peblish
presents
a krisho fanfict
.
Mantan Terindah
.
cast :
- suho!girl
- kris
- other casts
.
lagi hujan deres terus hape tiba22 nyetel Mantan Terindah nya Kahitna... Terus ana keinget KrisHo ):
Iya, KrisHo.
.
warn: OOC, bahasa informal, yang merasa krisho shipper jangan baper.
.
happy reading, and dont forget to leave review! ^^
.
.
.
.
.
.
.
Apa yang lebih ngeselin daripada ngeliat mantan dateng ke reuni SMA?
Ngeliat mantan dateng ke reuni SMA sambil ngegandeng cowok barunya.
And... You know what, hal itu terjadi pada Yifan saat ini. Sedang seru-serunya mengobrol akrab dengan teman-teman klub basketnya semasa SMA sambil minum segelas limun dingin, tiba-tiba sosok seorang Kim Joonmyun sang primadona sekolah masuk ke dalam ballroom hotel tempat diselenggarakannya reuni SMA angkatan Yifan malam itu. Dan tahun ini gadis itu tidak sendirian, dilihat dari bagaimana ia berjalan sembari merangkul mesra lengan seorang cowok tinggi berkacamata yang Yifan kenal dengan baik... Oh, Park Chanyeol. Seorang murid kelas sebelah yang sering menjadi korban kekerasan Yifan dan geng-nya semasa SMA dulu karena cowok itu 'terlalu' dekat dengan Joonmyunㅡmengingat mereka berdua sama-sama mengikuti klub perpustakaan sekolah.
Dan sekarang... Yifan benar-benar mati gaya melihat cowok nerd itu malah berhasil menggaet Joonmyun, mantan pacarnya.
"...Diiii hati iniiii... Hanya engkaaaaauuu... Mantan terinㅡAHHH! Hyung! Apaan, sih?!" Sehun yang tadinya berniat menggoda Yifan dengan melantunkan lirik lagu yang sangat pas untuk Yifan saat ini langsung bete karena Yifan mendadak menginjak kakinya dengan sadis. Mana nginjaknya pakai sneakers tebel, lagi.
"Berisik." Gumam Yifan cuek sambil memalingkan tubuhnya dari arah pintu masuk lalu (pura-pura) kembali menikmati limunnya.
Sehun cengar-cengir melihat kelakuan ajaib temannya itu. Bisa-bisanya masih bersikap sok cool dalam situasi seperti ini. Ngeliat mantan sama pacar barunya, bro... Masih bisa sok cool? Hell yesh, Sehun berani taruhan dua sapi betina milik ayahnya di desa bahwa saat ini Yifan tengah berontak kesetanan di dalam batinnya.
"Yang namanya mantan, pasti kelihatan makin cakep kalau udah jadi punya orang lain." Sehun berargumen sok asyik sambil meletakkan sebelah lengannya di bahu Yifan, lalu geleng-geleng sok dewasa. "Waktu lagi sama kita aja cakepnya setengah mati, gimana waktu lagi sama orang lain? Hmmmm..."
"Lu berisik banget, gila." Yifan menyentakkan lengan Sehun dari bahunya sambil mendelik jengkel. Ini napa malah jadi galau gini, sih?! Niat Yifan dateng ke reuni SMA cuma buat ketemu temen-temen SMA sekaligus seneng-seneng, kenapa sekarang malah beralih jadi acara Forum Penggalauan Bareng Oh Sehun gini?
"Wah, panjang umur." Celetuk Sehun tiba-tiba. "Liat tuh, hyung, dia ke sini."
HAH? Yifan curi-curi pandang, dan... Jeng jeng! Benar saja! Dilihatnya Joonmyun berjalan anggun ke arahnya. Joonmyun-berjalan-anggun-ke-arahnya. Sengaja diulang biar makin tegang. MAMPUS! YIFAN HARUS GIMANAAAAAAA..?
"Anjrit!" Yifan mendadak panik sendiri, sebisa mungkin ia mencoba berkomunikasi dengan Sehun melalui pandangan matanya. "Gua-harus-bereaksi-kayak-gimana-Hun?!"
"Sok-cool-aja-hyung!" Sehun balas menjawab dengan pandangan mata pula.
.
"Hai, Yifan."
.
Dan... Skak mat.
Sekadar kata 'hai' diikuti sapaan nama panggilannya dari seorang gadis yang pernah mengisi hatinya itu membuat ke-cool-an Yifan runtuh.
"H-Hai." Jawab Yifan dengan suara menciut. "Ehem-ehem." Yifan sengaja berdehem, mencoba mengembalikan suara baritone-nya yang pernah dipuji sebagai suara tampan oleh ibu kandungnya itu. "Hai." Yifan mengulang ucapannya dengan suara yang lebih baik.
Joonmyun tersenyum. Manis. Gadis itu tersenyum manis dan Yifan nggak bisa nggak mengakui kalau gadis itu benar-benar manis saat ia sedang tersenyum manis. "Apa kabar?"
Buruk setelah kau tinggalkan, jawab Yifan dalam hati. Ah, enggak, ENGGAK! "Baik." Yifan berdehem lagi. "Kamu?"
"Hmmm. Baik juga." Duh, plis, jangan ngangguk-ngangguk imut kayak gituuu...
"Oh, hehehe."
"..."
"..."
"..."
Mampus. Bener-bener mampus. Kudu ngomong apalagi, nih? Yifan memutar otaknya, mencoba mencari bahan pembicaraan yang bisa dibicarakan dengan mantan pacarnya itu. Kamu kok makin seksi aja, sih? Sial. No, Yifan bisa tewas digampar kalau nekat ngegombal dengan murahan seperti itu. Itu pacar baru kamu? *dengan wajah sinis dan mata dipicingkan* Oh... God, definitely no. Kesannya kayak bapak mertua galak yang baru pertama kali ketemu sama pacar anaknya. "Uhm... Lagi sibuk apa, Myun?" Ah, akhirnya pertanyaan basa-basi ter-mainstream nomor 1 di dunia dikeluarkan juga oleh Yifan.
"Ah, iya. Aku hampir lupa." Joonmyun menepuk keningnya, kemudian mengaduk-aduk isi tas jinjing berwarna peach yang dibawanya. Kemudian menyodorkan sebuah kartu tebal yang diikat dengan pita putih. "Eum... Ini."
Yifan menerima kartu tebal itu kemudian diam membaca isinya danㅡ
"Aku... Sama Chanyeol mau tunangan, akhir tahun ini."
JEGER.
*sound effect petir bergemuruh di belakang tubuh Yifan*
Joonmyun menunduk, sesekali ia menggigit bibir bawahnya sedikit gugup. Entah apa tujuannya. Apa karena merasa canggung memberikan undangan pertunangannya kepada mantan pacarnya itu? "Ch-Chanyeol bilang... Aku harus ngasih ini ke kamu, jadi..."
Jadi kalau nggak disuruh Chanyeol, kamu nggak bakalan ngasih tahu ini ke aku?
"Ah, ma-maksudku bukan gitu." Sahut Joonmyun tiba-tiba, seakan ia dapat membaca pikiran Yifan. "Yifan... Sekarang udah nggak tinggal di rumah yang lama lagi, kan? Makanya... Aku pikir, Yifan bisa langsung nerima undangan ini kalau aku ngasihin langsung ke Yifan di acara reuni SMA ini..."
Oh, jadi gitu.
"Uhm... Oke." Yifan berdehem lagi, kemudian membuka kartu tebal itu lalu membaca isinya sekilas. Kratak... Kratak... Sesuatu yang rapuh di dalam diri Yifan mulai retak tak karuan selagi ia mengamati isi kartu tebal itu. Engagement... Kim Joonmyun... Park Chanyeol... Happily ever after... Ouch, apalagi potret pre-wedding (Gosh, kenapa mereka sudah melaksanakan pemotretan pre-wedding segala?) yang dicetak ukuran jumbo di halaman terakhir kartu tebal itu... Joonmyun benar-benar terlihat bahagia saat Chanyeol (yang sialnya juga sedang tertawa bahagia...) memeluknya mesra di potret tersebut.
Yifan memaksakan 17 otot-otot tubuhnya untuk tersenyum lebar, kemudian memberanikan diri untuk menepuk-nepuk bahu Joonmyun dengan kaku. "Congrats, ya."
Joonmyun tersenyum. Tersenyum manis sekali, membuat Yifan semakin merasa... Entahlah. Yifan tidak tahu apa yang sedang ia rasakan saat iniㅡ
"YIFAN?!"
Jeger.
*sound effect petir bergemuruh di tengah-tengah Yifan dan Joonmyun*
"Ya ampun, Yifan! Apa kabaaaar?!" Sreng... Semilir aroma parfum mahal yangㅡbagi Yifanㅡaromanya sebelas-duabelas sama gas pemusnah massal berhembus di sekitar Yifan dan Joonmyun diikuti seruan heboh seorang gadis yang terkesan terlalu bahagia saat melihat Yifan.
"Aduh, ya ampuuun... Kamu kemana ajaaa?! Aduh, tambah ganteng! Tambah tinggi! Iiihhh, wajahmu nggak berubah, yaaa?! Gemesiiiiinnn..." Nyuuut! Setelah setengah mati berjinjit untuk bercipika-cipiki dengan Yifan, gadis berpakaian serba pink itu mencubit gemas kedua pipi Yifan sampai rasanya tulang pipi Yifan bergeser beberapa senti dari tempatnya semula.
"Lu-Luhan..." Yifan meringis horor sambil menyapa gadis itu. "Ah... Ahahaha..."
Sementara itu Joonmyun diam di tempatnya memandangi keakraban satu arah di antara Yifan dan gadis itu. Sebagai... Ehem, mantan pacar Yifan, jelas saja Joonmyun mengenal Luhan. Kapten tim cheerleader sekolah mereka yang terpilih menjadi kapten selama tiga tahun pelajaran berturut-turut karena kelincahan, ketangkasan, dan pastinya kecantikannya. Sudah bukan rahasia lagi kalau Luhan naksir berat dengan Yifan dan mempertahankan cinta sepihaknya selama tiga tahun masa SMA-nya. Selama tiga tahun itupun, kabarnya sih, Luhan selalu menolak mentah-mentah semua cowok yang nekat mendekati ataupun 'menembak'nya karena ia begitu setia akan perasaannya kepada Yifan. Mengerikan? Jelas. Saat masih SMA dulu, sebetulnya Joonmyun cukup risih melihat Luhan nempeeeeeeeeeel melulu sama Yifanㅡyang saat itu masih menjadi pacarnya. Mana mereka berdua sama-sama kapten ekskul, pastinya sering ketemu di rapat bulanan pertemuan ketua ekskul. Waktu masih pacaran dulu, Joonmyun ingeeeeeet banget kalau ia sering ngambek karena Yifan selalu ditempelin Luhan kemana-mana.
Eh, napa Joonmyun malah jadi mengenang masa lalu gini?
"Emmm, Lu." Yifan melirik nggak enak ke arah Joonmyun yang diam saja dari tadi, kemudian mencoba membaurkan Joonmyun di antaranya dengan Luhan. "Ah, i-ini Joonmyun, kamu inget, nggak? Umm, temen sekelasku dulu itu, loh."
Sebetulnya Yifan mau bilang "ini Joonmyun, kamu inget, nggak? Mantan pacarku, yang dulu pernah ngebanting pintu mobilku sampai rusak gara-gara cemburu menguras bak mandi pas liat kamu meluk-meluk aku di lapangan basket itu, loh.", tapi nggak jadi karena sepertinya terdengar kepanjangan.
"Heh?" Luhan memalingkan wajahnya ke arah Joonmyun, kemudian saat otaknya mendeteksi dan mengenali bahwa Joonmyun adalah halangan terbesarnya untuk mendapatkan Yifan semasa SMA dahulu, Luhan langsung menatap Joonmyun dengan tatapan ala ibu tiri. "Oh... Cewek anggota klub perpustakaan?" Gumam Luhan dengan suara keras. Sejak dulu Luhan memang selalu memandang rendah ekskul (yang menurutnya) paling tidak penting di sekolah itu. Maksudnya... Helloooooo? Apa yang terdengar menarik dari kegiatan berkumpul dengan para geeks di perpustakaan sekolah yang kabarnya berhantu itu kemudian mengagung-agungkan lembaran kertas atau membandingkan satu buku dengan buku lainnya?
"Ah..." Joonmyun tersenyum canggung karena Luhan mengenalinya sebagai 'cewek anggota perpustakaan'. Apa tidak ada status lain yang sedikit lebih... Uhh, realistis? "I-iya."
"Ah, oke deh. Lama nggak ketemu, ya." Balas Luhan kemudian ia tersenyum... Mengejek? Gadis itu berpaling kepada Yifan, kemudian pandangan matanya tertuju kepada kartu tebal undangan pertunangan Joonmyun di tangan Yifan. Pita putih berkilau yang mengikat kartu undangan itu menarik perhatian Luhan, kemudian ia menyambar kartu itu dari tangan Yifan. "Apa, nih?" Tanyanya penasaran kemudian membuka dan melihat isi kartu itu. Tiba-tiba ekspresi wajah Luhan berubah kegirangan. "Ka-ka-kamu... Kamu mau tunangan?!" Seru Luhan sambil menoleh ke Joonmyun.
"Eh..?" Joonmyun mendadak awkward, tapi kemudian ia tersenyum simpul dan mengangguk. "Iya... Akhir tahun ini. Maaf ya, aku cuma bawa satu undangan buat Yifan, tapi kamu juga boleh datang."
Luhan membuka mulutnya tidak percaya, kemudian ia menoleh ke arah Yifan yang mencoba terlihat biasa-biasa saja lalu ia kembali menoleh kepada Joonmyun. "Serius?! Ah, aku pasti dateng!" Seru Luhan terlalu bahagia. Kemudian... Sleppp! Tanpa permisi ia menggaet dan memeluk lengan Yifan dengan... Mesra. "Yifan, gimana kalau kita dateng bareng?!" Ajak Luhan sambil mendongak menatap Yifan dengan manja. Sekilas Luhan mengerling angkuh melirik Joonmyun.
"Hah..." Yifan salah tingkah saat tiba-tiba Luhan memeluk lengannya seperti itu. "Em... A-aku..."
"Joon?" Suara seorang cowok yang memanggil Joonmyun dengan mesra mengagetkan Joonmyun, Yifan dan Luhan.
"..." ㅡYifan.
"Siapa, tuh?" ㅡLuhan, (masih) sambil bergelayut manja di lengan Yifan.
"Chanyeolie..." Hanya Joonmyun yang bereaksi normal. Senyum indahnya mengembang saat ia menoleh kepada cowok tinggi berkacamata yang menghampirinya itu, kemudian... Chup! Chup! Mereka bercipika-cipiki di depan Yifan. Oh, dan Luhan. Oke, jangan lupakan Luhan (yang sampai saat ini masih menempel dengan Yifan).
"Aku udah ngasih undangannya ke Kim seonsaengnim." Ucap Chanyeol kemudian mengusak lembut puncak kepala Joonmyun. Kim seonsaengnim? Ooohh! Pembina tetap klub perpustakaan sekolah, yeah. Jelas saja.
Joonmyun tersenyum lagi. "Bagus, deh. Aku juga udah ngasih..." Joonmyun beralih menatap Yifan. "...ke Yifan."
Chanyeol mengikuti arah objek yang ditatap oleh Joonmyun, kemudian sedikit terkejut kalau ternyata sejak tadi Yifan ada di dekatnya. Tiba-tiba saja Chanyeol merinding, mengingat berbagai macam siksaan yang ia terima dari geng Yifan semasa SMA dahulu. "O-oh... Eh..." Chanyeol bergumam tidak jelas saking kicepnya di depan Yifan.
"Oh, jadi kamu calon suaminya Joonmin?" Tiba-tiba Luhan menyahut dengan suara keras. Udah keras, salah nyebut nama pula. Dengan menyodorkan tangannya yang lain (karena tangan Luhan yang satunya masih memeluk lengan Yifan), Luhan memberi selamat kepada pasangan itu. "Selamat, yaaa! Semoga kalian bahagia selamanya."
"Joonmyun." Joonmyun meringis, mengoreksi ucapan Luhan. "Makasih, Luhan."
"Ma-makasih." Chanyeol tersenyum grogi menyambut uluran tangan Luhan.
Sementara Yifan masih saja membisu sambil menatap kosong ke sebuah titik yang ada di celah di antara Joonmyun dan Chanyeol.
Luhan yang menyadari perubahan mood Yifan segera berinisiatif membawa cowok itu pergi dari sana. "Uumm, oke deh, kalian nikmatin, yaa, acaranya! Aku sama Yifan mau ke sebelah sana dulu, oke? Byeee!"
Tanpa ikut pamit kepada Joonmyun, Yifan seakan terbawa begitu saja saat Luhan menarik lengannya dan menyeretnya pergi dari sana.
.
.
.
"Lu yakin banget mau pergi ke sana?" Tanya Sehun yang sedang tidur-tiduran di ranjang king-size milik Yifan sambil membolak-balikkan sebuah majalah game yang ia temukan di kolong tempat tidur Yifan.
"Gatau, deh." Gumam Yifan sambil memasang dasi kupu-kupu di kerah kemeja putihnya. Kemudian menatap pantulan dirinya di cermin, lalu bergidik ngeri karena sepertinya dasi kupu-kupu bukan pilihan yang tepat untuk cowok berusia seperempat abad sepertinya.
"Sendirian?"
Yifan melirik Sehun dengan keki. "Gue nggak sejomblo dan sengenes itu, Hun."
Sehun tertawa ngakak. "Yah, kan gue nanya... Lah terus? Lu pergi sama siapa? Mau pergi sama gue?" Tanya Sehun lagi. "Yah, walaupun gue males, sih, ngeliat calon suaminya itu. Bawaannya pengen ngerek seragam olahraganya ke tiang bendera lagi." Sehun cekikikan mengingat sewaktu SMA dulu saat Yifan memerintahnya untuk mencuri seragam olahraga Chanyeol lalu mengereknya di tiang bendera sampai-sampai cowok nerd berkacamata tebal itu menangis setengah jam di bawah tiang bendera karena tidak tahu bagaimana cara mengambilnya.
"Tau, nih." Yifan yang sudah memasang dasi hitam panjang di kerah kemejanya, menjatuhkan tubuh di atas ranjangnya. "Luhan ngajak gue bareng, sih..."
"Wait, Luhan?" Sehun menatap Yifan lurus-lurus. "Luhan yang... Anak cheers itu?"
Yifan mengangguk dengan wajah muram. "Iya. Waktu Luhan nyamperin gue pas reuni kemarin-kemarin itu... Joonmyun ngomong ke dia katanya dia boleh dateng."
"Weits, weits... Gak sehat, nih. Lu yakin banget mau dateng ke tunangan mantan lo, bareng sama cewek sinting yang ngejar-ngejar lo selama tiga tahun itu?" Sehun menatap Yifan tidak percaya. Imej sinting yang melekat pada diri Luhan tidak akan pernah bisa Sehun lupakan semenjak cewek itu menendang selangkangan Sehun yang sudah menghalanginya bertemu dengan Yifan di dalam kelas. Sialan, memang. Padahal Yifan sendiri yang tidak mau bertemu dengan Luhan kemudian menyuruh Sehun untuk menghadang Luhan, kenapa malah selangkangan Sehun yang jadi korban?
"Apaan?" Yifan balik menatap Sehun dengan ogah-ogahan. "Gue nggak bilang bakalan dateng ke sana bareng Luhan, kali."
"Lah tadi kata lo Luhan ngajak lo bareng..."
"Iya, tapi kan ngajak doang. Gue belum bilang gue mau apa enggak." Jelas Yifan sambil menghela nafas. Ia mengusap-usap wajahnya dengan bimbang, lalu kembali menghela nafas berat.
"Terus gimana?" Kejar Sehun, kepo abis. "Lu jadi dateng apa enggaaaaak?"
.
.
.
"Joonmyun, selamat yaaaaa!" Seusai segala macam prosesi pertunangan dilaksanakan, Joonmyun diserbu oleh teman-temannya yang mengucapkan selamat atas pertunangannya dengan Chanyeol. Kyungsoo dan Baekhyun, teman baik Joonmyun semasa SMA, kompak memeluk Joonmyun erat-erat mencipta sebuah big hug yang menggemaskan.
"Tuh kaaann... Aku bilang apa!" Kyungsoo sedikit melonggarkan pelukannya kemudian menjentikkan jarinya. "Di antara kita bertiga, yang bakalan married duluan pasti Joonmyun! Kebukti, kaann?"
Joonmyun tersenyum malu kemudian mencubit ringan lengan Kyungsoo. "Ih, kan baru tunangan... Belom married." Sangkal Joonmyun dengan wajah memerah.
Baekhyun tertawa melihat reaksi Suho. Sejak dulu Joonmyun memang tidak pernah berubah! Selalu merendah dan mudah merasa malu. "Iya juga, sih. Bisa aja tiba-tiba Kyungsoo ngebet married duluan, nggak pake tunangan-tunangan segala. Iya, nggak?"
Kyungsoo melotot. "Baekkie!"
Ketiga gadis itu tergelak bersama.
"Oh iya!" Tiba-tiba Baekhyun angkat suara lagi sambil menjentikkan jarinya. "Mumpung acaranya udah selesai, kita bantuin Joonmyun bukain hadiah-hadiah, yuk? Gimana?" Usul Baekhyun bersemangat. Saat mengisi buku tamu tadi, ada beberapa tamu undangan yang memberi hadiah dan hadiah-hadiah itu dikumpulkan di sebuah meja besar di sebelah meja buku tamu. Joonmyun sedikit terkejut saat mengetahui bahwa ada cukup banyak hadiah yang ia (dan Chanyeol) dapatkan.
"Boleh." Joonmyun mengangguk dengan senang hati. Tentunya ia ingin berbagi keseruan membuka kertas pembungkus hadiah dengan kedua sahabatnya itu.
Sebentar saja ketiga gadis itu sudah berada di ruang tamu rumah keluarga Joonmyun, asyik membuka satu-persatu hadiah dari tamu undangan. Isinya lucu dan bermacam-macam. Ada yang memberikan barang-barang standar seperti jam tangan, pigura foto, buku catatan, sepasang mug lucu, album foto... Ada pula yang memberi barang-barang 'kurang standar' alias aneh-aneh seperti satu set perlengkapan makan bayi (mungkin pemberi hadiah itu mengira acara yang didatanginya ini merupakan acara syukuran anak 7 bulan) atau sepaket buku motivasi yang ditulis oleh motivator-motivator ternama. Walaupun begitu, Joonmyun begitu senang dan bahagia menerima semuanya. Selama 24 tahun hidupnya di dunia ini, Joonmyun begitu yakin bahwa hari ini adalah salah satu hari terbaik yang pernah ada di dalam hidupnya.
Joonmyun mengalihkan pandangannya kepada tumpukan kertas pembungkus hadiah yang berserakan di sisi meja sebelah kiri, kemudian mengerjapkan matanya saat ia menangkap sesuatu yang berkilau di tumpukan kertas-kertas pembungkus yang sudah tak berbentuk itu. Joonmyun mengulurkan tangannya untuk meraih sesuatu yang berkilau tersebut, kemudian mendapati bahwa sesuatu itu adalah sebuah kotak kecil yang dikemas dengan kertas pembungkus berwarna perak. Joonmyun mengerutkan keningnya. Tanpa pikir panjang ia segera membuka kertas pembungkus berwarna perak itu lalu membuka kotak tersebut.
Pluk!
Sebuah kertas yang dilipat kecil-kecil jatuh dari dalam kotak berisi kalung perak berbandul cincin yang begitu familiar di mata Joonmyun.
.
Orang bilang, jangan pernah bersedih karena saat-saat terindah itu usai...
Tapi tersenyumlah karena saat-saat indah itu pernah terjadi.
Selamat atas pertunanganmu,
Kim Joonmyun mantan terindahku.
Dari aku,
Wu Yifan yang tak pandai merangkai kata untukmu.
.
.
.
the end?
