xiumin...'

.

.

.

Pertandingan sudah dekat, lebih tepatnya besok. Luhan dan teman-temannya masih berlatih sore ini. Luhan seperti kesetanan. Dia sangat galak. Dia terus saja membentak teman-temannya. Sepertinya dia terlalu terbebani. Dia sungguh harus menang besok.

"Ya! Kris ! bisakah kau menendang dengan benar!" luhan berteriak.

"Tao fokus pada bola!" luhan juga membentak tao.

"Chen! Larimu seperti siput!" dan juga chen.

Lay merasa luhan sudah keterlaluan. Mereka sudah lelah karena berlatih sejak pagi tadi. Mereka juga telah mengorbankan kelas kuliah mereka. Namun luhan malah marah-marah.

Kris mulai tersulut. Dia sudah lelah di bentak-bentak, dan luhan juga membentak tao. Dia sungguh marah kepada luhan. akhirnya timbul perdebatan di antara mereka. Kris dan luhan beradu mulut dan fisik.

"hei bro, kau sedang datang bulan atau apa!" kris mendorong luhan. luhan balik mendorong badan kris. "hei bro! Tendanganmu payah, kau juga sedang datang bulan ya!" luhan mulai sensitif.

Lay melerai mereka. Sungguh tidak ada gunanya bertengkar seperti ini. Lay menenangkan luhan dan tao menenangkan kris

"han, aku tau pertandingan ini penting untukmu, tapi kau juga tidak harus menekan kami seperti ini" lay mencoba mengungkapkan pendapaatnya dengan halus.

Luhan berfikir, lay benar. Dia terlalu memaksakan teman-temannya untuk kepentingannya. Dia menunduk dalam. Menarik nafas panjang. Kemudian luhan meminta maaf kepada kris. Kris menyambut uluran maaf luhan dengan senang hati. Itu berkat tao yang tadi sudah menenangkan kris.

.

.

.

.

...

Keesokan harinya luhan bangun pagi. Dia juga menyempatkan diri untuk berlari-lari kecil si sekitar rumahnya. Ini untuk menjaga staminanya. Dia sudah berjanji pada dirinya untuk tidak menekan teman-temannya lagi. Yang penting dia akan melakukan yang terbaik.

Luhan meneguk susunya. Memakan rotinya sambil berjalan menuju halte. Dia mengirim pesan kepada teman-temannya. Ya, bisa dikatan sebagai ucapan semangat.

'Teman-teman aku mengandalkan kalian, mari berjuang!'

.

.

.

...

Pertandingan akan dimulai setengah jam lagi. Luhan mendengarkan musik untuk meredakan ketegangannya. Suara D.o Exo yang paling dia sukai. Suaranya seperti angin yang menyejukkan hatinya, merdu.

Namun tiba-tiba ponselnya berdering. Luhan mengangkat telfonnya.

"s-selamat pagi, Maaf apakah ini keluarga dari Xiumin ?" suara suster terdengar panik.

"ya, aku oppanya. Ada apa?" Luhan mulai merasa tidak enak.

"bisakah anda kesini sekarang ?, xiumin baru saja mengalami kejang-kejang" tubuh luhan lemas seketika. Dia tidak menghiraukan suster yang memanggil-manggilnya di telfon. Fikirannya kini sudah kemana-mana.

"xiumin.." luhan keringat dingin. "bagaimana ini, pertandingan akan segera di mulai dan xiumin malah kejang-kejang" luhan bermonolog. "ya, aku harus ke rumah sakit, xiumin lebih penting dari segalanya" luhan bergegas lari.

"ya! Luhan kau mau kemana!" kris berteriak kepada luhan. dan temannya memandang satu sama lain. Jika luhan pergi timnya akan mati di lapangan.

.

.

.

.

...

TBC Vroh :v